II. O'brien Café

139 23 1
                                    

【𝙄𝙄. 𝙊'𝙗𝙧𝙞𝙚𝙣 𝘾𝙖𝙛𝙚】

Hasta Gelora tergerak untuk melepas sepasang kasut yang melekat di kakinya seharian ini. Di belakangnya sudah berdiri gadis lain dengan warna surai coklat madu. Kajes tampak berceloteh panjang lebar sambil membantu Gelora mendorong kopernya.

"Gila emang itu orang, bisa bisanya dia mainin gue. Gue loh, Ra! Seorang Kajes yang terkenal seantero kampus. Gimana ga malu gue? Mau taroh dimana muka gue besok kalo ada rapat sama BEM. Mana pergantian masih lama lagi. Lo tau ga sih, Ra? Kalo aja nih ya gue ikut silat, udah gue bejek bejek itu mukanya sampe jadi tahu gejrot."

Perempuan dengan rambut hitam sepunggung itu menghela napas berat untuk kesekian kalinya, Gelora melepas outernya dan menyisakan tank top berwarna cyan di tubuh atasnya. Ia lantas melemparkan hoodie crop berwarna hitam itu ke arah Kajes dan mendarat mulus di mukanya.

"Makan tuh cinta!" Ujar Gelora lalu tertawa sebelum melarikan diri ke dalam bilik mandi.

"Sialan emang lo, Ra! Gue lagi serius, cok!" Umpat Kajes melemparkan baju milik sobatnya itu ke keranjang pakaian di sudut ruangan.

"Yeah, tunggu gue selesai mandi. Nanti kita cari makan sambil cerita-cerita."

"Nah, gitu kek dari tadi!" Kajes tersenyum atas penawaran itu, "Tapi bayarin ya?"

¤¤¤

Pukul delapan malam, Gelora dan Kajes berjalan menyusuri trotoar seraya bercerita banyak. Mostly sih bahas gebetannya Kajes yang ternyata udah punya pacar itu. Gelora nggak heran sih, di zaman kaya gini, cowok baik dan bangsat itu susah dibedain.

Bilang saja dia terlalu skeptis, tapi Gelora sudah melewati masa masa itu dan dari pengalamannya 76% lelaki yang dia temui di sini itu kelakuannya, naudzubillah. Nggak cuma sekali Gelora hampir diseret ke hotel sama kenalannya di awal nge-kost dulu.

Dia masih terlampau polos. Hidup di Jogja itu menurutnya udah kaya di Las Vegas. Banyak sisi gelap yang dia  temukan sendiri saat menjadi warga di sana.

Skip, rasanya nggak lengkap kalau nggak bahas tempat tempat nongkrong yang lagi happening di sini. Tentu saja, kota yang terkenal akan masakan gudegnya ini punya lusinan tempat nongkrong yang tersebar di setiap sudut kota.

Salah satunya O'brien Café, ruangan dengan tata lampu kuning yang menyorot lukisan di tembok putih itu tampak ramai karena grand openingnya yang belum lama. Gelora meregangkan kerangkanya sekali lagi sebelum kembali ke aktivitas awalnya yakni mencuci piring.

Yups, dia bekerja sebagai pekerja paruh waktu di cafe ternama itu. Ia bekerja di cabang ke-7 di kota ini. Setiap hari Jumat, dan Sabtu.

Menurutnya lumayan, dengan gaji kurang lebih 1,5 juta, ia sudah bisa meng-cover segala kebutuhan selain sewa. Kalau urusan tempat tinggal, ia sudah menyewa kamarnya untuk setahun ke depan.

Valencia yang menempati posisi waitres tampak masuk ke dapur dengan wajah bercucuran keringat. Gadis yang kuliah di yujiem itu kelihatan lelah sekali. Gelora membantunya menurunkan gelas gelas kotor, sedangkan Valencia sendiri sibuk bernapas sambil meraup udara sebanyak mungkin.

"Anjing bangsat emang! Dia kira ni kafe punya moyangnya kali?" Kesalnya.

Gelora sudah menebaknya, "Kenapa lagi? Lo digodain?"

Mark yang barusan masuk langsung bergabung dalam percakapan unfaedah tersebut, "Calm, Val. Udah ditanganin sama si Bos kok. Semoga ga jadi panjang."

Gadis yang sedang berkutat dengan perkakas kotor itu lalu mengangkat alisnya tinggi, "Lah si Bos dateng?"

Pemuda yang sedang mengambilkan air putih untuk Valencia itu mengangguk singkat lalu menuju ke kompor gas di sebelah Gelora. Dia adalah Mark si juru masak.



Masak air :v

Sambil menahan tawa, Gelora mengulurkan mug yang baru ia bilas kepada cowok itu, "Tolong kasih kabinet atas. Gue mau buru buru masakin pesenan."

"Iya deh, kasian dedek Lora yang moengilz ini!"

Perkataannya tersebut sukses mengundang ekspresi kesal Gelora. Perempuan yang memang bertubuh paling mini itu langsung bergerak untuk memukul punggung rekan kerjanya itu.

"Sialan, dasar maniak semangka!" Umpat Gelora.

Valencia yang barusan meneguk airnya kemudian bernapas lega, "Hufft! Makasih ya udah make me feel better. Lo, cebol, besok gue jajanin kalo udah gajian. Oke?"

"Memang anjing kalian berdua," emosi Gelora yang mulai meracik bumbu.

¤¤¤

❝ 𝑆𝑒𝑗𝑎𝑟𝑎ℎ 𝑀𝑎𝑛𝑡𝑎𝑛 ❞

note :
Jangan lupa senyum !
Senyum itu penting ♡

Sejarah MantanWhere stories live. Discover now