Bab 31

5.4K 485 19
                                    

Hallo semua...

Sebelum baca, klik like dulu, ya. Biar nggak lupa. Aku pengin spoiler short story ceritaku yang mau aku jual PDF-nya. Kira-kira ada yang mau beli nggak? Mau yang versi Indonesia atau Korea?

Jangan lupa dijawab juga, ya. Sekarang, selamat membaca.

***

Sesampainya di rumah, Rania menidurkan Gavin, membereskan belanjaan, ganti pakaian dan membersihkan diri, kemudian mengambil ponsel. Ia teringat akan sang suami dan segera membuka ruang obrolan.

Kirania Myesha : "Kami sudah sampai rumah, Mas. Tadi cuma belanja sedikit."

Pesan telah terkirim. Rania pun sempat membalas beberapa pesan, kemudian teringat untuk menghapus daftar panggilan. Tanpa sengaja ia melihat nama Lingga di daftar panggilan. Akhirnya ia mengurungkan niat dan memilih untuk mengamati waktu panggilan Lingga.

Jadi ini yang Lingga maksud? Tapi ini panggilan yang diterima. Kemarin malam bukannya aku tidur awal? Lantas yang nerima panggilan ini siapa?

Mata Rania melebar.

Arvin? Kenapa dia nggak bilang apa-apa ke aku? Atau dia belum sempet bilang?

***

Arvin menepikan mobil di tempat parkir depan kantor Rania. Ia sengaja menjemput sedikit lebih awal untuk mengantisipasi jalan yang macet. Tidak hanya Jakarta, Yogyakarta juga juga kenal dengan kemacetan saat jam pulang kerja.

"Yakin suami kamu udah jemput?" Sammy menggenggam tangan Rania setelah mengedarkan pandangan.

"Iya. Tenang saja."

Kening Arvin mengernyit saat melihat gerak-gerik Sammy yang cemas dan Rania yang hanya membalas dengan senyuman tipis. Ia berusaha membaca gerakan bibir dua orang yang berdiri bersampingan itu.

"Gimana kalau Lingga tiba-tiba dateng? Bahaya. Bisa-bisa ada baku hantam di sini."

Rania menggeleng.

"Lingga nggak sefrontal itu, kok. Gimana pun, dia bukan cowok modal nekat."

"Telepon suami kamu aja deh suruh turun dari mobil. Biar kamu aman."

"Ei ... kayaknya ada rubah licik yang mau lihat suamiku." Rania tersenyum lebar dan mencubit lengan Sammy. "Dasar genit!"

Melihat istrinya menatap ponsel, Arvin memilih untuk melajukan mobil menuju posisi sang istri berada. Ia menghentikan mobil tepat di depan Rania dan menurunkan kaca pintu mobil. Sambil tersenyum, Arvin melambaikan tangan dan berkata, "Sammy, makasih udah nemenin Rania dan antar jemput dia, ya. Kapan-kapan kita bikin acara di rumah."

"Nggak usah, Sammy bisa kesenengan," ucap Rania sambil membuka pintu dan segera masuk. Tak lupa senyuman dan lambaian ia berikan untuk rekan kerjanya yang memanyunkan bibir.

"Dasar nenek sihir satu ini." Ekspresi Sammy langsung berubah saat ia menatap sambil melambaikan tangan ke arah Arvin. "Iya, pak dokter. Janji undang aku juga, ya."

"Kami duluan, ya, Sam."

Pasangan itu melambaikan tangan sebelum mobil mereka melaju meninggalkan area kantor Rania. Di perjalanan pulang, Rania terus mengunci bibirnya. Pikirannya berkecamuk. Ia juga ingin menunggu Arvin membuka obrolan dan mengatakan tentang telepon dari Lingga.

"Gimana hari kamu di kantor tadi?"

"Sibuk seperti biasa. Ada sedikit masalah, tapi udah terselesaikan. Mas sama Gavin gimana di rumah?" Rania akhirnya menoleh dan menatap sang suami.

Kontrak ✅Where stories live. Discover now