Bab 14. Keluarga Sempurna

10 1 0
                                    

Tidak ada yang pernah tahu bagaimana rencana Tuhan, dengan siapa kita akan di pertemukan di perjalanan hidup. Orang-orang yang membuatmu terluka, pergi meninggalkanmu, mungkin nanti akan diganti dengan pertemuan sama orang yang baru. Seseorang yang mengobati luka itu, memberikan arti dari sebuah kehidupan, persahabatan, dan hubungan yang lebih erat dari keluarga. Razta, dia adalah orang yang memberikanku semua itu. Membuka mata hati dan pikiran bahwa setiap orang berhak bahagia, bukan untuk orang lain tetapi untuk dirinya sendiri. 

Suatu hari aku main ke rumah Razta, selama ini kupikir dia orang kaya. Ternyata dia berasal dari keluarga yang sederhana, Razta punya 3 orang adik. Kedua orang tuanya hanya bekerja di ladang jagung milik orang, pada hari pasar Ibunya akan berjualan. Rumahnya sederhana, bahkan itu bukan rumahnya melainkan rumah neneknya. Satu hal yang kusadari, selama ini Razta sekalipun tidak pernah kulihat mengeluh. Dia selalu menjalani hari-harinya dengan penuh senyuman, aku merasa tertampar akan hal ini. Keluarga berkecukupan, bahkan bisa di bilang berada. Banyak sekali yang belum kuketahui tentang Razta, aku ingin mengetahui banyak hal tentangnya.

Aku tidak menduga, semakin aku banyak tahu tentang kehidupan Razta. Semakin aku merasa bodoh dan kurang bersyukur.

Ayah dan Ibu Razta begitu baik padaku, mereka keluarga yang hangat dan harmonis. Fakta lainnya Ayah dan Ibu Razta adalah teman satu sekolah Ayah, mereka bahkan Razta sendiri sudah tahu tentang diriku. Tetapi mereka tidak pernah menyudutkanku, justru aku merasa seperti punya keluarga baru di sini. Razta dan keluarganya, adalah definis keluarga sempurna yang sesungguhnya. Selalu mendukung dan bersama dalam kondisi apapun, dari mereka aku belajar bahwa kebahagiaan bisa datang apabila kita ikhlas akan takdir Tuhan dan senantiasa bersyukur.

***

"Vie, kamu masih benci dengan Ayah?" tanya Razta saat itu, aku memang mulai sedikit terbuka padanya. Karena baru kali ini aku menemukan seseorang yang bisa mengerti diriku, mendengarkan sakitku dan tidak menghakimi masa laluku yang kelam.

"Entahlah Ta, aku tidak tahu!" jawabku seadanya. Razta hanya tersenyum lantas mengusap bahuku. 

"Vie, kamu tahu tidak pepatah 'Karena nila setitik rusak susu sebelanga'?" Aku menggeleng dan Razta tetap mempertahankan senyumannya.

"Ada seseorang yang selalu berbuat baik, ia terkenal akan kebaikan hatinya. Semua orang menyukainya, akan tetapi manusia tidak seperti malaikat yang tidak pernah melakukan kesalahan. Yang namanya manusia itu pasti pernah melakukan kesalahan," ceritanya yang masih belum kutangkap arah pembicaraannya.

"Lalu?" tanyaku dengan dahi berkerut.

"Suatu hari dia mendapatkan ujian dari Semesta, dia mencapai di titik kesabarannya dan berbuat kesalahan. Semua orang lantas membencinya, menjauhinya, menurutmu bagaimana?" tanya Razta padaku.

"Tentu saja itu tidak adil, begaimana mereka semua bisa menjauhi orang itu hanya karena satu kesalahan saja? Tidakkah mereka mengingat kebaikan yang selama ini dilakukan olehnya, mereka egois jika merasa terkhianati atau terluka karena satu kesalahannya saja. Apakah mereka pikir mereka tidak pernah berbuat salah? Lantas bersikap semau mereka tanpa memikirkan perasaan orang itu! Kitakan tidak tahu seberat apa masalah yang di hadapinya," responku berapi-api.

"Begitu juga dengan Ayah kamu Vie," ujar Razta yang langsung membuatku terdiam membisu.

"Hanya karena satu kesalahan yang mungkin bagi orang lain sangat fatal, semua kebaikan yang pernah ada seakan hilang menguap ke angkasa. Yang tersisa dan terus di ingat hanyalah kesalahan, begitulah manusia kalau sudah kecewa dan patah!" Lanjutnya sambil menatapku dalam.

"Apakah Ayah juga sedih dan terluka karena aku membencinya?" tanyaku dengan nada bergetar.

"Di dunia ini, tidak ada orangtua yang benar-benar marah dan membenci anaknya. Mungkin pada hari itu Ayah kamu sedang ada masalah, atau hal lain yang membuatnya lepas kendali hingga tanpa sengaja melampiaskan pada kamu. Coba ingat lagi kenangan masa kecil kamu dengan beliau, ingat lagi Vie ... apa saja yang sudah Ayah kamu lakukan dan perjuangkan untuk kamu." kata Razta lembut.

Semua kenangan kebersamaanku dengan Ayah berkelebat dengan cepat di ingatan, betapa Ayah selalu menyangiku. Menggenggam erat jemariku dengan tangan hangatnya, memastikan aku baik-baik saja dan selalu bahagia, mengabulkan keinginanku yang mungkin membuatnya repot dan kesusahan. Ayah ... seseorang yang maju pertama membelaku, membantuku bangkit berdiri kala jatuh, tangan kokohnya selalu menghapus air mataku.

"Aku salah ... tidak seharusnya aku memendam rasa marah selama ini pada Ayah. Tidak seharusnya aku terus merasa sakit sendirian dan kecewa, Ayah pasti jauh lebih sakit! Karena aku, putri satu-satunya menaruh benci padanya. Aku salah ...," isakku sambil menutup wajah dengan ke dua telapak tangan.

Razta langsung membawaku ke dalam kepelukannya, memberikan ketenangan padaku. "Tak apa Vie, mungkin sulit bagi kamu untuk memaafkan beliau. Tapi setidaknya cobalah hilangkan rasa benci di hatimu secara perlahan. Aku yakin, Ayah kamu sangat merindukan putri kecilnya yang dulu. Menangislah Vie, jika itu bisa membuatmu lega."


                      -Bersambung-

Selamat datang di cerita 
PHILIA -Story Of Viera-
Selamat membaca dan semoga suka dengan cerita ini, serta ada hikmah yang bisa dipetik.

Cerita ini update setiap malam Kamis atau hari Kamis. Jadi nantikan kisah Viera selaluya ≧∇≦

Kepoin saya di bawah sini
Ig : @alfaazzahra_95
Youtube : Zahra Story Official

PHILIA -Story Of Viera- ( END )Where stories live. Discover now