1. Berkunjung ke Desa Lhor

6 6 11
                                    

Pagi ini keluarga besar Pak Hardi sudah menyibukkan diri dengan segala hal yang menyangkut hajat. Mereka tengah sibuk mempersiapkan pernikahan salah satu cucu mereka yang bernama Nimas.

Sebenarnya pernikahan akan digelar bulan depan yang berarti masih ada waktu untuk persiapan, tak ayal mereka berprinsip bahwa lebih cepat maka akan lebih baik.

"Ibu apa Juan akan ikut?" Kata Asti yang merupakan Ibu dari Nimas.

"Tentu saja, anak itu harus ikut. Mau tidak mau, suka tidak suka dia harus ikut. Inikan acara keluarga masa dia tidak ikut!" Kata Fatimah panjang lebar.

"Bukan begitu, Ibu tahu sendiri Juan kan tidak suka dengan keramaian apalagi ini acara anak ku. Tidak perlu memaksa Juan atau.."

"Sudahlah Tii, urusan Juan serahkan pada Ibu." Pungkas Fatimah pada Asti.

"Baiklah, terserah pada Ibu saja." Pasrah Asti.

Mereka kembali pada kesibukan masing-masing sesekali berbincang untuk membahas keperluan lainnya.


🍃🍃🍃


Keesokan harinya mereka semua berangkat menuju Rumah Asti yang ada di Desa, Desa itu bernama Desa Lhor. Karena suami Asti adalah penduduk Desa tersebut sehingga dia dan suaminya memilih untuk menikahkan putri mereka di Desa Lhor.

Dari kota ke desa hanya memakan waktu 2 jam menggunakan kendaraan roda empat itupun bila tidak macet, Desa Lhor memang tidak jauh tetapi bila sudah macet maka butuh waktu sampai 4 jam lamanya.

"Juan apa kamu sudah tahu pria yang akan menikahi Nimas?" Tanya Fatimah.

"Aku belum tahu Bu? Memangnya kenapa?" Tanya Juan balik.

"Kau tidak ikut sih waktu mereka bertunangan, jadi kau tidak tahu kan!" Sarkas Fatimah.

"Ayah dan Ibu terlalu bersemangat pada pernikahan Nimas, padahal pernikahan akan digelar satu bulan lagi. Aku heran, kali ini tujuan kalian ke Desa untuk apa?" Tanya Juan sembari menyindir.

"Ini adalah hari penentuan dan persiapan Juan, kau tidak akan tahu dan tidak akan paham. Ini urusan orang tua kenapa kau jadi bawel, Nimas adalah keponakan mu harusnya kau berpatisipasi bukan komentar saja!"

Fatimah tidak habis pikir pada anak laki-lakinya yang satu ini, selain keras kepala dia juga bermulut pedas. Selalu bisa memancing emosi orang-orang disekitarnya, padahal saudaranya yang lain nampak santai-santai saja dan tidak masalah. Tapi Juan berkomentar dengan tidak baik, Fatimah takut hal itu akan menyinggung perasaan Asti selaku ibu dari Nimas.

"Sudahlah Ibu, jangan terbawa emosi." Kata Aditya, adiknya Juan.

"Ibu bersikap seolah tidak tahu saja, seperti apa seorang Juan." Sahut Mimi, salah seorang kakak perempuan Juan.

"Sudah, sebentar lagi kita akan tiba. Alangkah baiknya kita sekeluarga menjaga etika ketika bertamu di desa orang. Kalian semua segera bersiap jangan hanya berdebat tentang hal yang tak berguna!" Tegas Hardi selaku kepala keluarga.

Akhirnya mereka tiba di Desa Lhor, mereka disambut oleh para kerabat dari Asnudin suami Asti yang sudah lebih dulu ada di desa.

Dari jalan raya mereka hanya perlu berjalan sedikit melewati kebun, TPU dan beberapa rumah warga desa, sampai mereka menemukan rumah yang dikelilingi persawahan dan waduk kecil. Suasana nampak ramai karena hadirnya para keluarga besar serta kerabat dari pihak Asti maupun suaminya Asnudin.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 22, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

DERITA CINTA ( JUAN & RUHANA )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang