Haloooo masih ada yg nungguin?
Maaf ya kelamaan, baru inget masih punya akun writing heheheheheKaget baru login lagi liat banyak notif huwaaaaaaa makasih banyak yaa supportnya selama ini <3
Jangan lupa like, comment, share yaaa, btw ntar dibawah aku spill link AU versi Trisom, disana juga dijelasin alurnya gimana, pokoknya nyambung dari cerita disini kok :D
Happy Reading luv! ~
Gemericik air terdengar menenangkan dikala tugas mentari mulai berganti menjadi purnama. Argantara masih memejamkan matanya, menyandarkan punggungnya pada sebuah batu besar dipinggir aliran sungai Yangza. Argantara menghela nafas lalu membuka kelopak matanya perlahan, gelapnya malam tak dapat menangkis cantiknya langit Neocapella kala itu, ribuan bintang menemani kesendirian bulan, seolah tak ingin bulan itu merasa kesepian. Argantara terdiam menatap lama bulan itu, ia teringat adik perempuannya yang sangat menyukai bulan purnama, biasanya mereka berdua akan menghabiskan malam berdua di bawah sinar purnama sembari menunggu Argatama menyelesaikan kelas-kelasnya di paviliun istana. Aditi yang berbaring menatap langit malam sembari terus mengoceh membicarakan posisi bulan yang bergerak seiring waktu sampai waktunya Argatama datang, atau Argantara yang diam mendengarkan sembari menyingkirkan daun yang mati di taman bunga miliknya.
"Kak Tara, awan itu menghalangi sinar rembulanku, menyebalkan sekali ck"
"Bukan salah awannya Aditi. Bulan itu hanya malas bertemu denganmu"
"Haish apa-paan? Aku dan bulan itu seperti jiwa yang saling berhubungan"
"Berhubungan apanya?
Aditi diam sebentar berpikir, matanya tak lepas dari atas sana walupun kini bulan itu habis ditelan kegelapan. "Bulan itu aku, hanya aku sendiri dilangit, bersinar terang karena bantuan cahaya matahari, aku yang hidup dalam bayang-bayang hingga aku yang berani menunjukan semua diriku, lalu saat aku lelah dengan keadaanku, walaupun tugas bulan dimalam itu belum usai namun ia melarikan diri, bersembunyi dibalik awan dan tak kembali."
"Apa maksudmu? Kau ini bicara apa aku tidak mengerti"
Aditi mengalihkan pandangannya lalu menatap lurus Argantara yang berjalan kearahnya membawa setangkai mawar, "Aku hidup dalam bayang-bayang kalian kak"
Argantara mendudukkan dirinya disisi Aditi, ia memindahkan kepala Aditi kepangkuannya kemudian menyelipkan mawar petikannya di telinga adik perempuan satu-satunya itu, "Kita bertiga hidup berdampingan Aditi, tidak ada yang berdiri dibelakang ku atau kak Tama. Bahkan saat berdoa di Trimahia pun kita akan berdiri bersisian kan? Tidak ada yang lebih unggul diantara kita bertiga, kita semua sama kuatnya kau tau itu."
Aditi bisa melihat ketulusan dari mata kakaknya, ia selalu merasa aman ketika berada disekitar Argantara. Aditi tidak akan menangisi kepergian Argatama ke medan perang, namun sebaliknya Aditi akan meraung marah saat tahu Argantara ikut berburu ke hutan pedalaman Darkats, ia akan menangis dan diam-diam menyusul Argantara namun tidak pernah berhasil karena Argatama lebih dulu menangkapnya dan mengurungnya di paviliun istana.
YOU ARE READING
𝑻𝒉𝒆 𝑳𝒐𝒔𝒕 𝑲𝒊𝒏𝒈 𝒂𝒏𝒅 𝑸𝒖𝒆𝒆𝒏 [On Going]
Fantasy𝑇ℎ𝑒 𝑙𝑜𝑠𝑡 𝑘𝑖𝑛𝑔 𝑎𝑛𝑑 𝑞𝑢𝑒𝑒𝑛. 𝒪ne day in the kingdom of Neocapella, this story tells of 3 nobles named King Argatama, King Argantara and Queen Aditi. Two kings and a queen in the kingdom of 𝓝𝔈𝑂𝐶𝐴𝑃𝐸𝐿𝐿𝐴, they are kings and quee...