Bab 17 ~Penghukuman Aria~

3 1 0
                                    

Kesa menyendiri di kolam belakang istana. Ia termenung mengingat perkataan Aria yang membuatnya tak habis pikir dan semakin menyesali pernikahannya. Lalu Kasim Lii datang. "Yang Mulia sudah hampir satu hari Yang Mulia disini, apa sebaiknya Yang Mulia kembali ke istana sekarang?" Kata Kasim Lii.

"Tidak. Aku tidak ingin melihatnya. Apa kau sudah membawanya? Aku akan menyerahkan diri ke Kaisar dan mengakui telah menusuk Aria." Kata Kesa.

"Menusuk Aria? Sebenarnya apa yang terjadi Yang Mulia? Hamba tidak mengerti" kata Kasim Lii.

"Apa? Bukankah kau melihatnya di Aula?" Kata Kesa.

"Ahh jadi itu adalah darah Aria. Kami kira itu adalah milik Yang Mulia. Saat Yang Mulia keluar dari aula, kami masuk ke dalam tapi kami tidak menemukan siapapun hanya bercak darah". Kata Kasim Lii.

"Apa? Tapi kemana dia? Jadi sebenarnya..." lalu Kesa menceritakan apa yang terjadi di Aula pada Kasim Lii.

"Apa?? Bagaimana dia bisa melakukan itu pada putri Sekar dan Yang Mulia? Dia memang benar kejam dan gila. Hamba juga akan menusuk bahkan menamparnya jika hamba jadi Yang Mulia. Tapi hamba tidak mengerti alasan dan tujuannya melakukan itu. Apa kita tidak bisa melaporkannya ke Kaisar?" kata Kasim Lii.

"Aku juga tidak tau. Tapi kita tidak bisa memberitahu ini ke semua orang karena kita sama sekali tidak punya bukti, ini bisa membuatku gila" kata Kesa.

Tiba-tiba pengawal datang membawa kabar. "Maaf Yang Mulia, hamba melaporkan bahwa saat ini Kaisar sedang menghukum Permaisuri Putri Aria di aula utama istana".

Kesa dan Kasim Lii terkejut. "Kenapa dia bisa dihukum?" Kata Kasim Lii.

"Hamba tidak tau Yang Mulia". Kata pengawal.

"Isshh kau ini? Bagaimana Yang Mulia apa kita pergi melihat?" Kata Kasim Lii.

"Kita harus melihatnya" kata Kesa. Mereka pun menuju Aula Utama Istana.

.

Aria duduk ditengah-tengah aula, tersujud dengan kedua tangannya terikat di belakang. Dia terlihat lemas karena itu bukanlah tali biasa, itu adalah tali segel pelemah tubuh. Tali itu mengikat tangannya yang terhubung juga mengikat lehernya terlebih lagi luka tusukan di perutnya. Walaupun dia sudah terbiasa dengan kesakitan, tapi kali ini dia tidak berdaya. Karena tubuhnya masih memiliki segel pengganti tubuh, tubuhnya dikendalikan oleh Kaisar Toma Adelard. Itulah sebabnya Aria tidak akan bisa berkutik jika ingin menyerang Kaisar Toma.

Orang-orang berkumpul sambil bertanya-tanya kenapa Aria dihukum seperti itu, pasalnya Kaisar baru saja memuji habis-habisan Aria di depan publik kemarin. Kesalahan apa yang telah ia perbuat. Itu juga yang membuat penasaran Kesa dan Rai Adelard.

"Aku kira akulah yang berada disana, susah payah aku memikirkan bagaimana caranya dia dihukum tapi ternyata justru malah Kaisar yang langsung menghukumnya. Kau memang pantas mendapatkannya Aria!!" Kata Kesa.

Rai yang mendengarnya pun marah. "Berani sekali kau mengatakan itu padanya. Perbuatanmu di Aula kau kira aku tidak tau. Kau benar-benar keterlaluan Kesa. Aku yakin kau akan menyesal!!" Kata Rai.

Kesa ingin membalas perkataan kakaknya namun rombongan Kaisar Toma dan Volker tiba di Aula Istana sehingga mengurungkan niatnya. Dalam pikiran Kesa heran, kenapa kakaknya sangat membela Aria.

"Aria telah memasuki Perpustakaan Istana tanpa izin dan berusaha menyelinap masuk di malam hari. Perpustakaan Istana memang diizinkan untuk Keluarga Istana tapi apa yang kau cari hingga harus menyelinap?!!!" Kata Toma Adelard yang marah.

Tali segel menyala semakin erat membuat Aria berteriak kesakitan ditangan dan lehernya. "Aaaaaaaa!!!!!" Tubuhnya semakin lemah.

"Kau lihat itu Kasim Lii? Simbol dipunggungnya menyala. Aku belum menceritakan padamu sebelumnya. Dia memiliki simbol dipunggungnya yang sama dengan yang ada di pergelangan tanganku. Tapi milik Aria lebih besar dibanding milikku. Kau lihat simbol dipergelangan tanganku semakin hari semakin jelas. Apa dan kenapa ini?" Tanya Kesa pada Kasim Lii.

"Pertama-tama hamba tidak melihat simbol apapun menyala dipunggung Aria. Dan yang kedua, bagaimana Yang Mulia tahu ada simbol itu dipunggung Aria sebelumnya.. mmmm apa Yang Mulia sudah..." Kata Kasim Lii.

"Sembarangan kau ini, aku tidak sengaja melihatnya ketika dia sedang mandi saat itu" Kata Kasim Lii.

"Apaaa??? Sedang mandii??" Kata Kasim Lii. Kesa segera menutup mulut Kasim Lii.

"Aku tidak sengaja dan aku langsung berbalik dan lari saat itu. Tapi Tetua bilang simbol ini adalah tanda Penguasa Dunia lalu apakah Aria juga?? Penguasa Dunia berarti hanya satu orang kan? Tidak mungkin ada 2 orang, kalau seperti itu, itu bukan penguasa dunia namanya" kata Kesa.

"Benar juga Yang Mulia. Lalu kenapa hanya Yang Mulia yang bisa melihat simbol itu?" Kata Kasim Lii.

"Entahlah.." kata Kesa sambil terus berpikir.

"Yang Mulia Kaisar, hukuman bagi siapapun yang menyelinap masuk Perpustakaan Istana adalah hukuman mati. Tapi Aria adalah bagian dari Keluarga Istana, untuk apa dia menyelinap kalau sebenarnya dia sendiri bisa masuk dengan resmi. Mohon Yang Mulia untuk tidak gegabah dan melakukan investigasi terlebih dahulu" Kata Rai yang tidak tega melihat Aria.

"Kau benar juga Pangeran Rai. Baiklah. Aria untuk sementara akan dihukum dan ditahan di Istana Piari. Dia tidak boleh pergi dan dikunjungi oleh siapapun selama investigasi dilakukan". Kata Toma mulai mereda.

"Istana Piari?? itu adalah Istana yang terbengkalai dan kotor. Banyak rumor mengatakan ada roh-roh jahat didalamnya sehingga tidak ada yang berani kesana dan ditinggalkan kosong. Apa Aria sanggup dengan kondisi seperti itu". Kata Kasim Lii.

"Kenapa kau harus memperdulikannya?" Kata Kesa sambil berjalan pergi.

"Aahh iya maaf Yang Mulia!" Kasim Lii mengikutinya dari belakang.

.

"Yang Mulia yakin dia tidak akan melarikan diri dan berhasil melewati kesembilan kesakitan?" Kata Volker.

"Skenario ini adalah yang terbaik, pasti dia sudah menemukan buku itu dan dia sudah pasti tau akhir dari hidupnya. Besok adalah bulan purnama, saat itulah kesembilan kesakitan dimulai. Dengan mengurungnya, kita bisa menahannya disini dan lebih cepat tau apakah dia berhasil atau tidak" Kata Toma.

"Hmmm aku mengerti, kau juga bisa saja mengendalikan Aria dengan segel itu tapi tidak dengan publik. Publik tidak akan curiga jika terjadi sesuatu pada Aria dengan alasan ia sedang dihukum. Tanpa skenario ini, kita pasti kerepotan karena dia telah menjadi keluarga istana, akan ada banyak orang curiga". Kata Volker.

"Kau benar, tanpa penjaga di Istana Piari pun. Dia tidak mungkin pergi. Segera setelah ia berhasil kita harus cepat mengamankannya" kata Kaisar.

"Tapi aku lihat Pangeran Rai sangat berambisi membuktikan Aria tidak bersalah. Dia benar-benar sibuk hari ini" kata Permaisuri Mesha Adelard.

"Aria harus tetap dinyatakan bersalah. Karena pada akhirnya ia harus tetap mati dan hanya itu yang bisa tidak menimbulkan kecurigaan. Itu semua bisa kuatur" kata Toma.

"Aria keliatan lemah dari biasanya. Aku khawatir ia gagal. Aku merasa kasian padanya. Meskipun hidupnya tidak begitu sia-sia karena akhirnya namanya tercatat dalam sejarah sebagai pahlawan Adelard. Tapi dia hidup dalam kebohongan yang kita buat" kata Volker.

"Aku tidak menyangka seorang Volker yang kejam ternyata punya rasa seperti manusia" kata Toma.

"Heiii.. kau kira aku binatang selama ini". Hahaha... mereka semua tertawa dengan yakin mereka akan berhasil menciptakan sandachi baru.

"Kalian semua memang binatang!". Kata Aria sambil meneteskan air mata dan terpejam di Istana Piari yang kotor dan berserakan. Rupanya Aria mendengar percakapan mereka semua lewat melalui lalat pengintainya.

Bersambung...
Written by Dewi Meliana 😔

Nine PainWhere stories live. Discover now