23. [ Bad ]

14.8K 2.3K 224
                                    

"Papa ayo pulang."

"Lepas Nevaniel."

"Papa hiks ayo pulang."

"Kamu tetap disini, sekarang lepaskan kaki papa."

"Huaaaa Nevan ikut pulang hiks, jangan di tinggal sendiri."

Gerald menatap datar bocah yang memeluk erat salah satu kakinya sambil merayap di lantai seperti buaya. Saat ini Gerald ingin pulang ke rumah setelah menyampaikan niatnya membawa sang putra ke sini untuk apa. Namun, anak yang mulai beranjak remaja tersebut menahan kakinya dan malah merengek ingin ikut pulang bersama.

Sementara itu, tak jauh dari posisi ayah dan anak terdapat grandma yang menatap keduanya dengan ekspresi jengah. "Kau berlebihan, Nevan. Lepas kaki papamu."

Nevan menggeleng cepat, pipi chubby nya mengkilat karena sudah basah akan air mata. Hidungnya mulai memerah seperti orang terkena flu. Begitupula dengan mata anak itu yang mulai membengkak karena terlalu banyak mengeluarkan muatannya.

"Henry." Panggil wanita paruh baya itu kepada sekretaris putranya.

"Ya, nyonya?"

"Tarik paksa anak tengil itu kesini." Perintah grandma dengan wajah sedikit terangkat angkuh.

Henry segera mendekat ke arah Nevan yang masih memeluk kaki majikannya. Perlahan tapi pasti ia melepaskan cengkraman tangan kecil anak itu, lalu menggendongnya menjauh dari Gerald.

Sontak si manis berteriak histeris. "Hiks, jangan paman. Huwaaaa lepas! Lepaskan Nevan!"

Kaki pendeknya menendang ke segala arah berusaha lepas dari dekapan sekretaris sang ayah. Tetapi sial, tubuh Henry dan Gerald kurang lebih sama. Jadi tenaga keduanya pun tak jauh berbeda.

Sesampainya di depan wanita yang tadi memberinya perintah, Henry menurunkan bocah SMP itu dengan hati-hati tentunya. Nevan yang merasa sudah bebas kembali melangkah dengan sedikit sempoyongan.

Hampir saja terjatuh, sebuah tangan menahan kerah seragam bagian belakang Nevan, hingga membuat nya sedikit terangkat seperti anak kucing yang ingin di pungut.

"Kau bisa pergi," ucap grandma pada Gerald.

Sebelum benar-benar pergi Gerald menatap manik mata indah putranya yang kini menampilkan wajah memelas minta di kasihani. Nevan memang berhenti memberontak karena bocah itu takut pada neneknya.

Sedikit merasa kasihan tapi rasa kesalnya masih ada pada anak laki-laki itu. Terlalu nakal sampai dirinya lelah sendiri mengurus Nevaniel.

"Baiklah, aku pergi. Tolong jaga Nevan."

Nevan membulatkan matanya kala sang ayah berbalik begitu saja menuju pintu tanpa peduli padanya. Ia ingin mengejar Gerald, tetapi kaitan tangan si nenek tua begitu kuat mencengkram kerah seragam miliknya.

Tiba-tiba rasa hangat menjalar di area kaki si kecil yang berasal dari selangkangan. Hal tersebut membuat bibir tipis Nevan melengkung kebawah. Ia menarik nafas dalam-dalam, lalu berteriak. "Papa! Diaper Nevan bocor huaaaa!!"

Langkah Gerald dan Henry sontak terhenti di tempat. Keduanya kembali berbalik dan mendapati Nevan yang merapatkan kakinya. Terlihat garis-garis yang membasahi celana sekolah anak itu.

Bukankah popok bocah nya sudah di ganti oleh kevan? Astaga, mungkin gara-gara ketakutan Nevan menjadi sering pipis, hingga mengakibatkan popoknya tidak sanggup menampung.

Gerald menghela nafas pelan, lalu mendekat ke arah dua manusia yang sangat berarti dalam hidupnya. "Tidak apa, jangan menangis."

Nevan memeluk leher sang ayah ketika pria itu menggendong tubuhnya tanpa peduli pakaian kerjanya menjadi kotor.

NEOTEROSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang