62. Roti Lapis

3.8K 589 107
                                    

TMM versi Wattpad akan diupdate lagi kalau komennya 100 lebih, no spamming, ya, Sayang... Vote tetep sebanyak-banyaknya.

Baca part ini lebih lengkap di Karyakarsa. Lebih detail soal masa lalu Mumu dan Lastri, juga perasaan Mina.

Oh iya... mulai sekarang, karena Karyakarsa segala pake koin-koinan dan mahal, lakukan dukungan ceritaku di sana lewat web, ya. Caranya tinggal klik aja link Karyakarsaku di wattpad dan lakukan dukungan seperti biasa via BROWSER. Kalau di web/ browser, kamu bisa dukung per part dengan rupiah kayak biasa. Habis dukungan selesai, kamu bisa beralih ke aplikasi lagi buat baca, atau baca sekalian di web.

Ke depannya, sih, katanya di web juga bakal ada koin, tapi optional. Harga koin di KK versi web nanti jauh lebih murah (konversinya  1 koin=100 rupiah, kalau sekarang di aplikasi harga belinya 1 koin bisa sampai 145rupiah karena tax dll), jadi nanti kalau koin di web udah launching dengan harga normal, kamu yang suka jajan di KK bisa top up saldo koin dengan harga yang masuk akal. Tapi, pembayaran seperti biasa di web akan tetap ada. Kamu bisa pilih cara bayar sesuka kamu kayak biasa. 

Aku meneguk ludah beberapa kali

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aku meneguk ludah beberapa kali.

Nggak kepikiran sedikit pun buat minum untuk membasahi mulut yang kering kerontang, padahal di sebelahku persis ada botol air yang setiap hari kucuci dan kuisi ulang.

Mobilku sudah terparkir manis di pelataran ruko. Johan, si tukang parkir, mengacungkan jempol dan melempar senyum bangga padaku. Aku masih ingat saat pertama kali kami berkantor di sini, aku harus selalu menyerahkan kunci padanya buat diparkirkan. Aku paling payah soal parkir memarkir, selalu aja butuh waktu lama supaya ban-nya lurus, atau badan mobil nggak melewati garis pembatas untuk mobil lain.

Aku melantur.

Kedua tanganku masih memegang erat roda kemudi. Sebelum aku menyadarinya, keningku sudah menyentuh punggung tanganku sendiri, menunduk dalam, berpikir, tapi sebenarnya pikiranku justru kosong melompong. Apa yang harus kulakukan selain tenang dan mencoba mencari solusi dari permasalahanku ini?

Sewaktu otakku membersitkan gagasan untuk mendiskusikannya dengan Mahmoud sebagai kekasih resmiku, mataku yang mengintip dari celah tanganku menangkap sosok Nicky Lastria sedang berdiri memandang keluar pintu kaca kantor. Kenapa dia masih di sini? Dia memandang tepat ke arahku sambil mengelus rambut panjangnya yang dijalin dan ditaruh di bahu.

Sialan. Dia nggak pernah sekalipun menyebut-nyebut tentang gadis itu selama puluhan kali kami tidur bersama, bercinta, dan berbagi apartemen. Laki-laki memang biadab. Seharusnya aku setia pada prinsipku untuk tetap berjalan di jalur yang salah, mereka memang hanya pantas dijadikan objek pelampiasan hasrat. Sayangnya, Mahmoud terlalu hebat melayaniku di atas tempat tidur... bukan hanya itu, dia memang mempesona sampai-sampai aku tak mampu lagi menolak segala ketertarikanku padanya. Lebih dari persoalan menjadikannya tulang punggung untuk HBM dalam menjaring massa, aku memang sudah jatuh hati padanya.

Hatiku terasa sakit saat gadis itu menyebut mengenai pernikahan dengan Mahmoud. Jutaan kupu-kupu ganas menyeruak dari keping-keping kepompong di perutku dan menyerang dengan membabi buta sampai aku hampir saja memuntahkan isi perut di hadapan mereka. Dadaku terbakar oleh perasaan cemburu yang aneh sekali. Kalau dulu aku langsung mundur begitu melihat Edwin meniduri gadis lain, kali ini mungkin akulah si gadis lain yang mencoba mempertahankannya kalau-kalau gadis kecil itu menggugat.

Trapping Mr. MahmoudTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang