Twenty Three

690 180 42
                                    

Jangan lupa vote atau komen ya temen-temen, terima kasih:)

*

Jeno menggelengkan kepalanya seraya tersenyum sinis ketika menyaksikan breaking news yang sedang tayang saat ini. Seminggu kemarin, ia jarang bertemu Jaemin walaupun masuk kerja. Mereka seolah tidak saling mengenal di kantor karena Jeno memang sedang menghindari Jaemin. Rasa kesalnya masih ada, walaupun ia dan Lia tidak ada hubungan apa-apa tapi yang namanya rasa iba dan simpati membuat Jeno membenci Jaemin. Membenci keputusan yang pria itu buat hanya karena dibutakan oleh suatu alasan. Jika ada pekerjaan yang harus dilakukan pun, Karina selalu menjadi perantara di antara mereka.

Hingga akhirnya kini, breaking news yang menayangkan berita pernikahan Jaemin dan Minji memenuhi siaran nasional televisi. Siapa yang tidak akan tertarik, kehidupan CEO Golden Group dengan model papan atas yang karirnya sedang melejit sampai ke mancanegara. Jeno tersenyum sinis saat melihatnya.

“Bodoh. Tunggu saja kapan balasanmu akan datang,” gumamnya seraya mematikan siaran. Ia tidak mau melihat beritanya lebih lanjut.

Bukan hanya Jeno, tapi Karina juga sedang terkejut saat ini. Ia banyak mendengar tentang Lia dari Jeno walaupun tidak tahu bagaimana Lia bisa berakhir berurusan dengan Jaemin. Yang Karina tahu, Jaemin terlihat menyayangi Lia. Tapi tidak menyangkan bahwa hubungan antara Jaemin dan Lia akan berakhir seperti ini.

Termasuk Lia, ia juga sedang menyaksikan berita itu sekarang. Dengan tubuh dan tangan yang bergetar hebat. Diiringi linangan air mata yang membuatnya terisak tanpa suara sampai dadanya terasa sesak dan penuh hingga ia kesulitan bernapas.

“Menangis saja, aku akan keluar mencari udara di bawah.” Ryujin menyentuh bahu Lia pelan, lalu beranjak untuk meninggalkan Lia. Mungkin Lia sedang butuh waktu sendiri.

Setelah keluar dari mansion Jaemin, Lia benar-benar tidak tahu ke mana tujuannya. Tidak ada yang bisa ia hubungi, tidak ada yang bisa ia mintai bantuan karena ia tidak punya begitu banyak teman. Kembali ke rumah sama saja dengan menyerahkan nyawanya dan nyawa anaknya. Hingga ketika Lia sudah tidak punya ide lagi, ia memilih menghubungi Ryujin. Satu-satunya orang yang bisa ia mintai tolong.

Kebetulan, Ryujin tinggal seorang diri di apartemen. Jadi, Lia memutuskan untuk menceritakan semuanya supaya keadaannya bisa dimengerti oleh Ryujin. Tapi, tidak selamanya Lia akan menumpang hidup di rumah orang. Ia juga harus mulai memikirkan langkah selanjutnya. Bagaimana bisa ia tinggal lama sedangkan nanti ia akan melahirkan dan mengurus anaknya.

Memikirkan hal itu lagi membuat Lia semakin menangis. Ia menunduk dalam sambil meremat ujung bajunya, berusaha meredam tangisnya sendiri.

Ada beberapa pilihan yang Lia pertimbangkan untuk melanjutkan hidupnya. Pertama, ia ingin mencari pekerjaan lebih dulu supaya ia punya uang tambahan untuk hidup dengan anaknya nanti. Atau kedua, ia akan melahirkan lebih dulu dan bekerja nanti saja jika anaknya sudah berusia dua atau tiga tahun. Ini yang masih menjadi kebingungan pada dirinya. Jika memilih yang pertama, apakah ada perusahaan yang mau menerimanya saat tahu bahwa ia hamil? Tapi jika memilih yang kedua, ia tidak akan punya uang tambahan untuk hidup ke depannya. Serba rumit.

“Kenapa keluar?” tanya Ryujin saat mendapati Lia tiba-tiba sudah berdiri di depannya. Ia sedang duduk menikmati semilir angin malam di sebuah kursi taman halaman gedung apartemennya. Berniat memberikan Lia ruang untuk menangis sepuasnya, tapi Lia malah keluar.

“Aku tidak mau sendiri dan aku tidak mau menangis lagi. Aku lelah. Air mataku bisa habis nanti jika aku menangis terus menerus. Aku juga tidak mau membuang-buang tenaga, karena aku tidak mau anakku terkena dampaknya jika aku melemah.”

SAVE ME [JAELIA✔️]Место, где живут истории. Откройте их для себя