WAKTU KESEMBILANBELAS

2.8K 398 65
                                    

.....
Ada Saat dimana
aku sungguh tak berdaya.
Mengingat kesalahan yang kubuat.
Terlebih saat tahu jika tak ada jalan untuk bisa meminta maaf
Darimu,
Jika waktu itu aku tak pongah
Tentu aku tak kehilangan...

.
.
.
.

Taruna menyuapkan potongan buah kedalam mulutnya, duduk di teras belakang rumah yang diterangkan lampu temaram.

Ia tersenyum pahit,  berbeda jauh dengan keinginannya dulu untuk membawa Keluarga kecilnya tinggal disini. Tapi sampai hari ini ia tak bisa melakukannya.

Ia memilih membeli rumah baru yang bahkan cukup jauh dari rumah yang menjadi tempatnya dibesarkan.

Ia tak akan bisa tinggal dengan tenang dirumah ini bersama Kirana dan Nata. Rumah ini seperti monumen pengorbanan seorang Lima. Ia harus jujur rumah mereka terlihat indah dan terawat, tetap seperti dulu, saat dimana kebahagiaan menjadi milik mereka.

Apa yang ditanggung Lima selama ini?

Setiap hari ia selalu menyempatkan dirinya pulang ke rumah ini. Mencari cari sesuatu yang memuaskan jiwanya yang terombang-ambing. Setiap hari Taruna menyentuh setiap bagian dan sudut rumah mencoba merasa kembali kepingan kenangan yang memang indah.

Ia memastikan asisten dirumah ini melakukan tugas sesuai dengan yang Lima biasa lakukan. Ia seolah belum rela jika rumah ini berubah. Karena memang tidak ada yang berubah selain kolam renang yang Lima buatkan untuk Nata, Taruna hampir tersedak  karena tenggorokannya tercekat mengingat fakta itu.

Tangannya gemetar menyuapkan sepotong buah lagi ke mulutnya, memandang dengan mata tersaput kelabu air mata.

Ia tak akan sanggup membawa Nata ketempat ini.

Ini rumah Lima, dan biarlah rumah ini tetap seperti ini, ia tidak akan mengubahnya.

Bahkan rumah dekat panti, Taruna tetap biarkan seperti itu, Lintang yang bertanggungjawab merawatnya. Tidak ada yang tahu mengenai rumah itu. Dan Taruna menginginkan tetap seperti itu.

"Malam Pak Taruna..."

Taruna menoleh ke sumber suara.

"Maaf menganggu Pak, sepatu dan setelan jas  pesanan Bu Lima untuk bapak sudah saya letakkan di kamar..." Anjani Asisten pribadi Lima menginterupsi Taruna.

"Sepatu dan Jas ?". Tanya Taruna heran.

"Iya Pak, untuk acara ulang tahun HJC minggu depan..."

Oh....

"Ulang tahun ya...?" Bisiknya lirih.

Ia sudah mendengar ini di bahas beberapa kali,  hanya saja ia tidak fokus pada hal itu lagi. Lima selalu merencanakan segala sesuatu dengan sempurna. Dari jauh hari ia sudah mempersiapkan segalanya.

Ingin sekali ia tidak hadir disana. Tapi bagaimana mungkin?. Kepergian Lima berpengaruh pada kondisi perusahaan, ia harus hadir untuk menunjukkan jika HJC baik-baik saja.

Taruna mengangguk. "Terima kasih Jani.."

Anjani tampak ingin mengatakan sesuatu, tapi wanita itu terlihat ragu.

"Ada lagi?" Tanya Taruna ketika melihat Anjani yang masih berdiri didepannya.

Wanita itu menunduk, Anjani tampak menarik nafas dalam sebelum berucap "Pakaian Ibu Lima, apakah saya packing atau saya tempat kan di walk in closet ibu?".

Rasa pedih itu melecut jantungnya.

Taruna tahu jika Lima akan memesan pakaian couple untuk mereka berdua jika ada acara penting. Terlebih acara besar seperti ini. Taruna akui Lima memiliki selera juara. Ia selalu memberikan penampilan terbaik bagi mereka berdua.

MEMINJAM WAKTUWhere stories live. Discover now