What a coincidence

13 3 2
                                    

" Wait, what?? Dia meraup keuntungan lebih dari 100% loh. Lu diam aja hah? Lu ngebiarin tindakan jahat didepan mata lu sendiri? Oh  atau jangan-jangan lu antek-anteknya dia?”

Dia tampak terkejut dengan tuduhanku. Aku kesal, karena aku juga tahu bagaimana sulitnya mencari uang.

“ Mmm saya pikir mungkin dia sedang membutuhkan uang dan terpaksa melakukan itu. Kalau kamu keberatan, biar saya ganti sepuluh ribunya, ”  gadis itu benar-benar membuka tas nya dan mencari dompetnya dengan gugup.

“ You what? Bodoh!!!!!!” tanpa pikir panjang aku segera mengejar penjual tadi.

Aku menemukannya sedang meawarkan minumannya pada pengunjung yang sedang duduk dibawah pohon besar. Aku menunggu mereka selesai bertransaksi baru menghampirinya, aku tidak mau mempermalukannya didepan para pembeli.

“Permisi es teh.” Aku memanggilnya dan dia menghentikan langkahya. Dia terkejut, bingung, dan juga malu mendapatiku menggunakan bahasa Indonesia.

“ Bisa berikan saya satu gelas es teh lagi? Masih sisa lima ribu boleh anda ambil. Saya harap anda tidak melakukan penipuan lagi dalam bentuk apapun. Itu tindakan yang jahat, tuhan tidak akan memberkati hidup anda.”  Ibu-ibu itu segera memberikan satu gelas es teh dengan tangan bergetar.

“ Sa ..saya minta maaf mas. Saya terpaksa melakukan ini karena saya butuh uang untuk membayar biaya berobat anak saya.”

“Get well soon for her then,” ucapku sambil berlalu dari hadapannya.

Aku kembali ke tempat dimana aku duduk tadi. Gadis itu masih disana. Dia tidak memandang langit seperti tadi, melainkan memainkan ujung jilbabnya. Sepertinya dia merasa bersalah padaku. Aku menyodorkan es teh tadi didepan wajahnya.

Pertama dia menatap es tehnya dan kemudian beralih menatapku, kami bertatapan sebentar. Aku tidak tega melihat sorot matanya. Ini gila, tapi aku melihat banyak hal dari cara dia menatapku. Dia segera mengalihkan tatapannya lagi pada es teh itu dan mengambilnya.

" Thanks and sorry”

Aku mengabaikannya dan duduk lagi disebelahnya. Aku sebenarnya ingin mengkritik lagi perbuatannya tadi. Namun mengingat sorot matanya tadi sepertinya aku tahu dia benar-benar menyesal, dia paham bahwa perbuatannya salah namun dia tidak tega pada ibu penjual tadi. Bah people pleaser dasar.

Selanjutnya kami hanya duduk dalam diam. Dia menghabiskan telur gulung tanpa menawarkan padaku. Selanjutnya dia juga menyedot es tehnya hingga habis. Dia duduk dengan tidak nyaman, gadis aneh padahal aku tidak berbuat apapun selain duduk dengan diam disini. Keheningan kami dipecahkan dengan alarm di ponselnya. Suara adzan. Dia segera membereskan barang-barangnya dan membawa gelas plastik bekas es teh dan telur gulung itu bersamanya.

“Mmm saya duluan ya. Thanks and sorry once again. Oh iya kalau kamu baru disini mungkin kamu belum tahu kalau kamu bisa pulang menggunakan trans jogja selain ojek online. Itu lebih murah. Permisi.”

“ Ok thanks,” gadis itu berlalu. Mungkin mencari tempat untuk beribadah.

~ Pertemuan kedua

Sepekan kemudian aku pergi ke Malioboro lagi. Kali ini tujuanku untuk wisata kuliner. Aku telah mencicipi beberapa jajanan pasar yang tadi ku lewati di sepanjang jalan. Dan sekarang Aku ingin mencicipi telur gulung yang sudah berada di tanganku karena tiba-tiba rasa penasaranku terusik mengingat waktu itu gadis itu tidak menawariku sama sekali. Kusimpulkan, dia tidak tahu bagaimana cara berterima kasih. Padahal aku sudah memberi dia segelas es teh. Bukankah hidup ini adalah tentang take and give? Dan jika keberuntungan berpihak padaku, aku masih ingin bertemu dengan gadis itu lagi.

Setelah mendapatkan telur gulung itu, aku terkejut. Ketika aku mencari tempat duduk ditempat kemarin, aku melihat gadis itu lagi ditempat yang sama dan waktu yang kurang lebih sama. Hmmm kebetulan yang menyenangkan. Kali ini dia mengenakan pakaian yang sedikit cerah. Gamis bermotif floral dengan jilbab yang serasi. Aku mengarahkan kakiku berjalan menghampirinya, padahal masih tersisa beberapa bangku kosong. Gadis itu masih fokus memandang langit hanya sampai aku mendaratkan diriku duduk disebelahnya, dia baru terusik. Sorot matanya memandangku kaget dan kemudian matanya melihat bangku sekeliling.

Like A Black Rose That Only Grows In Two SeasonsWhere stories live. Discover now