Cyclamen

297 58 0
                                    

Cyclamen
: represents a new path in life and separation

__________

"Kak Yeonjun"

Lirih Sunoo.

Suara pelannya mampu didengar oleh pemilik nama itu. Satu-satunya orang yang tengah duduk menanti, menolehkan kepalanya saat mendengar namanya disebut. Sontak matanya melebar, nampak terkejut dengan apa yang netranya tangkap saat ini.

Sunghoon yang sibuk mengingat juga mendengar suara Sunoo yang terdengar bergetar. Atensinya beralih pada Sunoo yang diam membeku berdiri di sampingnya. Dapat Sunghoon lihat tubuh Sunoo yang menegang, kedua tangannya pun mengepal seperti menahan sesuatu. Atensinya lalu beralih pada pria muda yang dia layani tadi. Pria itu nampak terkejut, mungkinkah karena nama yang baru saja dirapalkan Sunoo ?

"Kim Sunoo ?"

Sunghoon seketika melebarkan matanya, dahinya pun ikut mengerut. Mengapa dua orang ini saling menyebutkan nama ? Begitulah dalam benaknya.

Sunoo dan pria bernama Yeonjun itu hanya saling menatap. Tak ada yang bicara, hanya saling menatap dengan tatapan yang sulit diartikan.

Hingga beberapa saat Sunoo mengalihkan pandangannya dan tersadar. Dia mengedarkan pandang hanya untuk menghindari tatapan pria di hadapannya.

"Buket bunga matahari kan ?"

Tanya Sunoo pada Sunghoon.

"Iya"

Sunghoon menjawab seadanya.

Sunoo pun mulai mengerjakan buket yang dipesan.

Pria muda yang disebut Sunoo sebagai Yeonjun itu pun kembali ke tempatnya. Namun, pandangannya tidak lepas dari sosok Sunoo. Dan hal itu pun terlihat oleh Sunghoon.

Jari jemari Sunoo dengan terampil menyusun satu persatu tangkai bunga dan jenis tanaman lain menjadi sebuah buket bunga yang cantik. Namun pekerjaannya terasa lebih berat dari biasanya. Kehadiran seseorang yang tidak pernah dia inginkan cukup mengusiknya dan juga membuatnya merasa tidak nyaman.

Sosok itu terus saja menatapnya tanpa sekalipun mengalihkan perhatiannya pada hal lain. Sunoo sesekali melirik ke arahnya dan pria itu masih saja menatapnya. Sorot mata yang entah bagaimana terkadang masih dia rindukan, kembali menggoyahkannya. Anggap saja dia lemah, karena begitulah kenyataannya. Sunoo lemah jika sudah berhuhungan dengan sosoknya. Beberapa kali Sunoo nampak tak fokus hingga melakukan kesalahan yang membuatnya harus mengulangi pekerjaan.

Sunghoon yang sedari tadi menyaksikan melempar tatapan dingin. Gugup dan tak nyaman Sunoo bisa terlihat jelas di matanya. Hingga beberapa saat, Sunghoon jengah dan memutuskan beranjak dari duduknya. Dia lantas berdiri di hadapan Sunoo, menatap tajam pada pria muda yang sedari tadi memperhatikan Sunoo. Tatapannya begitu dingin hingga membuat pria muda itu beringsut dan mengalihkan perhatiannya pada hal lain.

Sunoo yang melihat tertegun ditempatnya, dia bingung dengan apa yang dilakukan Sunghoon. Namun tak lama dia tersadar, hingga akhirnya sebuah senyuman tipis terlukis di wajahnya. Rasa gugupnya pun terasa berkurang.

Sunoo telah nenyelesaikan buket bunga sesuai pesanan. Selanjutnya, Sunghoon lah yang mengambil alih. Sunoo pun hanya diam dan memilih berbalik, tak ingin melihat sosok pria muda yang kali ini berstatus sebagai pelanggannya itu.

Setelah selesai, pria muda itu segera pergi. Sunoo seketika menghela nafas kelegaan.

Sementara itu, Sunghoon hanya bisa diam. Dia ingin bertanya, hanya saja dia takut. Sunghoon takut jika mulutnya salah berucap. Lebih baik dia diam dan menunggu waktu yang tepat untuk bicara dengan Sunoo.

The Language of FlowerWhere stories live. Discover now