"Serang siapa saja yang melawan kalian." Seema telah menekankan kalimat tersebut pada mereka. Bagaikan telah terprogram, langkah makhluk mengerikan tersebut tertuju pada manusia yang menyerang mereka.

Mayat-mayat hidup tersebut tidak terpengaruh oleh panah beracun dan panah api, anak panah terjatuh begitu saja setelah terkena tubuh lawan. Bahkan ada anak panah yang patah.

Langkah mereka semakin mendekat dan Hector merapalkan sebuah mantra, menciptakan pusaran angin yang dahsyat. Lalu Hector dibantu prajurit atau Mage yang mendalami ilmu sihir, menggerakkan tubuh lawan agar masuk ke dalam pusaran angin. Hector menambah energinya, membuat pusaran angin lebih kencang dari sebelumnya.

Beberapa saat kemudian, Hector menggerakkan kedua tangan untuk menghancurkan pusaran anginnya. Mayat-mayat hidup terhempas keras ke berbagai sisi, tubuh mereka terpental jauh menghantam bebatuan atau pepohonan di sekitar.

Hector dan yang lainnya terlihat skeptis. Mereka pikir, mayat-mayat hidup tersebut akan terluka bahkan tubuhnya akan hancur karena kuatnya benturan. Kenyataannya, apa yang dilakukan Hector barusan tidak berpengaruh apapun pada mayat-mayat hidup tersebut.

Prajurit-prajurit yang bersenjatakan pedang, maju menyerang mayat-mayat hidup tersebut. Lawan tetap tidak terpengaruh oleh tajamnya pedang prajurit. Tubuh mayat hidup itu sangat keras.

Mayat-mayat hidup melakukan perlawanan. Mereka memukul prajurit bahkan merebut pedang prajurit. Satu persatu prajurit mulai tumbang akibat serangan lawan. Hector kembali merapalkan mantra lalu mengarahkan pisau angin ke arah lawan.

Tidak ada satu sayatan dari pisaunya yang berhasil melukai mayat-mayat hidup tersebut. Hector memilih melakukan telepati pada Penyihir Agung, "Guru, belakang Istana di serang puluhan mayat hidup. Tubuh mereka sangat keras."

Penyihir Agung menerima pesan yang dikirim Hector barusan. Hal tersebut bebarengan dengan kemunculan ratusan mayat hidup dari beberapa sisi.

Mage yang mendapati kemunculan mereka, merapalkan mantra untuk melawan mayat hidup yang memiliki fisik mengerikan tersebut. Mayat-mayat hidup hanya terpental oleh kekuatan sihir para Mage. Bahkan mereka yang terkena api Helios, masih sanggup bergerak meski tubuhnya terbakar.

Keseluruhan mayat hidup kini bergerak secara serempak menuju arah Irina. Mendapati situasi demikian— Penyihir Agung, Helios, Pedro dan Agra menyerang lawan sembari mendekatkan langkah ke arah Irina.

"Irina, kenapa mereka hanya tertarik padamu?" Tanya Helios sembari membakar mayat-mayat hidup tersebut, lalu menghempas mereka agar menjauh. Tentu saja Helios tidak akan membiarkan mereka menyentuh Irina.

"Karena ada yang memerintah mereka." Balas Irina apa adanya. Ia tahu jenis makhluk apa yang kini menyerang mereka.

"Irina, apa mereka Akuji?" Tanya Penyihir Agung.

"Benar, Guru." Jawab Irina.

"Apa itu Akuji?" Helios bertanya pada Irina dengan mata dan tangan terus terpusat pada mayat-mayat hidup di depan sana.

"Akuji memiliki arti mati dan bangun. Penyihir Kegelapan menciptakan mereka, memberi sihir pada mereka. Tubuh mereka sangat kuat dan keras." Tutur Irina menjelaskan.

Walau terpental sejauh mungkin, serta tubuh yang kini terbakar oleh api Helios, Akuji masih dapat bangkit kembali. Tatapan dan langkah Akuji hanya terarah pada satu sosok yaitu Irina.

The Fate Of Irina (Sudah Terbit)Where stories live. Discover now