Sebelum serius dengan material Wurtzite di depan sana, Irina menghirup napas dalam dan menghembuskannya perlahan. Ia mendongak ke atas, kedua tangannya bergerak, seolah menarik sesuatu untuk berkumpul di tengah awan hitam di atas sana.

Lantas merapalkan mantra kemudian mengarahkan kumpulan kilatan tersebut menuju target yaitu material Wurtzite. Kilatan petir tersebut menyambar material Wurtzite dengan dahsyat, disusul dengan suara menggelegar yang terdengar tidak nyaman di gendang telinga. Setelahnya, Irina membubarkan awan hitam di atas sana dan langit kembali cerah.

Penyihir Agung memeriksa kekuatan petir Irina yang menghantam material Wurtzite. Sesuai dugaannya, elemen petir merupakan elemen yang meningkatkan kesempatan kritis dan meningkatkan frekuensi daya serang maksimal.

Lantas menghampiri keberadaan Irina, "Aku memang tidak pernah meragukan kemampuanmu, Irina. Kau memperoleh nilai tertinggi untuk ujian kali ini, Wurtzite terbelah menjadi lima bagian." Tangan Penyihir Agung terulur menepuk puncak kepala Irina sebanyak tiga kali.

"Terima kasih, Guru." Senyum puas tersungging dari bibir Irina.

Manusia lain disana terkejut dan takjub secara bersamaan, mendapati Irina mampu membelah material Wurtzite menjadi lima bagian. Hanya satu sosok yang tidak senang dengan pencapaian Irina hari ini, yaitu Seema.

Seema mendengar Penyihir Agung terus melontarkan kalimat-kalimat bermakna pujian, atau memberikan komentar-komentar positif lainnya terhadap Irina. Dan wajah terpukau ketiga Labis serta Pangeran Helios yang ditujukan kepada Irina entah mengapa terlihat memuakkan. Terbiasa menjadi sosok yang memiliki kualitas superior atau unggul diantara yang lain, tentu saja kenyataan ini berhasil memukul relung jiwanya.

Kedua tangan Seema mengepal sempurna. Matanya mengunci tajam sosok Irina. Emosi ini semakin memuncak, semakin membelenggu Seema. Tidak cukup dengan menjerat pria pujaan hatinya, kini Irina juga merebut posisinya sebagai yang terunggul diantara murid Penyihir Agung lainnya.

Yang dilakukan Ruby hanya mengunci diri di kamar, duduk di lantai dengan posisi setengah sisi wajah ditumpukan ke pinggiran ranjang, lalu menangis tanpa henti

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Yang dilakukan Ruby hanya mengunci diri di kamar, duduk di lantai dengan posisi setengah sisi wajah ditumpukan ke pinggiran ranjang, lalu menangis tanpa henti.

Ketika ada seseorang yang mengetuk pintu sekedar menyuruhnya makan, Ruby hanya berkata sedang tidak ingin diganggu karena ingin berkonsentrasi dengan meditasinya.

Peristiwa yang terjadi pada hubungannya dengan Hector menimbulkan luka dan kesedihan, bahkan patah hati. Patah hati ini bersifat emosional hingga mempengaruhi psikisnya. Membayangkan Hector berpaling darinya, menggeser posisinya dari hidup pria itu, rasanya sungguh menyesakkan.

Ruby tahu bahwa selama ini Hector tidak bersungguh-sungguh melukai perasaan Irina. Ada gejolak batin hebat yang mendera Hector setelah melontarkan kalimat-kalimat buruk terhadap Irina. Dan Ruby menjadi saksi bagaimana Hector mencoba biasa saja setelah mengatakan kalimat yang menjurus pada hinaan.

The Fate Of Irina (Sudah Terbit)Where stories live. Discover now