Lebih Berani

5.4K 489 20
                                    

Hai apa kabar kalian?
Semoga sehat semua ya...
Lama banget aku gak up ya...
Serasa punya hutang🙈

But, aku seneng banget bisa ngehibur kalian dengan cerita gejeku ini
Apalagi baca komen kalian yang kadang bikin aku senyum-senyum sendiri

Oke, sekian penyambutannya

Selamat membaca

.
.
.
.
.
.
.

I hurt myself by hurting you.

Taehyung tak menyadari bahwa gelas di genggamannya telah kosong. Matanya nanar, jauh mengembara ke bagian yang sulit diterka oleh penglihatan temannya.

Terngiang kembali perkataan mamanya begitu Tae sampai di rumah. Ternyata cerita tentang Jenie yang ia tampar di kantin sekolah, telah sampai duluan ke telinga mamanya.

Belum lagi kegelisahan hatinya memikirkan Jungkook, pria manis itu tidak datang saat latihan. Taehyung menunggunya hingga dua jam, berakhir pada Taehyung yang frustasi dan menendang pintu aula, sambil berteriak kencang.

"Sialan, dia membuang waktu berhargaku!" umpatan Tae saat itu.

.

Hoseok melihat ke arah Tae yang sejak tadi tidak mengeluarkan suara. Tubuhnya berada di sini, tapi pikirannya tak bisa diterka sedang berada di mana. Ini sudah gelas ke-3, namun Taehyung sepertinya tidak berniat untuk menghentikan minumnya. Ia meraih botol brandy itu lagi, dan menuangkannya ke gelas. Tangan Hoseok berusaha mencegah Tae untuk minum gelas yang ke-4.

"Tae hentikan, nanti kau mabuk"
Hoseok menahan lengan Taehyung.

Taehyung menolehkan pandangannya ke arah Hoseok. Mengangkat gelasnya tinggi-tinggi dan berkata,
"Hyung, biarkan aku mabuk malam ini saja."

Pipi Taehyung bersemu merah, saat ia menghabiskan gelas yang ke-4, Hoseok hanya bisa menggelengkan kepala.

Tae mengusap layar ponselnya dan menekan nomor telepon rumahnya, mengabarkan pada pembantu yang sedang mengangkat panggilan darinya, bahwa ia tidak akan pulang.

"Hyung, boleh aku tidur di rumahmu?"
Taehyung merengek pada Hoseok.

Pria berwajah tenang itu mengangguk, lalu menyeka sudut mulut Taehyung yang basah oleh alkohol.

"Kalau kau ingin tidur di rumah, berhentilah minum, kita akan segera pulang, ayah tidak suka jika aku pulang terlalu larut"

Hoseok mengambil jaketnya di sofa dan menghampiri Jimi,
"Aku pulang duluan dengan Tae, katakan pada yang lain!"

Jimin mengangguk, temannya yang lain sedang berada di tengah-tengah lantai dansa, tidak mungkin Hoseok menerobos dan berpamitan pada mereka satu persatu.

Taehyung yang setengah sadar dipapah oleh Hoseok ke mobilnya, mendudukkannya di kursi depan dan memasangkan sabuk pengaman. Hoseok mengitari mobil dan membuka pintu samping lalu duduk di kursi kemudi.

Sepanjang perjalanan Hoseok tidak bebicara sama sekali, ia menajamkan pendengaran -sebab Tae meracaukan nama yang tidak jelas- sambil ia fokus menyetir.

Dari tangkapan telinganya, Hoseok mendengar nama Jungkook berulang, meski dengan suara rendah, tapi Hoseok bisa menangkap setiap kata yang dilontarkan Tae dalam gumamannya.

.

Hoseok membuka pintu kamarnya, sambil sebelah tangan memapah tubuh Taehyung. Begitu pantat Tae menyentuh kasur, ia langsung ambruk dan tertidur.

Hoseok membuka sepatu Tae perlahan, kemudian membuka kemeja yang dikenakan Taehyung. Setelah itu ia mengambil selimut dan menutup seluruh tubuh Tae dengan kain tebal dan halus warna biru.

Melihat Taehyung yang tertidur sambil mendengkur halus.

Tangan Tae menggapai-gapai mencari sesuatu untuk dipeluk, Hoseok mengambil guling dan meletakkannya di dekat Tae.

"Jungkook kau sangat lembut." Taehyung mulai mengigau sambil mengeratkan pelukannya pada guling yang ia pegang.

Hoseok tersenyum geli, tapi dihati ia merasa simpati, Taehyung yang terlalu egois pada dirinya sendiri, sehingga membuatnya tersiksa karena terlalu gengsi untuk mengakui rasa rindunya pada Jungkook.

.
.
.

Hari senin.

Jungkook tiba lebih awal pagi ini, dengan semangat baru dan senyum yang cerah, secerah sinar mentari pagi. Ia mendapat suntikan semangat dari bibinya, 'hadapi dengan senyuman' begitu kata bibinya.

Hari ini tidak ada mata pelajaran, kegiatan sekolah diisi dengan lomba-lomba. Beberapa siswa yang bertugas mengisi acara pertunjukan musim liburan nanti harus berlatih lebih awal.

Jungkook dikagetkan oleh suara tas yang dilempar ke bangkunya. Jungkook menoleh ke arah pelaku yang sedang berdiri bersama dua temannya.

"Kau pikir siapa dirimu?tidak ada kabar, aku menunggu 2 jam untuk latihan, kau tahu itu?"

Jungkook belum sempat bicara, pemuda itu melangkah tergesa dan mencerca Jungkook dengan kemarahan.

Jungkook mengambil nafas dan meminta maaf sambil menyunggingkan senyuman.

"Aku sudah tidak peduli dengan pertunjukan ini" teriak Taehyung setelah mengambil tasnya kembali dari bangku Jungkook, hendak pergi bersama teman-temannya.

"Tunggu...." Jungkook memanggilnya.

Taehyung menghentikan langkah tapi tidak menoleh ke arah Jungkook.

"Tuan muda Kim yang terhormat, saya tahu anda adalah siswa yang cerdas dan kompeten, tidak mungkin anda merusak acara sekolah karena masalah pribadi." Kata-kata Jungkook begitu tenang, seolah semua telah dirangkai di atas kertas dan Jungkook hanya menghafal.

Taehyung yang terkejut dengan ucapan pemuda manis itu, langsung menoleh ke arahnya.
Sejak kapan Jugkook punya keberanian semacam ini?pikir Tae.

Masih dengan senyuman, Jungkook melanjutkan kata-katanya.
"Atau tuan muda Kim takut kalah pamor dengan pria miskin sepertiku, di atas panggung nanti?"

Senyum itu tidak biasa, itu seperti senyum mengejek yang membuat Taehyung naik pitam.

"Jaga ucapanmu!"

Bibir Taehyung bergetar saat menunjuk ke arah Jungkook.

Sementara pria manis itu masih terlihat tenang, bersidekap dan menatap Taehyung dari atas ke bawah.
"Kutunggu di ruang latihan," ucapnya, kemudian pergi dari hadapan Taehyung.

.
.
.


.
.
J

ungkook mulai bangkit ya ....
Awas ntr Tae yg bucin akut

Baazigar (pencuri hati) End ✅️Where stories live. Discover now