BAB 3 WAKTU KETIGA

4.5K 532 47
                                    

"Ada waktu dimana aku berharap kita semua bahagia, tapi itu berubah, ketika rasa sakit ini seolah hanya milikku.."
.
.
.
.

WAKTU KETIGA

Taruna mengendap menghampiri pintu yang menghubungkan kamar dengan balkon.

Ia mengerutkan keningnya,

Lima?

Apakah Lima tau jika ia disini?. Tapi Taruna yakin Lima tidak akan berani mendatangi dirinya.

Untung ia tadi menutup pintu yang menuju balkon, meskipun tidak tertutup sepenuhnya.

Dari celah pintu Taruna melihat Lima yang duduk diranjang mama, tangan mungilnya meraih bingkai foto mama.

Jantung Taruna berdetak kencang, ia was was jika Lima mengetahui keberadaannya.

Kali ini ia melihat Lima memakai Piyama lengan panjang dengan kepala yang masih ia tutupi dengan pasmina.

Lama wanita itu memandangi foto ibu yang dipanggil Lima dengan sebutan mama.

Lima  membelai foto itu lalu memeluknya erat, seolah mama masih ada. Taruna tak tau harus berbuat apa.

"Ma....tugas Ima sudah selesai malam ini...."

Taruna bisa mendengar suara Lima yang serak.

"Semua yang mama minta sudah Ima kerjakan...mama sekarang bisa tenang...om Bram tidak bisa mengganggu Mas Aru lagi..."

Taruna mengerutkan keningnya. Om Bram? Ada apa dengan adik papanya itu?

"Mas Aru sudah bisa hidup bahagia ma...tidak perlu sembunyi sembunyi lagi..Ima yakin mama sudah mengerti...Mas Taru bahagianya sama Mba Kiran, bukan sama Ima...."

Jantung Taruna berdebar kencang.

Lima tau tentang Kirana?

"Yang penting keinginan mama agar Mas Taru bahagia sudah tercapai ..."

"Mama sudah lihat cucu mama kan? Ranata, gabungan nama Mba Kiran dan Mas Taruna...dia sangat menggemaskan ma...
cantik sekali..."

Keringat dingin sontak mengucur dari kening Taruna. Lima tau tentang itu semua?.

"Ima minta maaf ma, tidak bisa mempertahankan pernikahan kami"

"Ima juga minta maaf tidak bisa memberikan mama cucu, karena itu akan membuat Mas Taru semakin terluka, apalagi Mba Kiran..."

"Nata adalah darah daging Mas Taru dengan wanita yang sangat dicintainya,
Nata adalah buah cinta Mas Taru..."

"Mama harus bahagia memiliki Nata...".

Apakah kebencian Taruna selama ini salah?

Taruna mencengkram tepi kemejanya dengan kuat.

" Mama sudah lihat bagaimana bahagianya keluarga Mas Taru? Jadi mama tidak usah sedih lagi..."

Nafas Taruna sesak.

Lima,apa yang telah dilakukannya?

"Ma...besok Ima pergi..rumah ini akan menjadi rumah Mas Taruna, Ima tau mas Taru sangat menyukai rumah ini" 

"Nata suka rumah yang ada kolam renang dan taman bermain. Ima hanya bisa membuatkan kolam renang ma...Ima mau membuatkan taman bermain, tapi takut nanti Mas Taru curiga, karena Mas Taru benci dengan semua yang Ima buat. Kalau kolam renang saja mungkin Mas taru tidak curiga..."

Taruna mengetatkan rahangnya. Ada emosi yang memanaskan hatinya.

"Ma...terima kasih sudah memberikan hal terindah dalam hidup Ima..."

MEMINJAM WAKTUWhere stories live. Discover now