40. [ Be found ]

13.2K 2K 400
                                    

"Daddy found you, baby."

Nafas Nevan tercekat seolah terhenti sejenak, mata yang awalnya membulat terkejut perlahan-lahan berubah menjadi sipit akibat si pemilik mendatarkan ekspresinya. Ia memutar bola mata malas dan langsung melangkahkan kaki untuk pergi.

"Eh, ingin kemana? Ayo kita pulang."

"Tidak mau!" Nevan mendengus seraya menarik tangannya yang di genggam kuat.

"Daddy sudah menjemput--"

"Paman Ryan! Jangan memanggil dirimu seperti itu."

Kening Ryan mengkerut tanda bingung. "Kenapa? Bukankah terlihat keren?" Ia tersenyum pepsodent, lebih mirip seperti psikopat.

"Paman tidak cocok dan aku geli mendengarnya."

"Kurang ngajar, anak dan ayah sama saja. Selalu memancing emosi," gumam Ryan samar. "Cepat masuk."

Nevaniel hanya menatap tak minat pada kursi penumpang yang dibukakan oleh Ryan. "Kenapa mobilnya berbeda?"

Pria di depannya tertawa renyah. "Basement hampir penuh dan mobilku terjepit tidak bisa keluar. Jadi paman meminjam milik teman untuk menjemputmu."

Nevan menunduk menatap sepatunya yang sempat menjadi pelaku penendangan tadi pagi. Ia pikir seseorang yang membantunya bukan Ryan. Ah, kenapa ia jadi berharap seperti ini?

Ryan sedikit membungkuk menatap lamat bocah dengan pipi gembul di depannya. "Ada apa? Kau terlihat murung."

Nevaniel menggeleng sambil mengangkat wajahnya. "Tidak apa-apa."

"Yasudah, kita pulang."

"Tidak mau, ayo jalan-jalan."

"Kau baru saja hampir terluka, tapi masih memikirkan hal lain?"

Nevan cengengesan. "Aku baik-baik saja, jadi tidak ada yang perlu dikhawatirkan."

Ryan mencubit kedua pipi anak di depannya dengan gemas. "Astaga, siapa yang mengajarimu, huh? Seperti kata-kata orang dewasa saja."

"Nevan memang sudah dewasa!"

"Benarkah?" Ryan mengulum bibirnya tak tahan ingin tertawa.

"Ya, tentu saja."

"Tapi orang dewasa tidak pernah mengompol di celana."

Nevan mengernyit dan langsung menunduk memperhatikan celananya. Nampak area selangkangan terlihat basah dan banyak terdapat jejak air yang menuruni kaki hingga mengakibatkan kaos nya ikut basah.

Wajah Nevan memerah dan bibirnya melengkung ke bawah. "Hiks paman, huaaaaaa.. Nevan pipis di celana."

Tubuh Ryan ditubruk begitu saja oleh si kecil. Dokter muda itu tertawa sambil mengusap gemas surai Nevan yang semakin lebat di pelukannya. "Hei, jangan menangis. Tidak apa-apa."

"Tidak nyaman huhuhu~"

Lagi-lagi Ryan harus mengigit pipi dalamnya saat Nevaniel mendongak dengan mata berair, pipi dan hidungnya juga ikut memerah. "Celana dalam mu pasti basah kuyup bukan?" Ryan menggoda sambil tertawa semakin lepas.

Hidung Nevan kembang-kempis akibat kesal. Ia mendekatkan wajah pada lengan Ryan yang terlapis kemeja, lalu tanpa babibu langsung mengigit dengan keras.

"Akhh! Ya ampun, nakal sekali." Ringis Ryan seraya mengusap lengannya yang terasa nyeri.

Nevan menghembuskan nafasnya dengan keras, ia kesal sekali.  "Pulang hiks.. Ayo pulang~"

"Iya iya, bukankah sedari tadi paman mengajakmu pulang? Kau sendiri yang ingin jalan-jalan."

Ryan menggendong tubuh remaja berumur 14 tahun tersebut tanpa beban. Kaki nya berjalan menuju kursi di samping pengemudi dan membuka pintunya. Sebelum menurunkan tubuh si kecil, Ryan sempat mengambil banyak tisu untuk mengurangi merembesnya urine yang bisa saja mengotori mobil milik temannya.

NEOTEROSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang