"Kamu habis menangis?" tanya Key lembut saat mengusap pipi Zea. Ia rasa ada cairan yang lengket baru mengering.

Zea mengangguk. "Aku malu dengan kelakuan ayahku," lirih Zea.

Key tersenyum hangat, menuntut Zea ke tempat tidur dan membiarkan gadis itu duduk di pangkuannya. Zea melingkarkan kedua tangannya di leher Key, dengan sigap Key menahan bokong Zea agar tak jatuh. Keduanya saling berhadapan. Posisi Zea lebih tinggi dibandingkan pria itu.

"Bagaimanapun juga dia tetap ayahmu. Jika saya tidak dapat restunya maka saya tidak bisa menikahimu." Key mencubit gemas hidung Zea.

"Dia memang ayahku, tapi dulu tidak memiliki sifat seperti itu. Andai saja ibuku tidak pergi."

"Semua sudah diatur dengan adanya takdir, kita tidak bisa mengubahnya." Zea menatap Key, bibirnya mengerucut.

"Aku tahu, andai saja aku tidak dilahirkan. Aku membenci hidupku sendiri," celetuk Zea kecewa.

"Kamu bicara apa? Jika kamu tidak lahir, bagaimana dengan saya? Kamu tega biarin saya menduda seumur hidup?"

Zea mengulum bibir kemudian mengangguk. "Gadis nakal."

"Kalau begitu saya memilih untuk tidak jatuh cinta jika kamu tidak ada."

"Setelah menikah, saya jamin kamu tidak akan pernah membenci hidupmu sendiri," sambung Key mengelus pipi gembul Zea. Gadis itu hanya diam.

Zea menggerakkan bokongnya karena sedikit duduk di ujung lutut Key. Ia menarik bokongnya hingga tersentak membuat Key meringis.

"Jangan banyak gerak sayang," desak Key memejamkan kedua matanya.

Namun Zea sengaja mengerjai pria itu dengan bergerak terus maju hingga melingkarkan kedua kakinya di pinggang Key. "Shhh Zea!" pekik pria itu membuat Zea terkekeh geli.

Setelah puas melihat pria itu tersiksa Zea turun dari pangkuan Key. Zea berlari kecil masuk ke kamar mandi.  Key melihat itu meringis kesakitan. Bahkan ia kesulitan berdiri. "Awas kamu, Ze."

...🌿...

Bel masuk telah berbunyi lima menit lalu. Saat akan gerbang di tutup, terlihat kedua murid dari arah berlawanan dengan nafas ngos-ngosan berteriak untuk tidak menutup gerbang. Satpam itu memberikan kesempatan kepada keduanya untuk masuk.

"Tungguin gue!"

Pria itu berlari ke kelas, namun sayang mereka berdua terlambat berakhir di jemur di lapangan hingga pelajaran selesai.

"Kok lo, Han!"

Hanna tak memperdulikan pria itu. Ia mengadah hormat pada tiang bendera. "Han?" panggilnya dari samping.

"Apa sih Rel!" kesal Hanna.

Pria itu adalah Farrel. Sang ketua kelas terlambat bangun akibat bergadang semalaman menuntaskan misi pekerjaan yang sangat penting sekaligus rahasia negara alias bermain game mobile leg*nd.

"Marah-marah mulu dari kemaren. Ini masih pagi loh, Han," celetuk Farrel.

"Terus gue harus apa? Bikinin lo kopi, siapin lo makan? Atau gue harus berlari ke kantin beliin lo minum karena ngeliat lo keringatan gitu, kayak di drama Korea? Jangan harap," celetuk Hanna.

Farrel merogoh saku celananya kemudian melempar uang seratus ribu di depan Hanna membuat gadis itu bingung. "Maksud lo?"

"Beliin gue minuman di kantin."

My Daddy & LoveWhere stories live. Discover now