Chapter 3 | Incidence (1)

40 16 0
                                    

15 February at 01:02 AM, Roadside

Luffy menegak habis kopi kalengan dalam berapa kali teguk. Sampah kaleng itu diremas dan dibuang dengan kasar ke dalam tempat sampah dekat mesin penjual otomatis. Disandarkan badannya pada mobil hitam metalik yang terparkir di pinggir jalan dengan menyedekapkan kedua tangan di depan dada. Terlihat jelas kernyitan kedua alis menandakan dia berada di posisi terombang-ambing luapan emosi. Bahkan wajahnya tampak bersut tidak senang.

Bagaimana tidak demikian? Sudah larut malam bahkan ia baru saja pulang dari pekerjaan yang melelahkan, lalu bertemu gadis yang hampir bunuh diri, mendapat pukulan dari nenek tua, setelah itu sempat dicurigai oleh dokter, dan kini gadis yang merepotkan itu meminta tumpangan untuk menginap di rumahnya! Jelas saja Luffy menolak mentah-mentah permintaan yang sangat tidak tahu diri itu.

'Muka tembok!' batinnya.

Ditanyai alasannya kenapa, Shean tidak bisa menjelaskan. Yang saat ini terlintas dibenak Luffy, apakah Shean memang sengaja menghindar dari 'seorang pacar-nya' karena takut dengan sosok itu dan/atau bisa jadi Shean sengaja menginap di rumahnya, lalu saat dirinya terlelap atau lengah, gadis itu bisa melancarkan sebuah aksi jahat. Kemungkinan terakhir itu yang sangat mengkhawatirkan dan meresahkan.

"Akan kupesankan satu kamar hotel untukmu. Kupesankan hotel manapun. Mulai dari bintang rendah sampai yang paling bergengsi. Tapi jangan rumahku."

Shean menggeleng. "Jika masa menginap di hotel habis, lalu setelahnya aku harus kemana? Aku harus apa? Dan jika aku ingin bunuh diri lagi, bagaimana?"

Luffy memelikkan matanya pada gadis naif itu. "Hei hei! Jaga mulutmu! Baiklah, akanku booking kamar hotel lantai bawah agar kau tidak melompat dari balkon."

"Bisa saja aku menenggelamkan diriku di bath up atau membenturkan kepalaku pada pojok dipan atau lemari atau meja. Bisa juga aku−"

"HENTIKAN MULUTMU ITU!" Luffy mengacungkan jari telunjuknya tepat di depan mata gadis yang membuat kesabarannya terkuras habis, "dengar, gadis bebal! Kau sudah merepotkanku. Aku benar-benar muak dengan bualanmu. Yang jelas aku ingin kau memberi tahu alamat rumahmu sekarang dan bergegas pulang!" gertak Luffy seraya menyergah kakinya.

Sebenarnya amarah Luffy belum ditampakkannya seratus persen, tetapi tetap saja dia mampu membuat gadis di hadapannya mematung tanpa berkutik sedikit pun. Berani sekali memang gadis itu melangkah hendak menginjak ekor harimau yang tengah bersantai.

***

01:13 AM, Heading to Shean's Apartment

"Emm, tuan? Arah apartemenku belok kiri."

Luffy tidak menggubris dan tetap melajukan mobilnya. Diberhentikannya mobil di pinggir jalan dekat salah satu mesin ATM. Tangannya sibuk melepas sabuk pengaman yang melilit di badannya. Sorot tajam mata beriris cokelat itu tertuju pada sepasang bola mata yang sedang menatapnya ketakutan.

"Diam disini dan jangan bergerak, bahkan menyentuh apapun yang ada di dalam mobil ini. Paham?"

Gadis itu mengangguk setuju tanpa perlawanan. Segera Luffy keluar dari mobil menuju mesin ATM. Ia mengambil sejumlah uang yang cukup banyak. Uang-uang tersebut ia kantongi ke dalam paper bag yang dibawanya sedari tadi dan melangkah kembali ke dalam mobil. Luffy kembali mengemudikan mobilnya menuju destinasi tujuan Shean.

"Tunjukkan sekalian kamarmu di mana. Aku akan berbicara langsung dengan seorang pacarmu itu agar dia tidak berbuat macam-macam padamu."

Gadis itu terburu menggelengkkan kepala, "ti−tidak perlu. Saya akan baik-baik saja. Lebih baik anda bergegas pulang. Tuan pasti lelah karena saya telah merepotkan anda. Saya, izin masuk ke dalam."

"Tunggu," Luffy menyerahkan uang-uang di dalam paper bag itu kepada Shean, "untukmu. Terserah mau kau apakan uang itu dan jangan berulah membuat pacarmu naik pitam. Ini nomor 9-1-1, hubungi ke nomor itu jika terjadi sesuatu hal buruk."

Shean melongo saat menerima uang sebanyak itu. "U-uang sebanyak ini? Apakah anda yakin memberikan pada saya secara cuma-cuma?"

"Anggap saja santunan. Aku pulang. Jangan lupa menelepon nomor tersebut jika kau merasa terancam," dirinya segera memutar balikkan badan dan pulang menuju rumahnya.

***

09:43 AM, Office

Pagi harinya di kantor, suara tik dari keyboard yang sedang digunakan Luffy untuk memeriksa beberapa dokumen penting menggema di dalam ruang kerjanya. Kedua tangannya lihai mengetik cepat dan matanya gesit menganalisis kertas dan monitor komputer secara bergantian. Ia sedang mengecek beberapa berkas profil orang-orang yang menjadi target dari para kliennya.

Awalnya ada yang janggal. Tapi setelah diteliti secara saksama, memang profil target tersebut adalah orang yang sama dari klien yang berbeda. Tanpa pikir panjang, berkas-berkas tersebut dibawa bersamanya menuju meja Don Salazar sebagai pemegang administrasi.

Don memberi cap stampel merah besar pada berkas-berkas profil yang dibawa Luffy dengan tulisan "TIME OUT" dan mengembalikan pada pria di hadapannya. Don mengamati wajah lesu dari pria jangkung itu. Terlihat penampakan tak biasa dari Luffy seperti kantong mata menghitam dan bibir sedikit kering. Don sendiri menyadari jika jarang sekali Luffy melewatkan atau gagal dalam memenuhi target kliennya. Baru kali ini terlewatkan. Menurutnya, ada yang bermasalah dari Luffy.

Menyadari dirinya diperhatikan dan seperti dianalisis oleh Don, Luffy terburu membuang muka dan menapak kembali ke ruang kerjanya. Tiba-tiba langkahnya terhenti sejenak. Perhatiannya teralihkan pada berita yang tersiar di TV kantor. Headline yang terpampang pada berita tersebut adalah 'Pembunuhan Pada Kekasih Akibat Uang' dan lagi, yang membuat bulu roma di tengkuknya berdiri adalah, TKP tersebut ada di sebuah apartemen. Apartemen yang tidak asing baginya.

"... Kejadian penikaman dimungkinkan terjadi pada pukul setengah 5 pagi dan proses kekerasan diperkirakan terjadi sejak pukul setengah 4 dini hari menurut kesaksian para tetangga sekitar tempat kejadian—"

Perasaan Luffy berubah mendadak. Semakin diperjelas ketika TKP yang disebutkan reporter itu, adalah apartemen yang semalam ia kunjungi. Inisial korban yang sama dengan nama target di berkasnya. Bahkan inisial pelaku itu juga ia kenal. Ini bukan kebetulan. Ini memanglah kejadian sungguhan!

Tanpa pikir panjang, Luffy berlari keluar dari kantor dengan menggenggam berkas-berkas tersebut menuju parkiran mobil. Berkas-berkas itu dihempaskannya begitu saja di atas kursi sebelah supir hingga berhamburan tak karuan. Dia menyetir mobilnya dengan laju cepat menelusuri padatnya perkotaan. 

Meninggalkan kantor di saat ia sedang bekerja, merupakan ide yang sangat buruk. Tapi, pria keras kepala ini tidak peduli jika dimarahi, diberi peringatan, maupun dipecat. Karena, ada sesuatu yang lebih krusial dari pada hal itu. Sesuatu yang membutuhkan kepastian dan sesuatu bersangkutan dengan dirinya.

***

_____

Wah, sudah mulai ada secercah titik terang soal Shean, Si Gadis Bebal yang sangat merepotkan Luffy. Gimana kelanjutannya ya? Apa yang terjadi sebenarnya? Kepo, kan?

Tunggu ke depannya, oke? C u <3

_____

Beautiful Flowers: Always Got Picked UpWhere stories live. Discover now