57. Mixed Rice

3.3K 473 30
                                    

Kalau dia hamil itu bayiku

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Kalau dia hamil itu bayiku.

Kalau dia hamil itu bayiku.

"Mahmoud!"

Aku tersentak kaget mendengar Mas Gio membentak dengan suara lantang. Lamunanku buyar. Entah sejak kapan telingaku nggak mampu menangkap instruksi darinya dan malah mematung mendengar Adrian mengucapkan kalimat yang sama berulang-ulang di kepalaku. Waktu aku berhasil menemukan sosoknya dan berniat meminta maaf supaya bisa di-retake, lelaki berkaca mata itu sedang mengatupkan rahang sambil menggeleng kecewa dan duluan membubuhkan coretan besar pada catatannya. Sesi pemotretan ditunda satu jam ke depan untuk istirahat makan siang gara-gara kerjaku yang nggak profesional.

Saat semua orang bubar, aku keluar dari set properti dan berusaha menyusulnya mendekati Bu Mina dan Mas Albert. Beberapa langkah di belakangnya, aku lantas mengurungkan niat dan balik badan. Meski dia mengucapkannya dengan tertahan, aku masih bisa mendengarnya mengatakan, "Gini nih kalau dikasih kontrak malah kerjanya nggak jelas!"

Ucapannya membuatku meradang, tapi aku nggak ingin melampiaskan amarah salah sasaran. Akibatnya, justru retsleting jaketku yang jebol gara-gara aku menariknya turun terlalu kuat untuk meluapkan emosi. Di dalam pantri yang merupakan daerah kekuasaanku, baru aku menanggalkan jaket itu dan mengeceknya. Benar-benar rusak. Dasar sial. Padahal pemotretan untuk warna ini bakal dilanjutkan usai makan siang. Aku yang makin jengkel nggak bisa menahan diri untuk tidak menendang kursi plastik yang menghalangiku dan menimbulkan bunyi berisik gara-gara benda itu menghantam deretan galon kosong. Aku terlalu lelah untuk merapikannya, memutuskan duduk di sudut ruangan sambil merenungi serakan galon kosong.

Bu Mina belum menyusulku juga.

Rasanya aku ingin teriak di tengah hutan atau di pinggir sawah untuk melapangkan dadaku yang sesak dilanda gelombang kekecewaan. Inginnya sih teriak di telinga wanita itu, biar masuk ke hatinya yang dingin. Walaupun kami sudah pacaran, rasanya nggak ada yang berubah dari perlakuannya. Kami masih saling menjaga jarak, tidak saling terbuka. Kadang pikiran jahatku suka membisik, apa jangan-jangan dia asal menjalin hubungan supaya bisa bebas menggagahiku? Bukannya aku nggak senang, aku sangat senang. Apalagi kalau udah sesi mandi bersama... ah sial... bukan saatnya mikirin badan bugilnya yang basah kuyup!

Kalau Bu Mina hamil dan itu ternyata anak Adrian, aku harus bagaimana? Pulang kampung lalu kawin sama Lastri? Enggak. Aku nggak mau menjadikan orang lain sansak tinju penyesalanku. Aku jadi ingat untuk secepat mungkin menegaskan ke Ummi bahwa aku nggak mau kawin paksa dengan siapapun.

Bu Mina nggak bisa mengatakan apa-apa sewaktu aku menuntut penjelasan lewat isyarat mata. Untuk menanyakannya langsung aku nggak sempat karena Mas Gio keburu masuk dan menyuruh kami mengabaikan kekacauan barusan begitu Adrian meninggalkan kantor. Kenapa dia nggak bilang bahwa mereka melakukannya tanpa pengaman? Kami juga melakukannya tanpa pengaman, pada malam yang sama. Cuman beda jam. Semoga dia nggak hamil... semoga dia nggak hamil supaya bisa kuhamili sendiri kapan-kapan.

Trapping Mr. MahmoudWhere stories live. Discover now