Bab 30

5.8K 429 19
                                    

Hai semuanya....
Sebelumnya, buat kak pasirbening aku pinjem 'soang'-nya yaa. Makasih sudah bikin aku nemu kata ganti Sybil. 😆

Happy reading guys, jangan lupa klik like dulu. Biar aku makin syemangat.

***

Arvin langsung melepaskan tangan kanan Sybil saat tatapannya bertemu dengan sepasang mata sang istri. Tubuhnya segera menjauh sambil menggendong Gavin dan berjalan mendekati Rania. Ia juga langsung memegang tangan dan menatap mata sang istri penuh permohonan.

"Sayang, Gavin ambil pena yang aku pegang terus dilempar. Ngenain tangannya Sybil. Makanya aku tadi megang tangan Sybil buat ngecek. Maaf, ya."

Suami orang kenapa ngegemesin gini? Yang satu panik, satunya kayak puas banget habis dipegang tangannya.

Senyuman Rania yang tiba-tiba, membuat Arvin bernapas lega. Ia pun merangkul dan memberikan kecupan di pelipis kiri istrinya. Melihat situasi itu, Gavin meronta dan ingin pindah gendongan. Rania pun segera mengambil alih bayi gembul itu.

"Nggak apa-apa, Mas. Aku percaya Mas, kok." Rania tersenyum cerah, kemudian menatap Syibil. "Dokter Syibil sudah sarapan belum? Mau sarapan bersama kami?"

"Boleh, Vin?" Syibil memasukkan pena dan buku catatannya ke tas. Dirinya juga dengan jelas hanya menatap Arvin sambil tersenyum.

"Istriku mengizinkan, pasti boleh." Setelah menjawab, Arvin menatap sang istri sambil tersenyum. "Ayo ke ruang makan."

Arvin dan Rania berdampingan saat berjalan menuju ruang makan sambil bercanda dengan Gavin yang terus berteriak heboh. Saat sampai ruang makan, Rania mendudukkan Gavin ke kursi makan dan memakaikan sabuk pengaman. Dan Arvin memakaikan celemek makan Gavin saat Rania mengambil, kemudian meletakkan mangkuk makan bayi.

"Selamat makan, Gavin sayang. Papa ayo pimpin doa."

Pasangan pengantin baru itu saling bertukar pandang dan Arvin pun memimpin doa. Keduanya berdoa di sisi kiri-kanan Gavin dan bayi itu mengamati orang tua sambungnya dengan tenang. Sedangkan Sybil hanya diam di kursinya dan memperhatikan pasangan di seberang meja dengan tatapan datar.

Andai waktu bisa diputar kembali dan saat itu aku milih kamu, mungkin yang sekarang di posisi wanita itu adalah aku. Vin, kenapa kamu nggak bisa nunggu aku sebentar lagi? Kompetensi apa yang wanita itu punya sampai kamu milih dia dibanding aku?

"Loh, piringnya kurang satu. Simbok, ayo makan dulu sini."

Diam-diam Rania melirik sekilas ke arah Sybil setelah menyiapkan piring untuk simbok. Sampai seberapa kuat kamu berusaha masuk ke pernikahan kontrak kita ini? Bukankah acting kami tanpa cela, dokter Sybil? Tapi aku lakuin ini dari hati.

***

Arvin duduk setelah memastikan semua pasien UGD telah menerima perawatan. Sore itu ia bersyukur dalam hati tanpa mau menyebutkan tentang pasien dan pekerjaan karena khawatir akan ada hal buruk yang muncul. Begitulah mitos di UGD yang dirinya pun percaya.

"Mbak Sista, HP-mu getar mulu dari tadi."

Oh! Rania kayaknya tadi kirim pesan sama telepon.

Segera Arvin merogoh ponselnya setelah mendengar suara salah satu perawat yang tak jauh darinya. Banyak pesan masuk, tapi fokus Arvin hanya pada nama sang istri.

Istri : "Mas, Sammy sama anak-anak lain pada mampir jengukin."

Istri : "Sekarang yang lain udah pada pulang, tinggal Sammy aja. Aku sama dia udah pindah di teras depan. Di dalam ada Indri juga, tapi siap-siap pulang. Tadi dia izin lagi. Boleh nggak aku pergi ke supermarket sama Sammy dan Gavin biar nggak di rumah bertiga kalau Indri pulang?

Kontrak ✅Where stories live. Discover now