Bab 33

5.2K 389 6
                                    

Hi semuanya...
Aku lagi progress ngetik bab 34. Semoga nggak lama-lama ya.

Dan bagi yang mau beli cerita pdf di aku hanya khusus ceritaku sendiri, bisa via WA, ya. Sementara yang ready baru Unexpected Marriage 1 (60.000) dan Unexpected Marriage 2 (65.000), Regret(12.000), sama Darangshi Oreum versi Korea (14.000). Jadi, sekarang nggak usah pusing-pusing lagi beli ebook dan jangan beli bajakannya. Pembayaran bisa transfer atau shopee pay.

***

Hubungan Arvin dan Rania belum sepenuhnya kembali seperti semula, padahal bulan pun telah berganti. Memang tidak menunjukkan kerenggangan, tetapi Rania terlihat lebih menjaga jarak dari sang suami yang terus mencoba memperbaiki keadaan.

"Nanti mau aku anter?" bisik Arvin yang tiba-tiba memeluk Rania dari belakang saat istrinya tengah memasak sup untuk Gavin.

"Nggak usah repot-repot, Mas. Aku udah janjian sama Sammy."

Rania tak menoleh sedikit pun dan membuat Arvin menghela napas panjang, mengenai leher sang istri. Hal itu sukses membuat Rania memejamkan mata dan sedikit menggeser tubuhnya, tetapi tak berhasil membuat pelukan suaminya terlepas. Malah, Arvin dengan sengaja meletakkan dagunya di pundak kanan Rania.

"Kamu nggak mandi?" ucap Rania lirih.

"Gimana kalau mandi bareng? Udah lama, kan?"

"Nanti bisa kesiangan. Udah jam segini dan kudu bangunin Gavin."

Gerakan Rania selanjutnya membuat pria bertubuh atletis itu melepaskan pelukan. Tanpa menoleh, Rania meninggalkan Arvin yang masih terdiam dan menatap punggung sang istri. Samar-samar ia mendengar suara Gavin yang melengking riang disusul suara tawa Rania. Segera saja Arvin berjalan menuju kamar keponakannya itu.

"Selamat pagi Gavin." Arvin langsung memeluk dan mencium Gavin yang masih berada dalam gendongan Rania. Tentu saja pelukan itu juga membungkus Rania.

Tak ada gerakan dari Rania, membuat Arvin kemudian mencium pipi istrinya dan Gavin ikut mencium pipi kanan ibu sambungnya dengan gemas. Bahkan, liur bayi itu sampai menempel di pipi Rania. Tentu saja mereka kembali tertawa melihat si bayi bermata bulat itu menjerit dan tertawa.

"Mas, udah jam segini. Aku mau ...."

"Biar aku yang mandikan Gavin. Kamu mandi aja."

Rania mengangguk dan melimpahkan Gavin ke dalam gendongan sang suami. Meskipun Gavin sangat aktif, Arvin dengan mudah dan cepat memandikannya. Tanpa bantuan Rania, pria itu mengurus Gavin dengan cekatan dan rapi. Dan ketiganya berbarengan keluar dari kamar masing-masing. Rania langsung merentangkan tangan.

"Gavin, ayo makan."

"Dua hari lagi bisa makan malam berdua?" tanya Arvin yang berjalan membuntuti sang istri.

"Kalau nggak salah besok Mas dinas malam, kan? Kayaknya bakal capek."

Rania meletakkan piring makanan di depan Gavin yang begitu semangat menantikan sarapannya. Ia pun kemudian duduk menghadap Arvin dan mengambil nasi ke piringnya.

"Nggak, kok. Aku udah lama pengin kita keluar berdua."

Tak ada jawaban. Rania makan dengan tenang sampai makanan di piring habis. Sedangkan Arvin makan sambil terus menatap istrinya. Dan ketika Rania beranjak, Arvin berkata, "Biar aku yang mencuci, ditaruh di situ aja. Kamu siap-siap, keburu Sammy dateng."

"Makasih, ya, Mas." Rania tersenyum.

Arvin hendak beranjak saat Rania mencium kening Gavin walaupun bayi itu sibuk makan. Namun, gerakannya terhenti saat Rania segera berlari menuju kamar untuk mengambil tas setelah mendengar suara klakson dari luar.

Kontrak ✅Where stories live. Discover now