WAKTU KEDUAPULUH LIMA

Mulai dari awal
                                    

Jericho berusaha seringan mungkin mengajak Alina berbicara tentang masa lalunya, atau membicarakan apa yang dirasakannya saat ini dalam setiap obrolan mereka. Dalam hati ia mencatat semua isi percakapan mereka lalu mencoba memahami sejauh mana Alina saat ini.

Sebenarnya kondisi Alina sudah sangat stabil, hanya saja memang ingatan masa lalunya sama sekali lenyap, Alina sama sekali buta dengan cerita sebelum kecelakaan.

Tapi secara garis besar Alina sudah mulai tenang. Hingga Jericho melihat perbedaan jika Alana bertemu Taruna.

Jericho berpikir ia akan pelan-pelan mencari tahu tentang hal ini, ia tak mau langsung menginterogasi Alina, ia takut gadis itu malah mundur lagi.

Situasi sekarang saja sudah sangat ia syukuri.

Ia juga tidak mau kehilangan perhatian Alina.

Ya, ia kini merasakan perbedaan perhatian Alina padanya. Kekasihnya itu lebih perhatian dan lebih lembut padanya.

Alina menjadi lebih sabar dan selalu menanyakan kenyamanannya. Berbeda dengan Alina yang dulu yang sering mengabaikannya.

Ia tidak mau kehilangan Alina yang ini.

Salahkah jika ia sedikit egois?. Menikmati waktu terbaik bersama Alina yang entah bisa bertahan sampai berapa lama.

Diusapnya pipi Alina yang terasa lembut ditangannya.

"No matter what, I Will always Love you Lin..."

Jika ia bisa bertahan saat perlakuan Alina tak seperti yang ia harapkan, bagaimana mungkin iantidak bertahan pada keadaan Alina yang sekarang?

Kalaupun Alina yang dulu kembali, ia tetap menjadi Jericho yang setia.

Jericho mendengar suara langkah kaki memasuki kamar Alina, dan Jericho tahu itu Lulu yang masuk ke kamar.

"Kak Alin sakit lagi?"

Tanya gadis ceriwis itu.

Jericho menggeleng.

"Cuma capek, dia mudah sekali capek belakangan.."

"Iya sih, biasanya jam segini Kak Alin masih on nongkrong di Club..."

"Husshh nggak usah ingatin dia yang itu dong Lu,.." Tegur Jericho.

"Ish kan sudah tidur ini, nggak denger lah dia.."Bantah Lulu.

"Jangan salah, siapa tahu ucapan kamu masuk dalam alam bawah sadar nya..."

"Tsk, ga ada gitu ya..!"

"Ssttt jangan berisik, turun gih.."

"Aku disuruh mama manggil Bang Jeri, di ajak makan martabak tuh..".

"Kok nggak bilang dari tadi...?".

"Siapa suruh sewot duluan??"
Jericho tertawa, segera ia merengkuh pundak Lulu dan mengacak rambut sebahu nya.

"Resek ah..."
Sungut Lulu.

"Kamu lebih resek Lu..."

"Bang Jeri!"

"Kamu..."

Lulu diam-diam bersyukur, memiliki calon abang ipar yang sangat perhatian seperti Jericho.

Jujur ia heran dengan Jericho yang tahan dengan tingkah Alina yang sering kali menyebalkan. Tapi Jericho dengan sabar mendampingi Kakaknya itu.
Bukan hanya dirinya, Papa mama dan Mateo sangat menyukai Jericho, dia sudah seperti bagian dari keluarga.

"Ma..." Seru Jericho sambil mencium  tangan Mama Larasati

"Pa..." Ia juga mencium tangan Edgar Karnadji Papa Alina. Sudah satu minggu ia tidak berjumpa dengan kedua orang tua Alina yang memang baru kembali dari luar kota.

MEMINJAM WAKTUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang