Part 5 : Ayam

Mulai dari awal
                                    

"Sama-sama adek tercinta... Tapi boong"

"Ih, cinta beneran dong!"

"Nggak bisa, nanti calon kakak ipar marah" gurau Raka dan mendapat cubitan dari Ona.

Motor berjalan meninggalkan area sekolah.

Disepanjang jalan Ona tak berhenti berbicara, kalo boleh jujur sepertinya sampai mulutnya berbuih.

"Bang ayam geprek ya?"

"Terserah"

"Oke ayam geprek! I'm coming!"

Raka geleng-geleng melihat wajah ceria adiknya dari kaca sepion, "kamu kayak gak pernah makan ayam dek!"

"Tau bang, ayam gratis itu enaknya plus!"

"Iya lah, orang gratis" balas Raka yang mengundang kekehan kecil dari Ona.

Roda terus berputar diatas aspal hitam yang mengkilap. Matahari pun sedikit menghangatkan kulit mengalahkan angin dingin.

Motor matic yang dikendarai oleh raka memasuki warung ayam dipinggir jalan. Dia memakirkan motornya di parkiran yang tersedia.

Ona membuka helmnya lalu dia letakan di jok motor. "Sabar dek!" Pekik Raka sambil berlari mengejar Ona yang sudah berlari memasuki warung.

"Cepetan!" Ona berjalan cepat mencari tempat yang nyaman dan damai.

"Permisi, ada yang bisa saya bantu" sapa pelayan yang menghampiri mereka.

Ona mendongak menatap wanita itu, "ayam geprek, level 3 mbak, minumnya es teh aja deh." balas Ona dengan semangat. "Bang makan juga?"

Raka yang baru aja meletakan bokongnya pun langsung menjawab dengan sewot, "yaiyalah! Kirain kamu doang yang laper"

"Dih ngegas" Cibir Ona, ia langsung tersenyum ramah kepada pelayan wanita itu. "Hem mbak, dia tanyain aja, kalo nggak mau jawab bikinin yang level tertinggi didunia kalo bisa biar dia mangap-mangap kayak ikan kekurangan air bersih" cerocosnya sampai air liurnya muncrat, bercanda.

Raka pun mendelik mendengarnya, "dasar adek laknat, yaudah mbak samain aja nggak usah didengerin deh ucapan adek saya, emang orangnya rada gesrek" ledek Raka yang mengundang tatapan maut dari seorang Ona.

Sedangkan pelayan itu hanya menahan tawanya melihat perdebatan keduanya, dirinya langsung bergegas menyiapkan pesanan.

"otak kamu tuh bang yang gesrek, hampir miring sempurna!"

"Mending miring dari pada punya kamu ya dek, udah jungkir tuh otaknya!" Balas Raka tak kalah sengit.

"Wah minta digerus bang? Ona pinjemin mutu dibelakang ini" Ona terlihat pura-pura bangkit dari duduknya.

"Apaansih! Capek deh" ledek Raka sekali lagi.

"Bener-bener minta digerus!" Ona terlihat sangat kesal menanggapi abangnya. Untung dia orangnya sabar, rajin, cantik dan baik hati jadi sudah tidak kaget berhadapan dengan manusia semacam ini. --- batinnya dengan bangga.

"Misi" ucap seseorang yang berdiri tak jauh dari mereka duduk. Model tempat makan disini adalah ada yang lesehan di gazebo, ada meja juga, keduanya memilih lesehan di gazebo dibawah pohon yang terkesan segar dan nyaman dipandang.

Raka yang tadinya mau membalas ucap adiknya pun mendongak menatap orang yang datang, begitupun Ona.

"Ada perlu apa ya mas-mas?" Tanya Raka yang mendapati dua laki-laki berseragam sekolah, yang sama seperti adiknya ini.

"Formal amat bang, kita mau gabung boleh? Kayaknya gue kenal deh sama abang dan adeknya." Ucapnya dengan santai.

"Dih SKSD!" gumam Ona yang masih terdengar jelas ditelinga keduanya.

"Aku denger ya mbak!" Kekeh cowok tersebut.

"Kamu siapa ya? Aku rada lupa, atau emang gak kenal si?" Tanya Raka dengan raut wajah heran.

Ona mencebik pelan, lalu dia matanya menatap keduanya dengan serius. "LAHHH! ini mah si ERIC!"

"Kenal juga kamu! Dasar Lektona!" Ledek Eric sambil menyonyor jidat suci Ona.

"Kurang asem Ric!" Balas Ona sambil mencubit sekilas lengan Eric yang tertutup jaket putih.

"Kamu Eric yang langganan di Kopi Ireng?" Tanya Raka sambil menatap intens interaksi keduanya. "Kok kayak udah akrab sama adek gue?" Lanjutnya.

"Iye bang, aku yang suka nangkring didepan abang, dan setia melihat abang dengan anak-anaknya" kekeh Eric sambil membuka jaketnya dan menyisakan kemeja panjang berwarna putih, alias seragam sekolah.

Maksud dari anak-anak Raka adalah biji kopi.

"Aku juga kenal sama Si Lekton, karena kita satu kelas." Lanjutnya lagi menuntaskan pertanyaan.

Mendengar kata Lekton, Ona langsung meralat sambil menatap Eric tajam. "Aku tectona yang Ric! Gausah ganti-ganti nama aku!"

Raka manggut-manggut mendengarnya. "Ini yang satunya lagi temen kamu?" Tanya Raka menatap seseorang yang datang bersama Eric.

Eric menepuk jidatnya. "Sampe lupa kalo bawa temen" Eric meringis pelan, "iya bang ini Si Ainun Fa---"

"Panggil aku Faqih" sela cowok itu dengan cepat.

Ona juga menatapnya, "oh ini Ainun temen aku yang itu ya?"

"Faqih" ralatnya lagi.

"Ah sama aja kali" dengus Ona.

Faqih mulai menatapnya, "jelas beda kali"

Ona memutar bola matanya dengan malas, "iya deh terserah Ainun!" Ledeknya sekali lagi, yang mengundang tawa Raka dan Eric.

Dua ayang geprek pesanan kakak beradik itu sampai, Eric dan Faqih pun turut ikut memesan juga.

"Aku makan dulu ya, Ric, Qih" ucap Raka sambil mengaduk es tehnya.

"Santai bang, makan aja dulu" balas Eric yang sedang menatap handphonenya.

Begitupun dengan Ona, dia fokus dengan makanannya, tak peduli siapapun yang ada disisinya, makanan mengalihkan dunianya.

Si paling madangan : v

Berzambeng...







LOVING AMBULANCETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang