37. Kembali berjuang☆

Start from the beginning
                                    

"Hiks... Bio... Bangun hiks... Ini bunda nak... Bunda disini hiks..." Tangannya mulai mengangkat kepala yang penuh darah itu diatas pahanya, air mata Airin mengucur dengan deras tanpa suruh.

Tubuh itu ia goncang agar sang anak bangun lalu memeluk tubuhnya, namun itu hanyalah ekspetasinya saja, tubuh yang ia sentuh itu hanya diam dengan mata terpejam erat.

"Fabio huhu.... Bangun sayang huhu... Anakku..." Tangisannya tambah kencang, beberapa kali mengguncangkan tubuh itu agar merespon dirinya.

"Argh huhu.... BANGUN... TOLONG BANGUN BIO... HIKS..." tangisnya dengan frustasi, memeluk tubuh sang anak untuk memberi kehangatan yang sudah lama sekali Airin tidak lakukan.

Orang-orang yang melihat iba, mereka tidak bisa berbuat apapun selain menunggu mobil ambulans datang dan berusaha membantu yang mereka bisa disana. Tidak jauh dari kerumunan warga sebab kecelakaan yang terjadi, seorang remaja terdiam mematung ditempatnya, terlihat shock akan kecelakaan yang terjadi didepan matanya sendiri.

Bagas tidak beranjak dari saja sesenti pun, tatapannya tidak teralihkan dari tubuh yang beberapa lalu itu tertabrak dengan kencangnya, tangan yang masih menggenggam ponselnya itu terangkat ketika ponsel pintarnya berbunyi, tanpa melihat siapa yang menelpon Bagas mengangkat panggilan tersebut, "gue jahat, gue pembunuh."

***

Lorong rumah sakit riuh, setelah tandu darurat yang membawa seorang remaja diatasnya sampai di rumah sakit. Airin tidak henti-hentinya menangis sembari memegang tangan Fabio yang jari-jarinya membiru, wanita itu bersimpuh didepan ruang UGD ketika petugas tidak memperbolehkan ia masuk ke dalam.

Ia menangis sembari terus memanggil nama sang anak, mengatakan bagaimana ia menyesali semua perbuatannya selama ini, berharap sang anak dengar dari dalam sana. Airin mendekap tas milik Fabio yang di gunakan untuk sekolah dengan erat, seolah menyalurkan bagaimana ia tidak mau kehilangan sang anak.

"B-bunda?" Panggil seseorang, Airin menoleh dan sontak bertambah menangis saat anak pertamanya ada disana, Tiara orang tersebut yang belum mengetahui apa yang terjadi hanya bisa memeluk sang ibu yang menangis dengan keras itu. Awalnya Tiara ragu jika wanita yang terduduk didepan UGD adalah sang ibu.

"Bunda kenapa?" Tanyanya penasaran, hal apa yang bisa membuat sang ibu sekacau ini, Airin yang penuh darah entah dari mana itu berasal, membuatnya juga ikut terkena noda itu karena Airin memeluknya.

"Bio hiks... Bio... Maaf... Maafin bunda nak huhu... Maaf..." Penyesalan memang datang terakhir, dan kini Airin sedang merasakan hal itu. Ingatannya kembali teringat disaat dulu dirinya sangat menyayangi Fabio, hingga pada akhirnya gara-gara keegoisannya sendiri ia tega membuang Fabio dan tega menutup pintu hatinya untuk sang anak.

Menyalahkan semua yang terjadi pada Fabio, yang faktanya anak itu tidak tahu apapun yang terjadi. Fabio hanyalah korban keegoisannya, Airin sendiri yang membunuh sang anak secara perlahan.

Kata-kata yang seharusnya tidak diucapkan seorang ibu kepada anaknya, Airin lontarkan dengan mudah kepada sang anak. Ia bukannya mendukung Fabio yang tengah berjuang melawan sakitnya, justru menjadi orang yang menginginkan sang anak menyerah, Airin tidak pantas mendapatkan predikat sebagai ibu, ia wanita yang jahat.

Airin hanya memikirkan bagaimana kebahagiaan dirinya sendiri, tanpa tahu ada sang anak yang ingin juga ikut bahagia bersamanya. Airin masihlah seorang ibu, mengingat bagaimana dirinya yang berjuang melahirkan sang anak hingga mempertaruhkan nyawanya sendiri, hatinya pasti terluka dan sedih melihat sendiri bagaimana sang anak dengan keadaan mengenaskan seperti itu yang tidak lain adalah ulah dirinya sendiri.

Untuk kecelakaan itu, sungguh diluar dugaan Airin sebelumnya, ia tidak pernah sekalipun berpikir untuk membunuh Fabio walaupun ia berkata tidak suka, benci dan mengatakan Fabio hanyalah pembawa sial. Airin tidaklah sekejam itu untuk menabrak Fabio dengan kencangnya.

Batas Akhir [END]✓Where stories live. Discover now