28. Level four

72.6K 11.5K 1.8K
                                    

Jangan lupa vote dan wajib ramein komen, kalau perlu setiap paragraf komen biar author semangat update chapter selanjutnya 🔥


Happy Reading...

𝓣𝓱𝓮  𝓕𝓪𝓽𝓮  𝓸𝓯  𝓘𝓻𝓲𝓷𝓪

Terhitung sudah dua hari Penyihir Agung berada di dimensi ini, mengawasi dan mengamati dua muridnya yang menjalani ujian pengendalian energi. Akurasi, kecermatan, dan ketelitian mereka sudah baik. Kendala Helios dan Irina sama yaitu perihal kecepatan. Ia juga sudah memberikan beberapa masukan pada mereka, mungkin tidak lama lagi keduanya akan berhasil melewati ujian ini.

Irina berjalan dengan gontai, lagi-lagi gagal padahal hanya selisih satu detik. "Guru, apa tidak ada sedikit belas kasihan? Yang barusan itu hanya selisih satu detik."

"Waktu yang diberikan hanya 5 detik, Irina. Kau bisa mencobanya lagi." Balas Penyihir Agung seraya menepuk-nepuk kepala Irina.

"Guru, maaf seandainya saya lancang. Bisakah Anda mempraktekkan ujian ini sekali saja?" Pinta Irina.

"Tentu saja." Penyihir Agung mengiyakan.

Helios yang sedari tadi merebah dan memejamkan mata terlihat tertarik. Seketika ia bangkit, memusatkan perhatiannya pada Penyihir Agung.

Penyihir Agung menciptakan bola energi dengan ukuran 50 cm berwarna kuning keemasan. Bola tersebut lantas melesat dengan kecepatan kilat, melewati celah demi celah dan rintangan demi rintangan jerami-jerami coklat lalu berhasil mencapai target utama. Jerami hitam disana meledak. Pertanda jika bola energi Penyihir Agung telah berhasil.

"Dua detik!" Pekik Irina dengan wajah takjub. Pergerakan bola cahaya Penyihir Agung barusan benar-benar sangat cepat dan akurat.

"Kalian coba lagi. Fokus dan konsentrasi. Jika perlu berpikirlah suatu hal yang dapat memotivasi kalian." Ujar Penyihir Agung pada keduanya.

Helios mendekat pada Irina. "Bagaimana jika kita bertaruh?"

Irina menoleh dan mengernyitkan dahi. "Apa untungnya bertaruh denganmu?"

"Supaya kita termotivasi." Balas Helios.

"Apa taruhannya?" Siapa tahu Helios akan mempertaruhkan ratusan koin emas. Seandainya menang dalam taruhan, Irina berpikir akan menggunakan uang tersebut untuk membuka toko pakaian.

Helios sedikit mendekat agar pembicaraan mereka tidak terdengar oleh Penyihir Agung. "Seandainya aku duluan yang berhasil melewati ujian, kau akan menciumku. Jika kau duluan yang berhasil, aku akan menciummu." Bisiknya seraya tersenyum manis.

Irina menatap Helios dengan wajah skeptis. "Apa untungnya bagiku? Dasar konyol!"

"Tentu saja kita sama-sama untung. Berciuman membangun ikatan yang intim dan mesra." Balas Helios.

"Bagiku tidak! Jika aku duluan yang berhasil, berikan aku sebuah toko di pasar dengan bangunan yang luas dan lokasi yang strategis."

Alis Helios terangkat sebelah, "Toko? Kau ingin berjualan apa? Sayuran? Daging? Ikan? Cangkul? Golok? Benih perta...,"

"Ya atau tidak?" Sela Irina.

The Fate Of Irina (Sudah Terbit)Where stories live. Discover now