Six

5 1 0
                                    

"Hah ... hah ...." Mulut Becca mengap-mengap. Kepalanya timbul-tenggelam dari danau. Seperti ada sesuatu yang menarik kakinya. Tentu saja aku tidak tinggal diam. Segera aku ikut menceburkan diri ke danau dan membawa Becca dengan berenang menuju pangkal dermaga.

Tubuh Becca terlalu berat untuk kuangkat ke atas dermaga. Tingginya saja sudah sebahuku. Sekuat tenaga aku berenang untuk melepaskan kaki adikku itu dari sesuatu di bawah sana yang entah apa itu. Kuat sekali tarikannya, itu membuatku kewalahan.

"Lizzy! Tarik tangan Becca sekarang!" titahku pada Lizzy yang was-was menunggu di pangkal dermaga. Ia berlari dan turun ke danau yang airnya masih dangkal. Kondisi Becca antara sadar dan tidak. Hal itu membuat kami sangat khawatir.

Becca dibaringkan pada tanah di bibir danau. Beberapa kali ia terbatuk dan memuntahkan air yang sempat tertelan karena insiden tadi. Aku menyusul naik ke permukaan setelah sekilas tadi melihat sesuatu yang hitam di dalam air danau. Apakah itu binatang air? Tapi, binatang macam apa itu? Bentuknya tidak dapat kulihat karena ia tidak menampakkan dirinya dan memilih berdiam di dalam air danau yang keruh.

Kulihat kaki adikku itu membiru, seperti bekas cengkeraman yang sangat kuat. Kulihat wajah Becca yang pucat pasi, ia masih saja tersedak dan muntah air. Ia duduk bersandar pada Lizzy. Kuhampiri mereka dan menanyai Becca. "Kau tadi kenapa main cebur saja, sih? Apa kau tidak mengira seberapa dalam air di ujung dermaga?"

Becca menggeleng lemah. "Aku tidak ada niat berenang di danau, Lev. Tadi aku melihat ada sesuatu yang hitam di bawah kakiku. Aku ingin menarik kakiku ke atas karena takut, tapi malah sesuatu itu menarik kakiku dengan kuat!"

"Baiklah, baiklah. Yang terpenting kau selamat, dan ... kakimu bagaimana?" Aku menatap kaki Becca yang membiru. Becca berusaha bangkit dan mendesis, sepertinya sangat sakit.

"Tidak usah dipaksakan. Aku akan menggendongmu sampai ke rumah."

Dengan Becca digendonganku, kami bertiga kembali ke rumah. Pikiranku tentang sesuatu tadi berkelana lagi. Mengapa di antara kami bertiga yang kakinya berendam di air danau, makhluk itu memilih kaki Becca? Yang lebih anehnya lagi, apakah makhluk itu memiliki tangan atau semacamnya, mengingat kaki adikku itu tidak terdapat luka bekas gigitan?

***

"Mom, kami pulang!" kata Lizzy begitu kami tiba di ruang tamu. Kududukkan Becca di sofa single lalu meregangkan otot-ototku yang kebas.

"Oh, astaga! Ada apa dengan kakimu, Bec?" Mom yang baru datang dan melihat tubuh Becca yang basah kuyup juga kakinya yang membiru berseru panik.

"Tidak apa-apa, Mom. Sudah lebih baik sekarang," kilah Becca. Ia tidak ingin membuat Mom tambah khawatir.

"Benar sudah tidak apa-apa?" tanya Mom memastikan.

"Sungguh, Mom." Becca berusaha meyakinkan Mom yang sepertinya ragu dengan jawabannya. "Boleh aku minta dibuatkan teh hangat, Mom? Aku kedinginan sehabis dari danau."

"Ah, iya. Tentu saja, tunggu sebentar." Mom meninggalkan kami bertiga.

"Bec, apa yang kau rasakan saat kakimu ditarik tadi?" tanyaku, mendesaknya sebelum Mom kembali ke sini.

"Sesuatu, seperti tangan manusia, Lev! Apakah dia penunggu danau itu?" Becca balik menanyaiku.

"Aku tidak tahu, Bec. Baru kemarin aku ke danau dan tidak menemukan apa-apa."

"Aku takut sekali, Lev. Aku tidak ingin kembali ke sana, pokoknya tidak akan!" Kutatap bola mata cokelat cerah Becca yang tampak trauma.

"Aku tidak memaksamu untuk ikut, 'kan? Kau sendiri yang ingin."

"Tapi, itu karena aku tidak tahu ada makhluk mengerikan itu di sana!" bela Becca.

"Aku juga baru tahu sekarang, Bec. Seandainya aku tahu, aku tidak akan mengajak kalian ke danau!"

"Danau?" ulang Mom. Ia sudah kembali dengan nampan berisi secangkir teh hangat dan setoples biskuit jahe.

"Ah, anu ...." Becca kebingungan, apakah dirinya harus menjawab jujur atau menutupi kejadian tadi?

"Iya, Mom. Kami dari danau. Yah, ada danau besar dua ratus meter dari rumah kita," jelasku mengambil alih pertanyaan yang diajukan Mom ke Becca.

"Oh ...." Mom mengangguk. "Eh, iya, ini tehnya. Biskuitnya sekalian dimakan, ya! Mom akan segera kembali dan membuatkan susu hangat untuk kalian." Mom meninggalkan kami.

Sepeninggal Mom, adikku yang masih basah itu bangkit dan melangkah tertatih. Aku pun menyuruh Lizzy untuk memapahnya menuju kamarnya.

Di ruang tamu sekarang aku sendirian. Kurasakan tubuhku yang juga basah kini mulai kedinginan. Ah, aku juga harus segera membersihkan diri. Aku berlari ke arah dapur dan bilang pada Mom untuk ganti baju sebentar ke kamarku.

In My Past Memory ✓Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora