36. [ Hospital ]

13K 2K 467
                                    

Di gedung rumah sakit tepatnya berada di lantai tiga, terlihat Kevan dan Kevin duduk berdampingan di sebuah kursi tunggu. Keduanya harap-harap cemas pada seseorang yang tengah menjalani prosedur operasi.

Sementara Ryan di sibukkan dengan pekerjaan yang berstatus sebagai dokter. Ia tidak bisa terus menerus mengambil cuti hingga melalaikan tugas. Meskipun begitu, Ryan sesekali datang untuk menanyakan si kembar telah makan atau belum. Dokter spesialis anak itu juga tidak lupa memperhatikan kesehatan anak-anak Gerald.

Lampu yang berada tepat di atas pintu bertuliskan surgical operating room masih berwarna merah sejak dua jam yang lalu. Ryan mengatakan jika operasi gerald akan terjadi kurang lebih 3 jam. Alhasil, mereka harus menunggu dengan sabar dan berharap semoga para dokter yang berada didalam sana berhasil.

Suasana hening tiba-tiba menjadi sedikit gaduh kala suara jejak kaki memenuhi koridor rumah sakit. Kevan menoleh ke arah kanan, saat itu juga matanya terbelalak melihat bocah berseragam lengkap sekolah sedang berlari kencang ke arah mereka.

"Shit, kenapa Nevan di sini."

Mendengar nama sang adik, kevin lantas ikut mengangkat wajahnya yang awalnya tertunduk kini menatap Nevaniel yang semakin mendekat.

"Abang hiks.. Papa dimana?"

Tubuh kevin sedikit oleng ketika ditubruk keras oleh Nevaniel. Pemuda yang masih bergelar mahasiswa tersebut sedang mencerna kejadian yang baru saja terjadi.

Kevan menarik lengan anak itu dengan pelan. "Dengan siapa kau kemari?"

"Aku yang membawanya."

Pandangan Kevan beralih ke arah remaja jangkung yang berjalan mendekat. "Zefran, bukankah sudah--"

"Dia sudah tahu semuanya, tidak ada gunanya untuk menutupi." Potong zefran setelah melirik sejenak ke arah sang adik. Jujur saja, ia mempunyai rasa tidak suka pada Nevan. Sebab, jika bukan karena Nevan yang berulah, pasti papanya tidak akan mengalami kejadian tak terduga seperti sekarang.

"Kalau paman Ryan tahu, kau pasti akan di jambak." ujar kevan menatap sinis ke arah zefran.

Kevin yang sedari tadi diam beranjak dari kursi tunggu. Ia menggenggam lengan kurus Nevan dengan erat. "Kita pulang," ucapnya dingin.

Mendengar hal itu, Nevan sontak menggeleng cepat. Ia menarik keras tangannya yang tetap di genggam oleh Kevin. "Hiks tidak mau, lepas! Hiks.. Nevan mau papa."

"Papa sedang tidur. Lebih baik kamu istirahat di rumah, oke?" Kevan memberi pengertian kepada adiknya. Tangan pemuda itu mengusap halus surai Nevan yang berantakan.

Si manis tetap menggeleng tanda ia menolak. "Papa~ mau papa huwaaa!!"

Kevin berdecak samar, ia merendahkan tubuhnya agar setara dengan Nevan. Pemuda itu mencengkram kuat kedua bahu sang adik dan sedikit mengguncang. "Dengar," tekannya.

Netra Nevan bertubrukan dengan mata Kevin yang menatapnya tajam. Dada anak itu naik turun karena sesegukan. Mata nya sudah memerah dan sedikit membengkak akibat terus mengeluarkan muatan air.

"Papa. tidak ingin. bertemu. denganmu."

"Kevin!" Seru zefran akibat terkejut. Ia bahkan tidak peduli lagi dengan embel-embel 'abang' karena Kevin kaka nya.

"Papa tidak akan suka dengan ucapan mu." Kevan ikut protes.

Kevin menatap peringatan pada kembaran dan adik keduanya. "Kalian diam, aku yang tertua disini dan aku yang mengatur."

Kevan dan zefran saling tatap seolah bertelepati lewat tatapan mata.

"T-tapi.. Kenapa?"

"Karena kau tidak pernah bersifat dewasa."

NEOTEROSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang