24. Buffalo Meat

8.3K 1.1K 67
                                    

Pasukan karyakarsa udah pada beres baca part 29-30, kan?

Aku bakal lanjut dalam waktu dekat, ya...

Kalau mau baca part ini yang jauh lebih manis dan lengkap, baca part 23-24 di KaryaKarsa, ya...

Kalau mau baca part ini yang jauh lebih manis dan lengkap, baca part 23-24 di KaryaKarsa, ya

Rất tiếc! Hình ảnh này không tuân theo hướng dẫn nội dung. Để tiếp tục đăng tải, vui lòng xóa hoặc tải lên một hình ảnh khác.


"Aku selalu suka naik motor, tapi jarang sekali bisa naik motor. Dari dulu di rumahku nggak pernah ada sepeda motor. Mamiku menangis meraung-raung waktu kakak laki-lakiku minta dibelikan moge buat hari ulang tahunnya. Makanya setiap ada kesempatan, aku pengin diboncengin. Kalau di depan masih takut," katanya renyah, dan kalau aku nggak salah dengar, agak manja, sebelum naik ke boncenganku.

Bisa ada ya perempuan kayak begini?

Dengan santainya dia melingkarkan lengannya erat di pinggangku. Mungkin pikirnya kami toh sudah berbuat lebih dari itu, tapi buatku ini terasa lebih intim-bukan-romantis. Diam-diam aku mengatur spion kananku supaya sesekali bisa melirik wajahnya di dekat pundakku. Kami sama-sama pakai helm. Bu Mina dengan entengnya mengeluarkan ratusan ribu rupiah di ruko sebelah untuk membeli helm SNI baru supaya kalau ada lubang di jalan dan kuterjang, kami sama-sama selamat, katanya. Unsafeness is not romantic, dia bilang meski jelas-jelas pipinya bersemu waktu kalimatku terlontar tanpa pikir panjang. Sama dengan prinsipnya di atas ranjang, kami memakai pengaman.

Sepertinya, diam-diamku mengatur spion sudah ketahuan. Berulang kali kalau aku melirik, dia pasti sudah duluan menangkap tatapan mataku di pantulan cermin. Nanti kami sama-sama membuang tatapan ke arah lain, lalu beberapa saat kemudian melakukannya lagi. Lampu kota dan mobil yang menyorot di sepanjang jalan hampir membuat malam seterang siang, curi-curi pandangku dan Bu Mina nggak pernah luput satu sama lain.

"Kamu kalau di rumah naik motor juga, Moud?" tanyanya sewaktu motor berhenti di belakang lampu merah.

"Kadang-kadang," jawabku. "Lebih sering saya bawa mobil bak abi meski jalannya jadi harus mutar-mutar. Di desa, banyak sekali jalan sempit yang hanya bisa diakses naik sepeda, atau motor. Jarak antara area sawah satu dengan yang lain yang kalau ditempuh lewat situ bisa lebih cepat ke area pemukiman penduduk juga sempit-sempit, susah bawa mobil. Harus pelan-pelan sekali dan gantian supaya nggak papasan di jalan."

"Masih banyak nggak orang yang punya kuda?"

"Masih, tapi nggak banyak."

"Kerbau?"

"Masih, tapi nggak banyak juga. Petani sekarang pakai mesin buat membajak sawah, kerbaunya dipotong."

Bu Mina tertawa geli, mengira aku bercanda. "Memangnya ada orang yang makan daging kerbau?"

Sontak aku menoleh untuk menatapnya karena melihat ke arah spion rasanya kurang mantap. "Ibu nggak tahu daging kerbau rasanya enak?" tanyaku heran. "Di beberapa daerah di Jawa, mereka lebih akrab dengan daging kerbau, daripada sapi. Karena sebagian penduduk di daerah itu dulunya kebanyakan menganut agama yang menyucikan sapi, saat persebaran agama Islam, salah seorang wali mengganti keharusan mengorbankan daging sapi menjadi daging kerbau. Sampai sekarang tradisi itu masih berlanjut."

Trapping Mr. MahmoudNơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ