Daaniyaal langsung keluar dari kamarnya dan berjalan cepat menuruni tangga dengan Dion yang masih berada di gendongannya. Bahkan Dion memeluk leher papa nya karena saking cepatnya sang papa berjalan.

"bi…" panggil Daaniyaal saat dia tiba di dapur

"iya tuan, ada apa?" tanya sang bibi yang langsung meninggalkan pekerjaannya saat sang majikan memanggilnya

"dimana istri saya?" tanya Daaniyaal to the point

"saya tidak tahu, tuan. Setelah mengantar tuan dan non Nina ke depan, saya belum melihat Nyonya tuan." jawba sang bibi

"Kia, kamu tahu dimana istri saya?" Daaniyaal beralih ke sang pengasuh

"saya juga tidak tahu tuan. Setelah sarapan tadi, saya hanya bersama den Dion di kamar sampai tuan masuk tadi." jawab Kia sambil menundukkan kepala

"pak Diman dan pak Rudi dimana?" tanya Daaniyaal

"mereka ada di depan, tuan," jawab bibi

"ya sudah, saya mau bertemu mereka," kata Daaniyaal, kemudian dia memberikan Dion kepada Kia dan berkata, "jaga Dion dulu! Ajak dia main!" perintah Daaniyaal

"baik, tuan." jawab Kia saat menerima Dion dari sang majikan

Dion yang berpindah tempat sedikit rewel. Anak kecil itu sepertinya terlihat marah karena tidak bertemu dengan bundanya. Dia bergerak - gerak di gendongan pengasuhnya dan seketika itu juga, bayi kecil itu menangis dengan suaranya yang keras sambil memangil bundanya.

"NDA…..NDA….HUHUU…..NDA….NDA…."

Daaniyaal sempat mendengar suara tangis sang anak dari dalam rumah. Tapi dia menghiraukannya. Dia tetap berjalan menuju garasi mobilnya. Bukannya dia tidak peduli dengan putranya itu, tapi dia ingin memastikan sesuatu. Sesuatu yang membuatnya takut jika hal itu terjadi.

"pak… pak Diman… pak Budi?" panggil Daaniyaal saat tidak mendapati kedua laki-laki paruh baya di dekat garasi

"pak…. Pak Diman… pak Budi," panggil Daaniyaal lagi dan kemudian dua laki-laki yang dipanggil pun keluar dari pintu garasi

"iya, tuan ada apa?" tanya pak Budi yang bekerja sebagai tukang kebun

"mobilnya sudah siap tuan," kata pak Diman yang bekerja sebagai sopir

"say bukan mau pergi, saya mau tanya," kata Daaniyaal

"tanya apa tuan?" tanya kedua laki-laki itu

"Kalian tahu dimana istri saya?" tanya Daaniyaal to the point

Kedua pria itu saling memandang untuk beberapa detik, kemudian mereka menggelengkan kepalanya tanda tidak tahu. Melihat respon dari mereka, Daaniyaal hanya bisa menghembuskan napas kasarnya. Sebelum Daaniyaal meninggalkan tempat itu, salah satu pekerjanya mengatakan sesuatu yang membuat Daaniyaal membalikkan badanya.

"tapi tadi saya lihat Nyonya di luar setelah mobil tuan keluar rumah, tuan," kata pak Budi

"maksudnya?" tanya Daaniyaal yang bingung

"jadi, tadi waktu mobil tuan keluar rumah, Nyonya juga berjalan keluar rumah. Lalu saya tanya beliau, katanya mau pergi. Lalu saya masuk ke dalam untuk panggil pak Diman, biar dianterin. Waktu kami kembali, Nyonya sudah tidak ada di depan," jawab pak Budi

"iya tuan. Tadi saya juga rencananya mau antar Nyonya, karena kata Pak Budi, Nyonya mau pergi. Tapi waktu kami ke depan, ternyata sudah tidak ada siapa - siapa, tuan?" jawab pak Diman sambil menundukkan kepala

"apa istri saya membawa tas besar atau tas tempat baju atau koper?" tanya Daaniyaal yang terlihat tidak sabar

"seperti tidak, tuan. Waktu saya melihat Nyonya di depan, Nyonya hanya membawa tas kecil, seperti tas milik den Dion yang digunakan untuk menyimpan popok atau baju Dion," jawab pak Budi
















🌹🌹🌹🌹🌹















Enough for today

Don't forget vote and comment

Follow this account fanyawomenly

Sekali lagi aku mau mmngucapin

Thank you have waited this story

Thank you have read this story

Thank you have voted and commented

Have a nice day

Jadilah Ibu Untuk Anak-anak KuWhere stories live. Discover now