33. [ Berakhir ]

11.6K 1.9K 521
                                    

Karena telat up, jdi chap ini sy buat dua kali lipat lebih panjang dri biasanya.

нαρρу ємσѕιηg


Ryan tak melepaskan pandangannya dari bocah manis yang tengah berlari mencari tempat sembunyi. Saat ini ia berada di balkon yang berhubungan langsung dengan kamar Gerald. Kebetulan temannya itu sedang beristirahat, sementara ia menjaga Nevaniel dari jauh.

Dibawah sana, Lia menghitung di depan sebuah pohon besar yang berada di sudut pekarangan. Sedangkan Nevaniel sibuk bersembunyi sambil menahan tawa. Yaa, keduanya tengah bermain petak umpet.

Jika ditanyakan apa Ryan khawatir, jawabannya iya. Nevan belum pulih, jika kulitnya disentuh pasti masih terasa sedikit panas. Lalu ia juga belum percaya pada Lia sepenuhnya.

"Sembilan.. Sepuluh.. Sudah?"

"Sudaah! Hihi~"

Ryan tersenyum tertahan ketika Nevan dengan polosnya menjawab. Alhasil Lia tentu mengetahui dimana anak itu bersembunyi hanya dengan mengikuti sumber suara saja. "Manis dan tampan, perpaduan sempurna. Tapi sayangnya mempunyai otak yang hampir bodoh."

Meskipun Lia tahu dimana Nevan berada, ia tetap berkeliling sambil memanggil nama sang anak, agar bocah itu semakin senang jika dirinya susah ditemukan.

"Nevaniel, kamu dimana?"

Nevan terkikik geli sambil merapatkan diri pada tanaman hias yang mampu melindungi tubuh kecilnya. Nafas anak itu sudah tidak teratur karena terus berlari, tetapi ia sama sekali tidak peduli.

"KETEMU!"

"Kyaaaaaa!!"

Lia tertawa ketika berhasil membuat putra kecilnya terlonjak kaget sampai terduduk ke tanah. "Hahaha, maafkan bunda telah membuatmu kaget."

Nevan mengelus pantatnya yang baru saja berciuman mesra dengan tanah. "Hiks.."

"Eh?" Lia menghentikan tawanya saat mendengar satu isakan yang keluar dari bibir tipis Nevaniel.

"HEI, RORO JONGGRANG! KAU APAKAN BOCAHKU HAH?!"

Di lantai dua, tepatnya balkon. Ryan menunjuk Lia sambil melototkan matanya. Wanita itu mendesis sinis, ia menarik lengan Nevan agar kembali berdiri.

"Kamu ternyata lebih lemah dari apa yang bunda kira." Gumam Lia sambil membersihkan telapak tangan Nevan yang sedikit berdebu.

Sementara Ryan yang posisinya tidak bisa melihat dengan jelas karena tubuh Lia melindungi Nevan semakin kesal. "SIALAN, AKU BERBICARA DENGANMU."

"Ryan, kenapa berteriak? Ada apa?"

Mendengar suara serak khas bangun tidur, Ryan menoleh ke belakang, tepatnya pada pembatas antara balkon dan kamar yang terbuat dari kaca transparan. Terlihat Gerald duduk bersandar pada headboard ranjang menatapnya dengan heran.

Ryan berdecak pelan, lalu masuk ke kamar. "Bukan apa-apa. Kau istirahatlah lagi, aku akan turun sebentar."

Tanpa menunggu jawaban, pria yang bergelar dokter tersebut langsung mengayunkan kakinya keluar dari kamar. Tujuannya sekarang untuk ke halaman menemui Lia dan Nevaniel.

NEOTEROSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang