Surat Terakhir

5K 474 65
                                    

SURAT TERAKHIR

Jungkook menatap langit Cina yang mulai ia tinggalkan dari balik jendela pesawat. Ini hari terakhir ia bisa melihat daratan tanah kelahirannya dari atas, sebelum perlahan dataran luas itu menjadi titik kecil saat pesawat yang ia tumpangi bergerak semakin ke atas menembus gugusan awan putih.

Jungkook memejamkan mata setelahnya, pergi dari orang tuanya bukan karena ia tak sayang. Ia ingin hidup dengan udara baru tanpa kisah masa lalu dengan orang yang telah merenggut separuh jiwanya.

Ia juga tak mau orang tuanya tau jika Jungkook tengah mengandung. Yoona akan menyembunyikan kenyataan itu sampai anak Jungkook nanti lahir di dunia. 

Semuanya sudah dipersiapkan oleh Yoona, surat pindah dari sekolah, pasport, visa dan akomodasi lainnya.

Jungkook hanya menitipkan sebuah surat pada Lusi, untuk diberikan pada Taehyung saat acara pertunangannya dengan Jenie digelar minggu depan.

Jungkook melambai dengan hatinya, berjuta perasaannya gugur ke bumi. Jika bukan karena calon bayi yang berada di perutnya. Jungkook memilih mati, atau terpuruk bersama jiwanya yang hancur.

Yoona masih memegang tangan Jungkook, ia tahu saat ini keponakannya butuh kekuatan. 

"Biarkan langit memutuskan segalanya, Tuhan tahu yang terbaik. Kau hanya harus percaya ... di tempat kita yang baru, masa depanmu menunggu."

Jungkook mengusap air matanya. Ia mengangguk dengan senyum terpaksa. Belum pernah ia merasa begitu kehilangan, terbuang dan terabaikan. Namun, perkataan bibinya bisa ia jamah perlahan.

Ia harus kuat, demi calon anaknya. Satu-satunya peninggalan Taehyung yang berharga.
.
.
.
.
.
Taehyung berdiri di depan kaca rias. Ibunya telah memanggil beberapa kali untuk segera turun. Taehyung masih bergeming, ia belum mau turun. Dirinya belum siap, meski kakeknya mengatakan anggaplah ini hanya formalitas kehidupan. Tapi Taehyung tidak mungkin masih bisa tersenyum di depan wanita yang sudah menghancurkan kehidupannya.

Taehyung hendak keluar saat seorang gadis mungil masuk ke kamarnya. Ia menunduk memberi salam pada Taehyung.

"Maaf, aku hanya ingin memberikan ini ...!" gadis itu menyodorkan amplop putih, beraroma stroberi. 

Aroma manis yang selalu menguar dari tubuh Jungkook.

Taehyung mengurungkan niatnya untuk turun. Saat gadis itu pergi, Taehyung mengunci pintu kamarnya dari luar.

Ia mencium wangi dari amplop itu. Membayangkan wajah Jungkook yang sedang tersenyum padanya. Senyum terakhir di villa, saat mereka selesai bercinta.

Jungkook tampak puas, mereka tidak menyesal melakukannya lagi. Justru rasanya mereka akan mati jika tak bisa mengulangi hal yang sama. Rasanya berbeda, seperti mereka diciptakan satu sama lain untuk saling melengkapi dan menyempurnakan. Saling menguatkan dan memuaskan.

Taehyung membuka amplop itu perlahan. Detakan jantungnya sesekali terdengar, melampaui suara MC di bawah sana. Taehyung bisa mendengar ketukan pintu dari luar. Yang Taehyung yakini pasti ibunya. Taehyung hanya menjawab 'sebentar lagi'. Lalu suara langkah kaki mulai menjauh.

Taehyung membentangkan kertas merah muda dengan aroma stroberi dan lily yang khas. Taehyung memperlakukan kertas itu dengan penuh sayang, seolah itu terbuat dari senyum orang yang dicintainya.

Taehyung melihat wajah Jungkook disana seolah berbicara pedanya, dengan senyuman yang disembunyikan oleh lelehan air mata.


Taehyung, aku pergi

Jangan, jangan bersedih
Aku tahu alasanmu memilihnya
Ini bukan hanya tentang dirimu
Keluargamu pasti yang meminta

Baazigar (pencuri hati) End ✅️Where stories live. Discover now