16. IMPIAN

181 28 14
                                    

YouN1T Fanfiction

Happy Reading


⚘️


Hal pertama dalam sejarah hidupnya ialah melakukan kebaikan pada orang lain. Entah sudah berapa kali ia mengucapkan kata maaf dan terima kasih. Lantas tugasnya seharusnya telah selesai untuk melindungi Fenly, ia hanya parasit yang seharusnya pergi dan takkan kembali.

Namun, semua hal itu dibantah oleh sang pemilik aslinya. Ia diizinkan tetap hadir dalam hidup Fenly, sejak kecil memang hadirnya dia menjadi teman sekaligus penyemangat untuk Fenly tetap semangat menjalani hari-harinya, meskipun terkadang ia kesal dengan sifat Fenly yang mudah ramah pada siapapun dan berakhir dimanfaatkan oleh orang yang tak suka pada Fenly.

"Hai Feno. Makasih ya, makasih udah hadir di hidup Fen. Selama ada Feno, Fenly ngerasa aman dan lebih berani. Maaf kalau selalu buat Feno kesal."

"Gue yang harusnya minta maaf sama Lo, Gue sering buat masalah yang berakhir libatin Lo dalam masalah itu. Makasih ya Lo udah mau Gue repotin, makasih juga semua sahabat Lo baik sama Gue dan mau kasih kesempatan ini buat Gue."

"Semua butuh proses, selalu jadi baik ya."

Feno, menatap pantulan dirinya di cermin lalu tersenyum singkat. Ia memejamkan matanya sejenak, merasa tubuhnya lebih ringan dari biasanya. Pintu kamarnya tiba-tiba terbuka, menampakkan wajah khas Fajri yang masih mengantuk, sedangkan dirinya hanya terkekeh geli melihatnya.

"Ji, kenapa? Masih ngantuk ya?"

"Fen, kamu disuruh bangun sama Bang Shan. Sarapan dulu katanya, yuk kebawah." Ia mengangguk menghampiri Fajri yang masih setengah sadar.

Fenly tersenyum, Fajri memang selalu menghampirinya setiap pagi. Entah membangunkannya atau sekedar memanggil namanya dari balik pintu. Hal itu membuat dirinya terharu, karena setelah kejadian ia yang sering membuat ulah dan Fajri mengetahui semuanya, kini pemuda itu semakin dekat dengannya seperti dulu.

'Tuhan, Fen mohon kasih Fen kesempatan untuk selalu bersama mereka. Fen masih mau kejar impian Fen yang terakhir.' Mungkin terdengar biasa, tetapi bagi Fenly kebersamaan dengan sahabat dan keluarganya menjadi prioritas utama dihidupnya.

Saat mereka menuruni tangga, disana sudah ada Shandy yang tengah menyiapkan makanan. Entah sang Kakak masak atau hanya membelinya, yang pasti jika sang Kakak masak sangat tidak mungkin. Memikirkannya hanya membuat Fenly tertawa.

"Fen, kenapa senyum-senyum?" Tanya Shandy yang merasa sang Adik tengah tersenyum dibalik punggung Fajri.

"Fen, lepas. Aku juga laper, yuk makan." Kata Fajri yang tak sadar Fenly menggenggam lengannya.

"Kak, makasih ya." Shandy menoleh, mendapati sang Adik yang sudah duduk manis di kursinya. Ia segera menyodorkan semangkuk bubur ayam lengkap dengan kerupuknya.

"Dimakan semuanya ya, jangan ada sisa. Jadi Fenly dulu, ya. Kasihan nanti ayamnya kalau nggak dimakan."

Fenly terkekeh ketika wajah Shandy berubah menjadi sedih. Ia mengingat bagaimana Feno menceritakan bahwa pernah di suapi bubur oleh Shandy tetapi ada ayamnya. Bahkan pemuda berambut gondrong itu hanya tersenyum singkat ketika Fenly menatapnya.

"Iya Kak ini dimakan. Makasih Kak Shan." Shandy menoleh dan mendapati sang Adik yang tersenyum.

Meskipun Shandy mengharapkan sang Adik yang selalu bertemu dirinya, ia juga tak bisa menghentikan jika suatu saat Feno lah yang sering menghampiri. Rasanya memang berbeda, tetapi mungkin inilah kehidupan Adiknya dari dulu.

HE'S FENLY | UN1TYOpowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz