46. Inner turmoil

52.7K 8K 1.6K
                                    

Selamat siang 😚

Tidak lupa author ucapkan terima kasih untuk kalian yang sudah vote, komen atau spam next dichapter sebelumnya. Maaf gabisa balas satu-satu 🙏🏻

Jangan lupa vote dan wajib ramein komen, kalau perlu setiap paragraf komen biar author semangat update chapter selanjutnya 🔥


Happy Reading...

𝓣𝓱𝓮 𝓕𝓪𝓽𝓮 𝓸𝓯 𝓘𝓻𝓲𝓷𝓪

Seema meletakkan semangkok sup dan minuman hangat ke meja. Setelahnya, ia menatap sosok yang saat ini sedang berbaring lemah dan memejamkan mata.

Sudut bibirnya tertarik ke atas, tersenyum sinis. Semua berjalan seperti yang ia harapkan. Di dimensi ini terdapat satu buah yang akan berbuah lima tahun sekali. Buah tersebut menjadi larangan untuk dikonsumsi karena jika dikonsumsi terus menerus akan melemahkan sel-sel di otak sehingga menyebabkan hilang ingatan. Dan ia mengkambing hitamkan buah tersebut atas perbuatannya. Karena kebetulan pohon tersebut berbuah, Seema memanfaatkan situasi dengan melakukan sihir pengacau pikiran pada Irina. Dan beruntung, Penyihir Agung sama sekali tidak menaruh kecurigaan.

Lantas merapalkan mantra, lalu sihir tersebut ditujukan pada sosok Irina. Dengan mata masih terpejam, Irina hanya mengeluarkan sedikit erangan dan berekspresi meringis. Seema selalu rutin melakukan ini supaya pikiran Irina terus kacau. Hanya beberapa kali ia perlu mengulangi sihir ini, dan ingatan Irina yang lampau akan musnah sepenuhnya.

Seema membawa langkahnya keluar kamar dan itu bertepatan dengan kedatangan Helios.

"Pangeran..." Sapa Seema seraya menundukkan kepala. "Saya baru saja mengantarkan makanan untuk Irina." Lanjutnya.

"Terima kasih." Balas Helios sambil berlalu.

Bibir Seema menerbitkan senyum. Setidaknya Helios berkenan bertatap muka bahkan berinteraksi dengannya semenjak kondisi Irina memburuk. Ia hanya perlu bersabar, menunggu Helios putus asa dan menyerah atas kondisi Irina. Lalu dirinya akan masuk perlahan ke kehidupan pria itu.

*****

Mata Irina terbuka setelah kain basah tersebut menempel di dahinya. "Sudah kubilang jangan dekati aku!" Ucap Irina dengan nada pelan.

Irina menghempas tangan Helios, juga melempar kain di keningnya dengan serampangan. Ia tidak peduli pria ini berstatus sebagai calon Raja. Terserah jika dirinya akan dihukum atas kelancangannya. Ia sudah meminta Helios untuk tidak mendekatinya namun Helios tidak mengindahkan peringatannya. Dirinya tidak mengenal baik Helios dan ia tidak suka ada pria yang memberi perhatian padanya selain Hector.

Helios menghela napas panjang lalu menggeser posisinya untuk menjauh. Penolakan demi penolakan terus ia dapatkan. Rasanya ingin marah namun ia tidak mungkin melampiaskan amarahnya pada wanita yang ia cintai.

Setelah memastikan Helios tidak akan menyentuhnya lagi, Irina kembali memejamkan mata.

Tepatnya dua minggu yang lalu awal mula Helios mendapati perubahan Irina. Perubahan tersebut bermula dari hal-hal kecil seperti, Irina yang marah ketika disentuh, lalu Irina yang enggan berbicara dengannya.

Lalu tiga hari setelahnya, Irina tidak sadarkan diri hampir 24 jam. Begitu tersadar, Irina seperti orang yang linglung. Wanita itu tidak mau merespon interaksi dari siapapun. Hanya diam, menatap kosong, seolah jiwanya tertarik secara paksa.

The Fate Of Irina (Sudah Terbit)Where stories live. Discover now