32. Adik Bayi yang Diimpikan?

4.5K 230 0
                                    

"Saat kita mau membuka mata, maka percayalah sesulit apapun masalah yang sedang dihadapi, kalian akan sadar bahwa di luaran sana masih banyak yang lebih sulit dari kita. Maka jangan lupa untuk selalu bersyukur atas nikmat-Nya."

🌱

Hari pengabdian masyarakat bersama calon Adnan pun tiba. Anggika antusias untuk mengikutinya. Kavian yang sudah libur akhir tahun pun setia menemani istrinya. Tak ada kata lelah jika soal Anggika, begitulah pemikiran Kavian.

"Halo, Ziva."

"Ya ampun, Mbak Anggika. Akhirnya kita ketemu langsung ya, Mbak."

Kedua perempuan itu sama-sama antusias. Keduanya memang sudah beberapa kali berdiskusi melalui dunia maya namun ini kali pertamanya keduanya bertatap muka secara langsung.

"Iya nih," ujar Anggika sembari tersenyum. "Oh iya, maaf ya aku pakai sneaker soalnya kaki aku enggak nyaman. Tadi udah nyoba malah jadi sakit. Tanya suami aku aja."

Kavian spontan mengangguk. "Apa yang istri saya ucapin itu benar. Jadi, saya harap dimaklumi."

Ziva spontan tertawa kecil. "Kok formal gini sih, Mbak? Santai aja, Mbak. Senyamannya aja."

"Soalnya aku enggak biasa sih tugas kayak gini. Biasanya stay pake flatshoes yang biasa, tapi enggak tahu kenapa ini kaki tiba-tiba enggak bisa diajak kompromi."

"Iya, Mbak. Enggak papa kok."

"Oke deh."

"Iya, Mbak," jawab Ziva.

"Anggika, udah datang?" Tiba-tiba Adnan muncul kemudian berdiri di samping calonnya, Ziva.

"Iya, Kak. Kavi juga ikut. Kalau ada apa-apa minta tolong dia aja, tapi jangan dikasih soal medis," ujar Anggika.

Adnan menatap ke arah Kavian. "Hei, Bro. Apa kabar?"

"Baik. Anda bagaimana?" jawab Kavian terkesan kaku.

"Ya ampun, Vi. Santai aja kali. Kayak ketemu klien aja. Gue ini kakak lo sama Anggika jadi ya santai aja," protes Adnan.

"Dia orangnya emang gitu, Kak. Maklumi, ya. Tapi, gimanapun Kavi. Kavi tetap suamiku," balas Anggika ikut bersuara.

Kavian tersenyum sembari mengusap pundak Anggika. "Istri saya juga begitu, tapi bagaimanapun juga dia tetap istri saya."

Anggika spontan menoleh ke arah suaminya. "Begitu gimana?"

"Hanya aku sama Allah yang tahu," jawab Kavian membuat Anggika merotasikan bola matanya.

"Ya udah, kita langsung ke posisi masing-masing aja. Mbak Anggika udah siap, kan?" ujar Ziva mengalihkan topik pembicaraan.

Anggika spontan melirik ke arah Ziva sebelum akhirnya menganggukkan kepalanya. "Siap, Va."

Ada bahagia yang tak bisa diungkap oleh kata-kata. Anggika rindu melayani pasiennya. Sekarang adalah waktu paling tepat untuk menyalurkan semuanya.

***

Pengabdian masyarakat ini dilakukan bukan tanpa tujuan. Ziva adalah lulusan kesehatan masyarakat. Gadis itu sudah biasa dengan hal seperti ini. Tiga tahun dirinya lulus membuat hatinya kembali bergetar untuk melakukan kegiatan seperti ini persis dengan yang ia lakukan saat kuliah dulu.

Anggika yang dulunya anggota PMI di kampus pun sudah tak asing dengan kegiatan ini. Anggika selalu hadir jika memang diberi izin untuk hadir. Perempuan yang sudah resmi menjadi istri Kavian itu memang suka melakukan kegiatan seperti ini.

Berjodoh Dengan Mantan? [ Completed ]Where stories live. Discover now