Brendon 03

222 30 13
                                    

"Kau selalu terlihat menyedihkan di sekolah," kata seseorang, Brendon yang tengah duduk menikmati makan siangnya yang syukurnya tak dibuang anak-anak nakal mendongak, pemuda itu menemukan sesosok cewek cantik bermata zambrud ....

"Sa-Sarah?" Ia tak menyangka, sampai-sampai melepas kacamata dan mengusapnya, memastikan benar-benar Sarah saat ini di hadapannya.

Sarah tak menghilang.

"Ya, ini aku, Brendon. Apa kau terlalu kesepian hingga tak percaya seseorang mendekatimu? Maksudku, selain Zack CS." Sarah duduk di samping Brendon dan meletakkan kotak bekalnya, Brendon tercengang sejenak.

Duduk di samping cewek? Dadanya berdebar tak keruan.

"Boleh aku makan siang denganmu?" tanya Sarah.

"Eh? Mm--" Brendon tergagap, ia bingung harus berkata apa.

"Well, kau tak bisa melarangku karena ini tempat umum sepertinya kan?" Sarah tertawa pelan. "Aku selalu membawa bekal sepertimu, menghemat uang jajan, tapi berteman dengan mereka membuatku selalu ke kantin. Jujur aku tak suka menghamburkan uang, meski aku suka makan, tapi hei aku juga punya goals untuk membeli beberapa hal yang aku suka selain makanan."

Sarah mulai berujar, Brendon jadi tak fokus makan, ia bahkan tak berani menatap wajah cantik nan sayu itu. Jantungnya seperti dipompa. Gugup hingga tergeming.

"Mereka tak akan membiarkanku berdua begini denganmu, kau tahu? Tapi jujur, kebanding mereka yang bermuka dua, aku lebih suka orang blak-blakan sepertimu. Kau membuatku sangat tertarik karena mengutarakan seorang ...." Sarah sedikit berbisik. "Raja Lucifer dan sifat aslinya."

Oh ... ia rasa selain hukuman sosial, ada keuntungan mengutarakan pendapat nyata ini, dua perempuan--gurunya dan Sarah, mulai menunjukkan jika Brendon memang eksis di dunia.

"Tapi kita memang tak bisa menyebutnya secara terang-terangan, kita tetap bermain meski orang-orang faktanya menindas kita, dan kurasa ... kau sangat kelelahan akan hal itu. Aku juga lelah, tapi aku rasa tak selelah dirimu." Kali ini, suara sendu Sarah membuat Brendon berhasil mengumpulkan keberanian, untuk setidaknya menoleh ke lawan bicaranya. "Kau baik-baik saja?"

"Yah, aku baik. Terima kasih sudah menjadi ... orang pertama yang menanyakannya." Brendon tersenyum kecil, agak malu-malu, terlebih Sarah membalas senyumannya. Begitu hangat.

Di antara kerasnya dunia sebagai yatim piatu, rasanya seperti ada lunakan di sana.

"Maaf aku tak bisa apa-apa untuk membelamu."

"Tidak, justru tak seharusnya kau melakukannya, aku tak mau kau dan Zack ... kau tahu." Sarah menunduk, baik ia dan Brendon tahu Zack itu siapa, dan bagaimana kedudukannya. "Kau sudah sangat menolongku saat ini, Sarah, tapi ... kenapa? Hanya opini soal Raja Lucifer itu?"

"Itu tak pantas dibarengi kata 'hanya', itu keberanian tingkat tinggi, Bee." Bee? Oh Sarah punya panggilan sayang untuknya? "Aku ingin berteman denganmu, orang yang apa adanya. Dan oh, ini ...."

Sarah mengeluarkan sebuah kotak dari sakunya, kotak mini di sana. "Happy birthday."

Happy ... birthday?

Brendon tercengang, ini tanggal ... oh, 11 April ... besok ulang tahunnya?!

Brendon bahkan lupa hari kelahirannya.

"Ulang tahunmu besok, kan? Besok kita ada studytour jadi aku tak yakin punya waktu menyerahkannya, karena tak akan ada waktu untuk kita berdua." Brendon sangat terharu, matanya mulai berkaca-kaca menatap Sarah dan kotak kecil di tangannya bergantian.

Sarah tertawa pelan melihatnya. "Terima, ya. Jangan menolak." Ia meletakkan kotak itu ke samping Brendon dan Brendon seketika menyeka air matanya.

"Tidak, tak usah, kau orang pertama yang menyelamatiku, cukup itu saja, aku sudah sangat senang ...."

The Nerd Is A LuciferWhere stories live. Discover now