Brendon 04

173 24 6
                                    

Brendon membuka mata dengan keadaan keringat dingin yang membanjiri seluruh tubuh, terengah, seakan baru selesai lari estafet. Ia segera bangkit duduk dan berusaha menyesuaikan keadaan, mengumpulkan nyawanya yang berhamburan ke mana-mana, kemudian memegang kepalanya yang agak pening.

Mimpi aneh apa dia barusan?

Sosok kameramen, manusia, makhluk aneh tawanan, kemudian tetesan darah membuat laut memerah ....

Oh, benar.

Brendon ingat cerita itu, itu kisah Sang Lucifer yang katanya membawa wajah baru pada bumi. Persis yang diceritakan gurunya. Dari setetes darah di lautan yang dipakai manusia ini itu, Sang Lucifer mulai mengacaukan struktur tubuh manusia, beberapa tetap menjadi manusia, beberapa menjadi makhluk aneh itu, beberapa makhluk baru lain, dan ada yang tak berubah tetapi memiliki kekuatan magis, kemudian sisanya yang tak betahan ... tewas.

Itu seleksi alam paling buruk yang membuat dunia dibagi tiga kubu, meski masih satu Raja.

Di dunia kegelapan, adalah tempat tinggal para monster, makhluk aneh-aneh, sejenis manusia serigala, vampir penghisap darah, duyung, masih banyak lagi. Beberapa dari mereka punya insting buas, dan yang memiliki kecerdasan ala manusia membangun peradaban. Brendon tak pernah ke sana, tetapi yang dikatakan, di sana sangat berbahaya tetapi pula sangat maju.

Di dunia siang malam, dibagi dua lagi, adalah tempat ia saat ini, para manusia, dan para penyihir. Selatan dan Barat milik manusia, Utara dan Timur milik para penyihir. Sebenarnya ras manusia sangatlah tertindas, mereka tak punya kelebihan dari segi apa pun secara magis, andai Raja mereka tak arif seperti sekarang mungkin akan terjadi perbudakan selayaknya saat era Sang Cahaya dulu.

Era kerjaan Raja Lucifer dan beberapa era ke depan.

Sekarang semua damai, tetapi jelas ada diskriminasi, masih banyak ras penyihir ataupun monster menganggap diri mereka superior kebanding yang lain, meski syukur saja peraturan membuat mereka tak bisa melakukan apa-apa dengan hal itu.

Oh, terlalu banyak melamun, Brendon baru sadar satu hal ....

Dari cahaya yang menembus lubang di gubuknya.

Sial! Ini sudah pagi?!

Brendon menatap jam dinding yang tergeletak di samping kayu bulat pengganti meja, pukul 6!

Ia pasti sudah dipecat.

Brendon bergegas memakai seragam sekolahnya, karena jelas dia harus ke sekolah sebentar lagi, tetapi sebelum itu ia menuju ke tempat kerjanya. Bertepatan sampai ada seorang pria tua keluar dari pintu.

"Pak, Pak, Pak, tolong maafkan aku!" Brendon segera membungkuk pada pria itu. "Aku benar-benar minta maaf tak berangkat kerja hari ini!"

Pria tua itu menghela napas, ia menggeleng pelan. "Kau tahu perjanjiannya, Brendon."

"Aku mohon, aku benar-benar minta maaf, aku tidak sengaja ketiduran dan ... dan sudah pagi. Kumohon, Pak, jangan pecat aku. Beri aku kesempatan, aku benar-benar membutuhkan pekerjaan ini."

Melihat sang pemuda memohon sedemikian rupa, si pria tua mendengkus pelan. "Baiklah, aku akan memberikanmu kesempatan."

Wajah Brendon spontan semringah. "Terima kasih, Pak! Aku janji tak akan teledor lagi."

"Tapi aku akan memotong sedikit gajimu sebagai hukuman, dan tentu sekali lagi terjadi, aku tak akan menoleransi itu."

Brendon mengangguk, tak masalah baginya. "Baiklah, Pak. Aku bersumpah."

"Pegang sumpahmu dan kepercayaanku baik-baik."

"Baik, Pak. Aku ... aku pergi." Brendon menyalaminya sebelum akhirnya beranjak pergi meninggalkan pria tua penjaga toko yang terus memperhatikan pemuda itu.

Brendon terus menuju ke sekolahnya dan tampak, sebuah bus ada di depan sana, Sarah dan teman-teman palsunya baru masuk ke sana dan Brendon yakin itu bus studytour mereka.

"Oh sial!" Bus itu mulai berjalan setelah mereka semua masuk, dan Brendon bergegas mengejar. "Tunggu, hentikan! Tunggu!" Pemuda tersebut meneriaki.

Namun seisi bus menertawakannya, tentu kecuali Sarah dan sang guru, bahkan supir bus pun melajukan busnya.

"Hei! Hentikan busnya sebentar, muridku masih tertinggal di luar!" Sang guru menegaskan.

"Maaf, Bu, tapi murid terlambat tak bisa ditoleransi," katanya berdalih, sambil menahan tawa.

"Hentikan! Kumohon hentikan busnya!"

"Kubilang hentikan!" Wanita itu menekan bahu sang supir, dan mau tak mau supir itu menghentikannya.

"Ya ya ya, maaf." Sang supir memutar bola mata tak merasa bersalah.

Brendon masuk ke bus dengan terengah dan lelah, anak-anak menertawakannya di sana termasuk sang supir, tetapi kemudian matanya tertuju ke Sarah. Sarah diam-diam melemparkan senyum dan Brendon agak ciut sejenak, merasa malu betapa cupunya dirinya, tetapi Sarah tampak begitu hangat.

Oh ....

Brendon mulai menatap sekitaran, ada kursi kosong di ujung, terlihat sendiri dan kotor. Kursi seperti itu biasa menjadi tempatnya jadi dia segera menuju ke sana.

Sayang, beberapa langkah ke depan, bus sudah berjalan lagi, spontan tubuh tanpa persiapan itu limbung dan jatuh ke depan. Lagi dan lagi, hanya dua orang yang tak menertawakannya, Sarah dan tentu sang guru.

Sarah tak bisa bergerak menolong, tetapi syukurlah sang guru sigap menghampiri dan menyerukan agar semuanya diam. Ia segera mengantarkan Brendon ke kursinya dan Brendon ternyata didudukkan di samping seorang anak laki-laki yang terlihat sama cupu dengannya.

"Mm ... Bu, lebih baik aku sendiri di belakang saja," kata Brendon, anak laki-laki itu terlihat jijik padanya.

"Duduklah di sini saja, toh ini bangku kosong kan?" Namun, tak ada yang bisa menyela, mau tak mau Brendon duduk di samping anak itu, dan sang remaja sedikit menjauhkan diri lebih dekat ke jendela.

Dia hanya bisa menunduk diam, memang sehina itu dirinya di sekolah.

Miskin, yatim piatu, dan berpenampilan kolot. Bahan ejekan yang sangat pas untuk banyak orang. Bahkan di sisi sampingnya, meski hampir sama dari segi penampilan, tetapi kelihatan pakaiannya branded, dia dari kalangan atas.

Brendon sadar diri, ia menunduk saja sepanjang perjalanan yang diisi kehebohan anak-anak, dan dia cukup tenang karena ada guru jadi mereka tak bisa semena-mena. Tak butuh waktu lama untuk mereka sampai ke kota Utara. Tempat di mana pencarian reinkernasi Lucifer.

Bus berhenti bersama bus lainnya di parkiran khusus, semua anak keluar dari sana termasuk Brendon. Suasana sangat ramai, berbondong-bondong murid dari kalangan beragam jenis, dan ini kali pertama Brendon melihat ras selain manusia tepat di depan mata.

Yang pucat dan bermata abu-abu itu, sepertinya vampir.

Dan berjanggut kumis, mungkin dia manusia serigala.

Ada yang berubah wujud juga, shapeshifter.

Masih banyak makhluk lain, dan di bawah pengawasan guru masing-masing, mereka tak saling mengganggu dengan ras manusia yang merupakan ... salah satu makanan mereka. Brendon membaca di buku semua itu, mereka agak menakutkan jadinya meski gayanya keren, dan ada roman angkuh yang kentara.

Semua pun disuruh berbaris sesuai ras dan urutan, untuk kemudian masuk ke podium yang mentertontonkan pencarian sang Raja Lucifer yang Agung. Hanya satu cara mengetahuinya, anak-anak berbakat dipilih, dan didekatkan dengan serpihan kecil, yang katanya serpihan kekuatan Lucifer yang didapat tepat setelah kekuatan sang laut merah sirna, menjadi biru kembali, darah itu membeku menjadi kristal di dasar palung.

Itu hanya sebagian kecil kekuatan Lucifer yang tertinggal, sangat kecil, tetapi amat berbahaya karena besarnya kekuatannya, tak ada yang berani memakai, bahkan perlu sihir tingkat tinggi barang memegang kristal mini tersebut. Serpihan itu hanya akan kembali pada pemiliknya, jadi jika mendapatkan pasangan tepat, dia tak akan meledakkan tubuh orang itu.

Hanya perlu didekatkan saja, tak sampai membuat tubuh seseorang meledak.

4 Agustus 2022
-ketapi

The Nerd Is A LuciferWhere stories live. Discover now