33. Kembali sekolah☆

1.3K 154 9
                                    

Senyuman mengembang ketika gamang pergi dari pikiran Satya, hatinya menjadi tenang ketika kedua anaknya kini sudah menerima satu sama lain

¡Ay! Esta imagen no sigue nuestras pautas de contenido. Para continuar la publicación, intente quitarla o subir otra.

Senyuman mengembang ketika gamang pergi dari pikiran Satya, hatinya menjadi tenang ketika kedua anaknya kini sudah menerima satu sama lain. Satya berharap bisa melihat keduanya tumbuh hingga dewasa nanti, saling menyayangi dan tidak saling iri hati.

Kini Satya sudah tidak memedulikan Airin, baginya tidak ada gunanya mengemis agar wanita itu mengerti jika Fabio tidak salah, hati wanita itu sudah mati sejak lama, biarkan Fabio yang kini menjadi tanggung jawabnya sekarang.

"Mereka sudah berbaikan, namun bagaimana dengan istri mu sendiri? Apa dia bisa menerima Fabio?" Tanya Yuni.

"Nyonya tenang saja, Nia tidak keberatan dengan Fabio."

" Baguslah, setidaknya kau sudah memperbaiki kesalahan mu sendiri. Kali ini saya percaya padamu, tolong jaga kepercayaan ini." Satya tersenyum, sebisa mungkin ia akan menjaga kepercayaan yang sudah diberikan.

Yuni melangkah ke depan untuk masuk menemui Bagas dan Fabio disana, begitu juga dengan Satya yang melakukan hal yang sama. Fabio tersenyum melihat neneknya datang, lain lagi Bagas yang masih merasa bersalah, rasanya canggung ketika Yuni justru tersenyum juga padanya.

Yuni menyentuh pundak Bagas pelan, "tak apa, semua orang pasti pernah melakukan kesalahan. Lagipula nenek tau jika kamu anak baik, nenek senang liat kamu akur seperti ini dengan Fabio," ujarnya lembut, Bagas menyinggung senyum membalasnya.

Lain halnya dengan Fabio dan Satya, kedua laki-laki yang berbeda umur tersebut menatap satu sama lain dengan canggung, Fabio sendiri masih merasa asing dengan perasaan ini, laki-laki didepannya adalah sang ayah. Satya memaklumi Fabio, tidak mungkin seseorang bisa menerima begitu saja.

"Hmm, jadi kapan Bio bisa pulang?" Tanya Fabio memecah keheningan, ketiga orang yang ada disana menoleh kepadanya.

"Hasil echo kemarin aja masih buruk, tunggu kamu bener-bener sehat ya?" Suara Yuni menyahuti, Fabio mengangguk pelan seraya menatap infus ditangannya, sedikit ketika mendengar penuturan tersebut.

"Apa itu karna gue?" Ujar Bagas, melihat wajah murung Fabio lagi-lagi membuat Bagas merasa bersalah.

"Nggak kok! Bukan salah lo, emang gue nya aja yang lemah." Fabio cepat-cepat menyangkal, bukan karena Bagas pun memang dirinya sudah lemah.

"Udah jangan pasang muka gitu, kamu udah makan siang?" Satya menengahi, agar pembicaraan kedua anaknya tidak mengarah ke hak yang sensitif terus menerus.

"Belum, kata ayah mau makan bareng. Gimana sih." Kesal Bagas dibelakang, hubungan mereka sudah lebih baik walau Bagas masih menunjukkan sifat tak acuhnya seperti ini. Satya tertawa pelan begitu juga Fabio yang melihat interaksi itu.

***

Sudah hampir seminggu Fabio di rawat, tentu keadaan nya semakin membaik walau ia harus mendapatkan tambahan obat yang harus rutin diminum hingga ia siap untuk melakukan operasi nya.

Batas Akhir [END]✓Donde viven las historias. Descúbrelo ahora