37. Aku Tak Salah Pilih Kamu?

3.3K 191 1
                                    


"Pada akhirnya, takdir memang selalu menjadi yang paling pandai dalam merangkai cerita seseorang."

🌱

Sebenarnya Anggika ingin menikmati malam pergantian tahun di taman kota. Namun, Kavian tidak mengizinkannya. Kavian beralibi jika Anggika bisa drop nantinya. Kali ini, Anggika tak bisa menolak Kavian. Sekarang ada sosok lain yang harus Anggika pikirkan.

"Ada yang sayang sama kamu," ujar Kavian membuat Anggika menatapnya heran.

"Siapa?" tanya Anggika.

"Cowok," jawab Kavian.

"Tumben," ujar Anggika spontan.

"Kenapa?"

"Tumben aja kamu enggak sensi. Biasanya emosi kalau soal ini," jawab Anggika yang memang benar adanya.

"Gimana aku mau marah kalau yang sayang sama kamu itu papa," balas Kavian membuat Anggika terdiam beberapa saat.

Papa? Maksudnya papa Kavian? Papa Bakri?

"Aku enggak bohong. Papa sayang sama kamu," tambah Kavian.

"Tahu dari mana?" tanya Anggika seakan tak percaya.

"Tadi mama, papa, ayah sama ibu ke sini. Mereka udah feeling kamu hamil. Aku iyain aja karena memang iya. Terus aku mohon sama mereka biar enggak maksa buat ketemu kamu dulu karena kamu lagi tidur. Terus papa yang duluan setuju soal itu. Sebelum pulang, papa nyuruh aku buat jagain kamu dan papa juga bilang kalau papa sayang sama kita," jawab Kavian menceritakan semuanya.

Anggika tak bisa menahan senyumannya. Kata sayang dari Bakri adalah penantiannya. Mungkin memang Bakri sudah menerimanya namun tak pernah sekalipun pria itu mengatakan kalimat jika dia menyayanginya meskipun Anggika tahu jika Bakri memang menyayanginya.

"Ajak semuanya ke sini. Kita makan siang. Sekalian aku juga mau minta maaf," ujar Anggika.

"Kamu yakin? Kamu udah siap?" tanya Kavian.

Anggika mengangguk. "Dua hari lagi kamu masuk kerja, papa juga. Aku maunya kita quality time bareng semuanya."

"Oke, aku kasih tahu semuanya."

Anggika mengangguk. "Besok antar aku belanja ke pasar. Kita masak-masak buat semuanya."

"Tapi kamu enggak boleh kecapekan."

Anggika menghela napasnya lalu tersenyum meyakinkan seraya mengusap wajah Kavian. "Enggak boleh kecapekan bukan berarti enggak boleh bergerak. Kamu percaya kan sama aku kalau aku enggak mungkin nyakitin baby kita?"

Kavian mengangguk seolah senyuman dan usapan tangan Anggika adalah sihir yang membuatnya patuh.

"Good husband," puji Anggika sebelum akhirnya mengecup singkat pipi Kavian. "Hadiah karena udah ajak aku minum wedang jahe malam ini."

***

Pukul satu siang, Anggika dan Kavian kedatangan keluarganya. Mereka nampak bahagia terlebih saat sadar jika Anggika tengah mengandung. Bagi kedua keluarga ini, anak yang Anggika kandung adalah cucu pertama mereka. Siapa yang tidak senang jika akan diberikan seorang cucu.

"Nakalnya kemarin doang. Sekarang Teteh harus nurut sama kita," ujar Irna.

"Maaf, Ma," jawab Anggika.

"Enggak papa, Teh. Oh iya, kita juga punya sesuatu buat Teteh."

"Apa?"

Berjodoh Dengan Mantan? [ Completed ]Where stories live. Discover now