Where... (1)

1.5K 98 9
                                    

Hello, good morning

We meet again in Saturday 😁😁😁

We get long holiday, finally 🤭🤭🤭

Hope you all are healthy and in good condition

Please enjoy this story

Happy reading

😉😉😉













🌹🌹🌹🌹🌹














Saat ini Daaniyaal berada di mobil bersama dengan Nina. Daaniyaal sedang mengantar Nina ke sekolah, karena Nina sangat ingin dan rindu diantar sekolah oleh papanya. Nina selalu diantar ke sekolah oleh sopirnya.

Papa nya jarang sekali punya waktu. Dia selalu ada urusan pekerjaan. Yang harus ke luar kota lah, yang sibuk dengan pekerjaannya sampai mengharuskan pulang malam. Karena kesibukan itu, Daaniyaal sudah jarang memiliki waktu bersantai untuk dirinya sendiri dan ketiga anaknya.

"Nina seneng, pa," kara Nina saat mobil sedang berhenti dijalan karena lampu lalu lintas menunjukkan warna merah

Daaniyaal sedang mengurangi gigi pada mobilnya dan kemudian mengusap kepala putrinya itu dengan sayang sambil berkata, "seneng kenapa, sayang?"

"Nina seneng, soalnya hari ini Nina diantar ke sekolah sama papa, bukan sama sopir," jawab Nina sambil tersenyum bahagia menghadap Daaniyaal

Mendengar ucapan Nina, hati Daaniyaal sedikit tercubit. Pasalnya, dia benar-benar tidak punya waktu untuk anak - anaknya. Bahkan hal sederhana seperti sekarang ini, mengantar anaknya ke sekolah, baru bisa dia lakukan ketika dia mengambil cuti. Bahkan alasan dia mengambil cuti, karena ingin memperbaiki hubungannya dengan sang istri. Mungkin jika hubungannya dengan sang istri tidak merenggang, dia tidak akan tahu harapan putrinya ini.

"ke depannya, papa akan sering antar Nina ke sekolah. Papa janji," Daaniyaal berjanji sambil mencium kepala Nina dengan sayang

Lampu lalu lintas sudah menunjukkan warna hijau. Suara klakson motor maupun mobil bersautan dari arah belakang, karena sang pengendara juga ingin melakukan kendaraannya. Motor - motor yang sudah bergerak maju, diikuti kendaraan di belakangnya. Begitu juga dengan mobil Daaniyaal, sudah melaju menuju jalanan yang tetap saja dipadati oleh kendaraan lainnya. Karena hari ini adalah hari senin. Jadi banyak para pekerja dan pelajar yang memadati jalan.

Mobil yang dikendarai Daaniyaal berhenti di dekat sebuah gerbang besar. Gedung itu berada tidak jauh dari jalan raya besar, sekitar 1 km dari jalan raya. Jadi tidak membuat jalanan macer serta tidak membuat para pelajar dalam bahwaya karena jaraknya yang jauh dari jalan raya.

"sudah sampai, putri papa yang cantik," Daaniyaal mematikan mesin mobilnya

"terima kasih papa," jawab Nina yang sudah melepas seat belt nya

Daaniyaal menatap putrinya itu sambil tersenyum, yang terlihat sedang merapikan penampilannya seperti menyisir rambut panjangnya dengan jari, merapikan seragamnya.

"belajar yang rajin ya, putri papa," kata Daaniyaal sambil mengelus kepala putrinya itu

"siap, pa!" jawab Nina sambil hormat seperti hormat keoada bendera sang Merah Putih

"ya udah, sana masuk! Nanti keburu bel sekolah bunyi," kata Daaniyaal

"okay, pa," kata Nina sambil mengulurkan tangannya kepada Daaniyaal

Melihat putrinya yang mengulurkan tangannya, dia terdiam karena bingung. 'apa yang diminta putrinya itu? Mengapa tidak langsung bertanya dan malah memberikan tangannya itu?' Daaniyaal yang sedang sibuk sendiri dengan pikirannya, tiba-tiba dikejutkan oleh putrinya itu. Nina menarik tangannya dan menciumnya.

"Nina masuk dulu, papa. Assalamualaikum…." Nina mengucap salam kemudian turun dari mobil dan berjalan menuju gerbang sekolah

Daaniyaal dari tadi terdiam sambil menatap kepergian putrinya itu sampai hilang dari padangan ketika dia sudah memasuki gerbang sekolahnya. Bahkan, Daaniyaal belum menjawab salam putrinya itu.

Seketika Daaniyaal ingat belum menjawab salam tersebut, kemudian dia berucap "wa'alaikumsalam…"

"Bagaimana putriku bisa berubah seperti itu? Siapa yang mengajarinya?" Daaniyaal bertanya - tanya

Daaniyaal masih berada di mobilnya dan belum pergi dari area sekolah putrinya itu. Mobilnya masih berhenti tidak jauh dari sekolah itu. Tiba-tiba dia teringat sesuatu dan wajahnya terlihat senang karena terdapat sebuah senyum terbit dari bibirnya.

"ini pasti Ai yang mengajarkannya," monolognya dengan nada senang

"ayo pulang! Jadi kangen sama istri tercinta dan putra kecilku," lanjutnya sambil menghidupkan mobilnya kemudian melajukan mobilnya menjauh dari area sekolah putrinya

Sekitar 30 menit, mobil Daaniyaal sudah memasuki halaman rumahnya. Perjalanan pulang memang cukup cepat dari pada saat berangkat, karena hampir kebanyakan laju kendaraan menuju pusat kota. Jadi kepadatan terjadi saat keberangkatan.

Suasana rumah terlihat sepi saat Daaniyaal Keluar dari mobilnya. Tidak ada seorang pun di teras rumahnya. Biasanya disitu sudah ada Ai, sang istri dan Dion, sang putra kecilnya. Mereka berdua selalu duduk di kursi depan sambil menikmati cahaya matahari dan udara segar di pagi hari.

"assalamualaikum…" Daaniyaal memasuki rumahnya

"kok sepi?“ tanyanya saat dia berjalan memasuki rumah menuju ruang tengah dan melirik ruang makan yang terlihat sepi

"mungkin lagi di kamar Dion," kata Daaniyaal sambil berjalan menaiki tangga

Daaniyaal berjalan menuju kamar Dion. Dia membuka pintu kamar putranya itu dan melihat sang putra sedang bermain dengan pengasuhnya. Daaniyaal berjalan menghampiri putranya itu.

"Dion!“ panggil Daaniyaal

Dion yang sedang asyik bermain, tiba-tiba menghentikan kegiatan saat mendengar namanya dipanggil, kemudian bayi kecil itu berteriak dengan suara kerasnya yang terdengar senang, "pa… pa… pa…"

"uu...hh….gantengnya putra papa," kata Daaniyaal sambil membawa Dion ke gendongannya

"kamu bisa tinggalin Dion sama saya! Biar Dion saya temani!" perintah Daaniyaal kepada sang pengasuh

Kia beranjak dari duduknya dan meninggalkan kamar bayi kecil itu, namin langkahnya terhenti karena sang majikan memanggilnya, "kamu tahu dimana bundanya Dion?"

Sang pengasuh membalikkan tubuhnya menghadap sang majikan dan menjawabnya sambil menundukkan kepala, "maaf tuan, saya tidak tahu. Tadi saya disuruh Nyonya untuk menemani den Dion bermain setelah sarapan tadi. Nyonya belum kesini dari tadi."

Daaniyaal menganggukkan kepalanya, "ya sudah. Kamu boleh pergi!" perintah Daaniyaal

"baik tuan," Kia langsung keluar dari kamar Dion
sepeninggalan Kia, Daaniyaal menciumi wajah Dion sampai membuat Dion kegelian dan berubah menjadi marah. "pa hiks… hik…" suara Dion merengek

"oh… Putra papa kok nangis sih," Daaniyaal mengusap wajah Dion karena air matanya sudah menetes di pipi gemuknya

Tobe continued......














🌹🌹🌹🌹🌹














Enough for today

Tunggu lanjutannya di sabtu depan ya 😊😊😊

Don't forget vote and comment

Follow this account fanyawomenly

Thank you have waited this story

Thank you have read this story

Thank you have voted and commented

Have a nice day

Jadilah Ibu Untuk Anak-anak KuWhere stories live. Discover now