Brendon 09

121 22 4
                                    

Untuk ke rumah sakit, Brendon hanya punya sedikit uang untuk itu, dia ragu bisa, hingga kini dirinya pulang dengan perasaan hampa. Pulang bersama kembarannya yang menyebalkan dan mengitar-ngitari dirinya.

Sampai di rumah, Brendon langsung berbaring lelah di kasur tipis.

"Mau teh?" tawar sang kembaran pada Brendon yang ingin istirahat.

Merasa dirinya amat lelah, terutama isi otaknya, karena mau bagaimanapun ia sudah mengalami gangguan mental akibat banyaknya permasalahan hidup. Sekalipun ada warna pemberian Sarah, tetapi tak cukup menghancurkan mentalnya.

Brendon mendengkus pelan dan menoleh ke sosok yang begitu mirip dengannya, hanya saja dengan setelan jas dan gaya khas itu, ia kelihatan lebih tampan. Apa Brendon setampan itu? Kembarannya menyesap teh dengan santai di meja yang tersedia, menatap balik seraya mengangkat cangkir bertuliskan 'I am number 1' seakan menawarkan itu sekali lagi.

"Kau ini sebenarnya apa?"

"Berapa kali aku harus bilang?" tanya baliknya, seraya mendengkus pelan.

"Kegilaanku melampaui batas sampai-sampai aku mengaku-ngaku sebagai Lucifer, si berengsek di masa lalu, aku mungkin terlalu takut tak bisa melindungi Sarah dari kiamat yang akan segera terjadi karena Lucifer sudah bangkit."

"Mm-hm ...." Ia hanya santai menyesap teh seakan malas menanggapi ocehan Brendon.

"Aku harap setelah aku tidur, dan bangun lagi, semua yang terjadi hanyalah mimpi."

"Bagaimana kalau tetap begini?"

"Berarti aku memang sudah gila, atau kau memang makhluk baru parasit yang terlalu kuat." Kembaran Brendon hanya tersenyum. "Kalau kau berhasil mengambil alih tubuhku, kuharap kau bunuh saja aku, jangan biarkan aku terjebak dan melihat semua hal buruk yang kau lakukan. Cukup dosaku akan kutebus di neraka."

"Oh, neraka, kau ingat kerajaan yang sudah lama kita tinggalkan di sana? Bagaimana kalau kita ke sana dan meninggalkan gubuk jelek ini?"

Brendon tak menanggapi, merasa kegilaan ini di batas kewajaran, ia memilih memejamkan mata dan masuk ke alam mimpi saja.

Pagi bangun, dan kembarannya masih ada di sana, sarapan steak yang entah dia dapat dari mana selayaknya orang kerajaan.

"Kau mau?" Brendon tak menanggapi, ia segera bersiap untuk ke sekolah, dan kembarannya selalu saja menempel.

Risi rasanya.

Bahkan saat mandi pun, dia tak nyaman sekali, ugh.

Kini sampai di sekolah, Brendon merasakan tatapan orang-orang begitu seram padanya. Ada apa ini? Oh, perundungan, pastinya. Brendon memilih bergegas ke kelas dan saat itulah, ia menemukan seseorang duduk tepat di samping bangkunya yang terpojok dan sendirian.

Gadis cantik berambut gelombang hitam yang berkacamata, meski demikian netra zambrudnya terlihat jelas.

"Sarah?" Brendon segera menghampiri Sarah tanpa peduli apa pun di sekitarnya, terutama tatapan menyebalkan mereka.

Sarah sedikit melambaikan tangan. "Hai, Bee."

"Sarah ... kau?" Apa Sarah meniru penampilannya? Namun, Sarah tetap kelihatan cantik dan modis.

"Ya, ini aku yang asli, memakai softlens cukup membuatku kesulitan, lebih baik begini saja. Aku berhenti memakai topengku dan berteman denganmu." Brendon tersenyum malu-malu, ia duduk di samping Sarah dan keduanya seakan menulikan diri dari cemoohan soal pasangan nerdy yang payah.

"Wah wah wah, lihat kalian, si mata empat ada versi betinanya." Suara Zack mengomentari keduanya yang asyik berbincang. Suara yang nyaris seperti berteriak itu jelas mengganggu pendengaran mereka. "Kalian pacaran? Cocok sekali, duo payah."

The Nerd Is A LuciferWhere stories live. Discover now