07

50.8K 4.8K 75
                                    

"Happy Reading"

"Tapi gu_"

"jadi gimana kamu bersedia atau tidak?" Potong Gus Arsen.
_____

"Maaf, gus. Aku gak bisa menjawabnya sekarang," ujar Ayesha karena bingung harus menjawab apa.

"Yasudah, tidak apa-apa." Gus Arsen memaklumi Ayesha, ia paham mungkin ini terlalu mendadak untuk gadis itu apalagi mereka baru bertemu beberapa hari yang lalu.

"Saya akan memberi kamu waktu untuk berpikir, ini biodata lengkap saya kamu baca dan pahami. Jika kamu sudah memiliki jawabannya, kamu bisa menghubungi nomor telepon yang tertera disana." Gus Ares menyerahkan map coklat di tangannya pada Ayesha.

"Saya tunggu jawabannya, Assalamualaikum." lanjut Gus Arsen dan beranjak dari sana

"Waalaikumussalam."

Setelah Gus Arsen pergi, Ayesha bangkit dan menyusul Mauren ke kantin. Namun, di pertengahan jalan dia berpapasan dengan dokter senior di rumah sakit ini.

"Dokter Ayesha."

"Iya dokter, ada apa?" ujar Ayesha.

"Tidak apa-apa." dokter itu menggelengkan kepalanya sambil tersenyum.

"Tadi saya tidak sengaja melihat dokter mengobrol di taman dengan laki-laki, apakah dia pacar dokter?"

"Bukan dok, dia teman saya."

"Assalamualaikum," ujar Ayesha lalu pergi dari sana, dia merasa risih dengan pertanyaan dokter Fras yang sudah lancang.

Semenjak dia bekerja di rumah sakit ini dokter Fras selalu mendekatinya secara terang-terangan, membuat Ayesha risih dengan keberadaannya karena selalu menjadi gunjingan pegawai rumah sakit.

Dokter Fras termasuk ke dalam jajaran dokter muda di rumah sakit ini, namun sayangnya dia adalah seorang duda anak satu karena sudah bercerai dengan istrinya.

Siapa laki-laki yang tadi bersama Ayesha? Berani sekali dia mendekati milik saya.

Dokter Fras menatap punggung Ayesha yang sudah menjauh, lalu pergi dari sana dengan tangan terkepal erat menahan emosi.

Sampai di kantin Ayesha langsung duduk di hadapan Mauren yang ternyata sudah selesai memesan makanan.

"Gua udah pesenin tadi buat lo," ujar Mauren saat menyadari Ayesha duduk di hadapannya.

"Makasih, Kak."

"Santai aja kali, gua itu orangnya pengertian."

"Oh, iya. Tadi lo bahas apa sama cowok tadi? Gua sedikit pamiliar ya sama wajahnya," ujar Mauren penasaran.

"Gus Arsen, bukan sih? Soalnya agak mirip."

"Iya, dia Gus Arsen."

"Lo tadi bahas apaan sama dia? Setau gua, dia gak pernah tuh ngajak ngobrol cewek yang bukan mahramnya apalagi hanya berdua."

Mauren tau betul sifat Gus Arsen seperti apa, karena dia sering mendengarkan cerita temen-temennya yang mengidolakan Gus Arsen.

"Masa dia tiba-tiba bilang mau melamar aku. Padahal kita baru bertemu 1 kali, itu pun tidak sengaja karena waktu aku pernah nolongin dia," ujar Ayesha tak habis pikir dengan Gus Arsen.

"What?" Pekik Mauren kaget.

"Terus-terus lo bilang apa sama dia?" tanya Mauren penasaran, sekaligus merasa tidak percaya dengan apa yang barusan Ayesha katakan.

"Aku tolak,  tapi dia tetep kekeh dan memberi aku waktu untuk memikirkannya.

"Daebak, dia memang calon suami idaman. Sumpah lo keren banget, Sha. Bisa narik perhatian dia, padahal dia selalu menghindar kalau ada yang mau deketin," ujar Mauren heboh.

My Love Destiny [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang