11. SAKIT

227 32 9
                                    

YouN1T Fanfiction

Happy Reading

⚘️


"Aku mohon jangan musuhi Kak Shandy, dia segalanya buat aku"

"Lo yakin? Dia yang udah buang Lo dan nggak per-"

"Stop! Aku mohon, kamu jangan bikin ulah lagi ya. Kali ini aja, aku mohon."

"Lo ingat nggak? Siapa yang rela bantuin Lo saat jatuh? Siapa yang selalu ada setiap malam buat Lo? Lo dibully pun nggak ada yang peduli, Lo di caci maki sama orang-orang dan buat Lo trauma sampai kaya gini pun nggak ada yang peduli. Cuma Gue, cuma Gue yang bantuin Lo.... ARRRRGGGHHHH!!"

Suara memekakkan telinga itu membuat Gilang terbangun dan menatap bingung pada Fenly yang sedang duduk di lantai sambil memegangi kepalanya. Dari arah pintu, Shandy dan yang lain menyusul melihat Fenly yang masih menarik paksa surainya.

"Hey, Fen. Kenapa, Dek? Jangan kaya gini dong." Ujar Shandy sambil memegangi lengan Fenly untuk berhenti.

"Fen, dengerin Abang. FENLY!" Sahut Gilang, ia merasa kasihan pada Adiknya saat ini. Entah mengapa rasanya seperti ditikam, karena ini kali pertama Fenly mengalami hal yang tak pernah ia duga sebelumnya.

"Fenly, Fen. Hey, Adeknya Kak Shan..." Shandy masih berusaha menyadarkan Fenly yang masih kehilangan kontrol dirinya.

"PERGI, PERGI SEMUANYA. Gue mau sendiri!!" Fenly mendorong Shandy yang berada dihadapannya hingga menabrak dinding. Rasa sakit di punggungnya tak berasa dibandingkan suara kasar yang Fenly keluarkan. Ia menatap sendu pada Fenly yang masih memberontak saat Gilang tengah mencoba meredamnya.

Semuanya begitu terkejut akan emosi Fenly yang kian meledak, ini pertama kalinya bagi mereka semua mengalami hal ini. Pemuda yang terkenal dengan keramahannya kini berubah seperti monster hanya karena tidak bisa mengontrol emosinya.

Saat semuanya sudah tidak kondusif, dokter yang menangani Fenly mencoba mendekat lalu menyuntikan obat penenang. Lama-lama Fenly mulai tenang lalu tak sadarkan diri, membuat semuanya bernapas lega. Setidaknya Fenly berhenti melakukan siksaan pada dirinya sendiri.

"Saya mohon untuk keluar semua, biarkan Fenly istirahat dulu."

Dokter Fauzan pergi meninggalkan semuanya, tampak wajah pucat Shandy masih tercetak jelas. Sedari tadi ia hanya terdiam sambil meneteskan air matanya, ia tak peduli dengan dirinya yang kesakitan. Hatinya merasakan sakit yang luar biasa saat melihat sang Adik yang seperti itu.

"Bang Shan, biar Aji bantuin." Ucap Fajri yang berada didekatnya, ia mencoba membantu pemuda berambut gondrong tersebut.

Fajri, pemuda yang membantu Shandy itu pun sempat khawatir dengan kondisi sahabatnya yang jauh dari kata baik-baik saja. Dirinya ikut merasakan sakit ketika Fenly tak bisa mengontrol emosinya, menarik surainya, menyingkirkan segala macam yang berada didekatnya. Bahkan tatapan tajam tadi bukanlah milik Fenly, sampai kapan harus begini? Ia rindu Fenly yang seperti dulu, ia rindu kebersamaan dirinya dengan sang sahabat sejak awal perkuliahannya.

Fajri menatap Shandy yang sedang menyandarkan tubuhnya pada kursi tunggu rumah sakit, ia memperhatikan bagaimana Shandy terlelap. Mungkin karena kelelahan atau kurang tidur, rasanya ia tak tega saat melihat Shandy seperti tadi. Pemuda berambut gondrong itu sempat menangis tanpa suara.

"Kalian bertiga pulang aja, ini udah malam. Besok kesini lagi." Ujar Gilang mendekati Fajri, Fiki dan Zweitson.

"Tapi Fenly gimana, Bang?" Tanya Zweitson yang masih merasa khawatir.

HE'S FENLY | UN1TYWhere stories live. Discover now