Chapter 11 | Mysterious Bouquet Flowers

Start from the beginning
                                    

"Sesi curahannya nanti saja, perawat. Ada yang harus saya lakukan," Shean langsung beranjak dari kasur seraya membawa kantong infus. Dengan lesat dia meninggalkan ruangan dan perawat Perry. Dia terus berlari dengan cepat melewati beberapa perawat dan pasien yang ada di sepanjang lorong. Dari arah belakang, perawat Perry meneriaki namanya. Jelas Shean acuhkan seruan tersebut.

Tak jauh dari sana, matanya menangkap sosok pria sesuai deskripsi yang disebutkan perawat Perry sebelumnya. Berusaha dengan gesit menyusul pria misterius tersebut. 'Tolong jangan pergi. Jangan pergi dulu!'. Dari arah belakang, beberapa perawat mengejarnya. Termasuk perawat Perry. 'Sial, sial aku harus cepat!' sebenarnya ingin sekali rasanya berteriak tetapi dilorong rumah sakit dilarang melakukan hal itu.

Peluang tidak menunjukkan keberuntungannya pada Shean. Pria itu sudah memasuki lift. Shean terlambat. Dengan nafas terengah-engah, ia mencoba berjalan mendekati pintu lift dengan harapan pintu lift belum menutup. Berkat Tuhan, pintu lift belum tertutup sepenuhnya.

"Tu-tungguuu..." Shean melihat sedikit wajah pria itu sebelum pintu lift tertutup rapat. 'Itu dia! Tidak salah lagi!'

"Pasien Sheanne Lawson! Berhenti!"

Kepalanya menoleh kea rah sumber suara, para perawat masih mengejarnya. Karena tak ingin kecolongan, ia bergegas berlari menuju tangga darurat. Karena aksi nekadnya, ia baru sadar jika sedari tadi berlarian tidak beralaskan kaki.

Langkahnya berlari menuruni puluhan anak tangga demi mencari tahu sosok pria yang memberinya buket bunga dan menghindari para perawat tengah mengejarnya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Langkahnya berlari menuruni puluhan anak tangga demi mencari tahu sosok pria yang memberinya buket bunga dan menghindari para perawat tengah mengejarnya. Kakinya terus melanjutkan lari tanpa henti hingga tiba tapak kakinya di lantai Lobby.

Saat tangannya terbengkil-bengkil membuka pintu darurat, semua orang yang ada di sana melihatnya keheranan. Bayangkan saja, seorang gadis tersengal-sengal pasca berlarian telanjang kaki memakai piyama rumah sakit dengan keadaan tangan kanan terinfus sedang tangan kiri menggenggam kantong infus yang dimana kantong infus itu sudah berwarna merah sebab darahnya yang naik ke kantong infusnya. Diperparah keadaan, dia baru saja keluar dari pintu darurat yang seharusnya tidak boleh sembarangan diakses selain keadaan genting.

"Pasien kabur! Tangkap dia!"

Ternyata perawat-perawat yang mengejarnya sudah ada di belakang dan berhasil menangkap gadis itu. Sontak Shean meronta-ronta. "Lepaskan! Aku hanya ingin menemui pria tadi. Aku bersumpah!"

"Bawakan brankar!" suruh seorang perawat kepada perawat yang lain.

Shean masih bersikukuh meminta untuk dilepaskan. "Aku bisa balik ke kamar sendiri. Aku janji, sungguh! Aku hanya menunggu lift itu sampai terbuka!"

Karena kesal tak kunjung dituruti, Shean menggigit salah satu tangan perawat yang memegang lengan kanannya dan menyundulkan kepalanya pada perawat yang memegang tangan kirinya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Karena kesal tak kunjung dituruti, Shean menggigit salah satu tangan perawat yang memegang lengan kanannya dan menyundulkan kepalanya pada perawat yang memegang tangan kirinya. Ia berhasil lolos dan segera berlari lagi menuju depan lift lobby.

Lampu indikator lift menunjukkan lantai 2. Sebentar lagi lift akan sampai ke lobby. Sesekali Shean menoleh ke belakang, kini tak hanya perawat yang mengejarnya. Petugas keamanan pun sampai turun tangan. Karena tak sabar, tombol lift ditekan berkali-kali dengan harapan agar cepat terbuka. Dan akhirnya terdengar suara 'ting'. Namun terlambat, Shean sudah tertangkap basah oleh petugas keamaan saat lift terbuka.

Seluruh orang di dalam lift begitu melongo atas apa yang terjadi. Tak terkecuali pria yang dikejarnya. Wajah tampan itu ikut tercangah pula melihat Shean tengah ditangkap oleh dua orang petugas keamanan. 

'Mampus,' wajah Shean terlihat merah padam akibat malu. Entah urat rasa malunya sudah terputus berapa, yang jelas dia ingin menghilang bagai terkena jentikan Thanos.

***

_____

Hi kawand, dah greget belum? 🦖
Sabar masih belum apa-apa hehew
Ditunggu kelanjutannya yak 🔥

Jangan lupa slap vote ⭐
Dan tinggalkan jejak kalian di sini 💬
Thanks❤
_____

Beautiful Flowers: Always Got Picked UpWhere stories live. Discover now