Chapter 9 | Debt Collector

Start from the beginning
                                    

"Aku sangat penasaran, Lutchain. Sebenarnya, pada kasus kemarin mengenai gadis yang hampir terbunuh dengan pria bernama Keith dan juga kau, sebenarnya ada hubungan apa? Bukankah sudah beres? Kenapa kau masih berkutat seperti orang nanar?"

"Cukup perhatian juga terhadapku. Terima kasih." Luffy sengaja menancap gas mobil kencang hingga membuat punggung Connor terbentur sandaran kursi mobil.

Connor berdecak lidah seraya mengusap-usap punggungnya, "bukan begitu maksudku. Sebenarnya, apakah kau terlibat sesuatu lebih dari yang diduga sebelumnya? Atau, kau berniat membantu gadis yang malang itu?"

Luffy sedikit tertegun mendengar pertanyaan Connor. "Huh?"

"Kemarin aku melihatmu di rumah sakit dengan membawa buket bunga. Entah untuk apa itu bukan urusanku, tapi aku berasumsi untuk diberikan pada seorang perempuan. Baru kali ini kau seperti peduli dengan seorang korban. Terlebih lagi perempuan."

"Aku hanya memastikan apakah dia masih hidup atau tidak. Tidak ada yang salah, bukan? Dan satu lagi, bagaimana kau bisa tahu aku ke rumah sakit? Kau memata-mataiku?"

Connor merasa geli dan mengedikkan bahu berkali-kali. "Memata-mataimu? Terdengar seperti kurang kerjaan. Jelas saja aku tahu, sebab bertepatan saat aku melihatmu masuk rumah sakit, aku juga mengantarkan Myria check-up USG. Aku ingin menyapamu waktu itu, tapi tak sempat karena kau tampak begitu terburu-buru."

Luffy tak membalas obrolan Connor dan memilih untuk fokus ke jalan. Sampai pada mobilnya berhenti untuk mengunjungi rumah per rumah sesuai target di dalam daftar debitur. Rumah-rumah yang mereka kunjungi terbilang rumah orang-orang kaya, karena dilihat dari arsitektur bangunan rumah-rumah tersebut, bukan rancangan sembarang arsitek. Yang paling megah bahkan ada lapangan golf dan tenis. Bayangkan seluas apa rumah tersebut.

Lelaki berprofesi sebagai hitman dan kini ditugaskan untuk menemani itu hanya menunggu di dalam mobil. Mengamati Connor sibuk mendesak para debitur untuk segera membayar hutang dan sibuk memasukkan uang-uang dengan jumlah yang banyak ke dalam koper hitam.

Hingga sampailah di rumah debitur terakhir yang diisukan cukup garang untuk ditagih

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Hingga sampailah di rumah debitur terakhir yang diisukan cukup garang untuk ditagih. Saat inilah peran Luffy ditunjukkan. Luffy turun tangan membantu Connor dan berjalan mendudu. Connor membunyikan bel rumah. Sedangkan Luffy berdiri tegap di belakang Connor dengan tangannya yang bersedekap di belakang badan. Siapa tahu pistol yang bersembunyi di balik badannya digunakan jika ada serangan mendadak.

"Siang, Pak Sandro Martiano. Kami dari Oberith ingin menagih utang anda sebesar 65.000 dolar dengan bunga sebesar 10%. Apakah uang muka sudah siap?" Connor tersungging (sok) ramah.

Wajah berkumis tebal dan sorot mata tajam yang ditampakkan setengah di balik daun pintu terlihat kesal, "aku butuh waktu lagi untuk mengumpulkan uang tersebut, Bajingan! Kau pikir uang segitu banyaknya akan ada tiba-tiba seperti sihir?"

Tanpa basa-basi, Connor langsung mengambil stampel merah dari saku jasnya dan memberi stampel merah di atas kertas yang digenggamnya. "Kalau begitu, rumah Sandro Martiano akan disita sebagai jaminan."

"APA?! DASAR KURANG AJAR!" dari balik pintu, ada tangan yang sedari tadi menyiapkan senapan laras panjang dan melancarkan tembakan. Peluru dilepas dari senapan sedikit menggores lengan Connor.

Debitur tidak tahu diuntung. Dengan sigap, Luffy melumpuhkan Pak Sandro dengan menembakkan pistol pada kedua kaki bapak berkumis lebat itu hingga bersimpuh di lantai. Luffy berjalan cepat dan meraih senapan laras panjang tersebut. Amunisi di dalam barel di keluarkannya dan senjata tersebut dia lempar ke sembarang arah.

Tanpa ragu, Luffy menyeret tubuh Pak Sandro ke dalam rumah dan menghempaskan tubuh bapak mengesalkan itu di ruang tengah. Kini fokusnya tertuju pada Connor yang meringis kesakitan. "Kau baik-baik saja? Tua bangka ini lebih baik dijadikan jaminan. Panggil saja beberapa utusan dari fraksi ekor untuk menumpaskan masalah ini. Pekerjaanmu sudah selesai, Caen."

"Agh, sialan! Jas mahalku jadi terkoyak. Lengan kiriku luka. Ugh, keparat!" Connor mendengus kesal.

Connor menulis dengan cepat di atas kertas perikatan itu, "hei, Pak Tua! Bayar ini dengan ginjalmu!" Connor menunjuk pada luka goresnya.

"Apa?! Ginjal? Hei, tunggu dulu. Itu hanya luka gores kecil. Tak sebanding dengan kedua kakiku yang kalian tembaki!" Sandro Martiano, bodoh sekali. Beraninya mengusik dua orang eksekutif dari Oberith.

Luffy bergerak maju dan menodongkan pistol tepat di kepala Pak Sandro. Kali ini matanya mencelik seolah siap menghabisi mangsanya. Jari telunjuknya hampir menarik picu pistol. Pak Sandro meracau kalimat doa agar Luffy tidak menembaknya. Lagak sebesar gajah, nyali sekecil protozoa.

Krena tak ingin masalah makin runyam, Connor menepuk punggung Luffy dan meminta lelaki dengan rahang terkatup rapat itu berhenti menakuti Si Pengecut Sandro, sebab bapak tua penuh congkak itu terkencing di celana. "Ikat saja. Jika ditakuti terus-menerus, bisa berak dia. Jika dia berak betulan, utusan fraksi ekor akan kerepotan. Nanti bau, hii~" Connor menutup hidungnya seraya memberi ekspresi meledek.

Akibat candaan renyah dari Connor, Luffy melunak. Bergegas Luffy mencari benda apapun yang bisa digunakan untuk diikat mengikat. Dia menemukan tali nilon di dalam alat perkakas. Tanpa basa basi, Luffy mengikat Pak Sandro dengan kuat tanpa adanya kesempatan bapak itu kabur.

***

"Alright, Don. Thanks," Luffy menutup teleponnya.

"Don memanggilmu?"

Luffy mengangguk, "lebih tepatnya bos memanggilku. Aku harus segera kembali. Kalau kutinggal, kau bagaimana?"

Connor mengepulkan asap rokok dari mulutnya. Tangannya menepuk bahu kiri Luffy. "Tenang saja, kawan. Lagi pula utusan fraksi ekor akan kemari. Lekaslah berangkat. Si Bajingan itu biar kuurus."

Luffy melihat lengan kiri Connor. Tiba-tiba tangannya melepas dasi Connor dan mengikat luka Connor dengan dasi tersebut. Pria tengah mengapit rokok itu hanya tercangah melihat tingkah sejawatnya ini. "Kalau kau khawatir, bermodalah sedikit. Mana mengikat pakai dasiku sembarangan pula."

Luffy tersenyum penuh percaya diri, "justru berterima kasihlah dengan sifat filantropi-ku ini. Jarang sekali aku mengkhawatirkan anak ayamku. Jika kau main ke rumahku, kusuguhkan dedak serta biji-bijian berkualitas tinggi supaya kau bisa tumbuh tinggi," emol Luffy seraya membandingkan tingginya dengan Connor.

Melihat Connor tampak kesal, Luffy bergegas lari menuju mobil dan mengendarainya sebelum Connor mendaratkan kepalan tangan di wajahnya. Dari luar, kaca mobilnya diketuk kasar oleh Connor dengan penampakan ekspresi bersungut-sungut. Luffy hanya mengacungkan jari tengah lalu melajukan mobilnya. Masih terlihat dari kaca spion sosok Connor mengoceh tak karuan seraya membalas acungan kedua jari tengah kepadanya.

Di dalam mobil, yang tadinya Luffy tertawa kecil setelah mengemol Connor, mendadak terdiam dan senyap. Pikirannya tenggelam dalam lamunan. Kedua tangannya mencengkram erat setir mobil. Helaan nafasnya terdengar jelas saking senyapnya di dalam mobil. Seakan Luffy mengerti apa yang akan terjadi nantinya dengan bos. 'Okay, this is what I've been chosen.'

***

Beautiful Flowers: Always Got Picked UpWhere stories live. Discover now