14. ULAH FENO

203 31 21
                                    

YouN1T Fanfiction

Happy Reading

⚘️


"Harus istirahat yang cukup dan obatnya di minum teratur ya." Farhan menganggukkan kepalanya kepada dokter yang telah memeriksa keadaan Shandy. Ini sudah dua jam Shandy tertidur dan dirinya cukup bisa bernapas lega karena akhirnya sang Adik dapat tertidur nyenyak.

Pemuda berambut keriting itu mendudukkan dirinya didekat ranjang Shandy, mengusap pelan surai Adiknya. Sebenarnya Shandy termasuk pemuda yang kuat, ia akui itu. Tahan banting meskipun telah dipukuli oleh orang, tetapi saat dia mendengar hal menyakitkan untuk hatinya, kondisinya akan drop. Terlalu memikirkan ucapan orang, itulah Shandy.

Farhan berharap ini kali pertama dan terakhir orang tuanya mengatakan hal yang tak seharusnya dikatakan kepada Shandy jika memang masih ingin melihat anaknya baik-baik saja.

Bertahun-tahun ia menjaga sang Adik disaat kedua orang tuanya sibuk, menjaga dari bahaya orang-orang. Tetapi mengapa sekarang mental anaknya dijatuhkan paksa oleh kedua orang tuanya?

Mengapa harus Shandy? Mengapa tidak dirinya saja?

Cepat-cepat ia menggelengkan kepalanya, memikirkan hal itu hanya membuat dirinya semakin pusing.

"Fen, Fenly..." panggil Shandy masih dalam keadaan tertidur. Ini akan terasa berat untuk Farhan, orang tuanya menginginkan mereka jauh dari Fenly, tetapi Shandy dan dirinya tak mampu untuk melakukan hal itu. Ia tak sanggup, sehari saja tak bertukar pesan dengan Adiknya itu saja sudah rindu. Ini harus berjauhan? Tak pernah mungkin ia lakukan.

"Shan, cepat sembuh ya. Nanti kita ketemu sama Fen lagi."

"Kakak akan cari tahu yang sebenarnya, Shan. Kamu tenang aja."

Langkah kaki Farhan bergegas menyambar jaketnya lalu pergi menuju rumah yang menjadi tujuan utamanya. Ia menoleh ke kiri dan kanan, ada asisten rumah tangganya yang sedang merapikan piring-piring didapur.

"Bi, lihat Ayah sama Mama?"

"Bapak sama Ibu baru saja keluar, Den. Sepertinya buru-buru." Farhan hanya menganggukkan kepalanya, toh memang kedua orang tuanya selalu sibuk. Lalu bagaimana dirinya harus bersikap?

"Bi, titip Shandy ya. Farhan mau keluar dulu."

"Baik, Den. Hati-hati ya."

Saat Farhan melangkahkan kakinya, ia mendengar ponselnya berdering. Lagi dan lagi yang ternyata dari Fenly, bahkan ini dering kelima hingga sore ini. Saat ia ingin mengangkat panggilan dari Adiknya, tiba-tiba terputus begitu saja.

Sudahlah, nanti saja sekalian ia akan berkunjung kerumah Fenly, pikirnya. Tanpa pikir panjang, Farhan menancapkan gasnya membelah jalanan ibukota. Sesekali ia masih memikirkan hal-hal dalam hidupnya yang seperti sebuah beban. Jujur, ia tak ingin menjadi seorang Kakak bagi Adik-adiknya. Tanggung jawabnya sangatlah besar, belum lagi saat sang Adik ada masalah. Ia tipe orang yang tak pandai menyelesaikan masalah, ia pasti akan meminta bantuan kepada siapapun, termasuk Levin orang kepercayaannya di kantor.

Sesampainya ia didepan pintu gerbang minimalis khas rumah Fenly, ia mengernyit heran dan meneliti setiap mobil yang terparkir disana. Ia sangat mengenali mobil milik siapa itu, bahkan plat nomornya pun sama. Buru-buru ia menggelengkan kepalanya sambil bergegas turun lalu menghampiri Fenly yang mungkin masih didalam rumahnya.

Alangkah terkejutnya saat Fenly ditarik paksa oleh beberapa orang suruhan kedua orang tuanya. Ia juga melihat Ayah dan Mama nya yang tampak tenang disana.

HE'S FENLY | UN1TYWhere stories live. Discover now