Chapter 11

15.4K 924 17
                                    

"Aku merindukanmu Deo" ucap Panca.

Deo lalu membalikkan badannya dan langsung melayangkan tamparannya pada Panca.

"Merindukan pantatku" umat Deo lalu berjalan melewatinya, namun Panca menarik tubuh Deo kedalam pelukannya.

"Lepas atau aku tendang penismu" ucap Deo.

Panca melepas pelukan itu lalu memberi senyum terbaiknya "aku dan Ale akan bercerai, ayo pergi ketempat impian kamu dan habiskan sisa umur kita disana" ungkap Panca dengan tulus namun hati Deo sudah terlanjur hancur karena pria didepannya ini.

"Tempat itu sudah menjadi mimpi terburuk bagiku" jawab Deo lalu menghempaskan tangan Panca dari pundaknya.

Deo tidak jadi istirahat dihotel itu, ia lalu mengendarai mobilnya dengan kecepatan tinggi lalu berhenti dipinggiran sungai bawah jembatan yang sudah lama terbengkalai.

Jantung Deo berdebar tak karuan, ia kesal melihat Aram perhatian dengan orang lain tapi Deo juga kepikiran dengan perkataan Panca cinta pertamanya.

.

Disekolah, Aram seperti biasa diantar Alan, lalu Aram berlari kekelas Machel, namun anak itu belum datang.

Aram penasaran dengan kondisi Machel, semalam Machel manangis sampai ketiduran dan terpaksa Aram harus mengendongnya sampai kesalah satu kamar hotel milik dari ayah Machel itu sendiri.

"Kakak mencariku?" Sapa Jeno yang baru datang dari arah belakang.

Aram berbalik lalu melihat Jeno dengan segala keimutannya pagi ini. Aram jadi gemas sendiri lalu menarik pipi Jeno.

"Astaga, anak siapa ini, kenapa imut sekali hm"

Jeno menatap Aram datar "aku tidak imut" Jeno lalu menaruh tas kekursinya lalu kembali menghampiri Aram.

Aram terkekeh melihat sikap Jeno, Aram jadi rindu dengan adik kembarnya, namun adik adiknya itu tidaklah seimut Jeno, malah cenderung tomboy dan swag seperti Alan.

"Ayo kelapangan basket" ajak Aram yang diangguki Jeno.

Sebelum benar benar melangkah Aram melihat kedatangan Machel, Jeno masih ketakutan dan meringkuk kebelakang badan Aram.

"Kamu pergi dulu, aku mau bicara dengan Machel" ucap Aram yang diangguki Jeno.

Machel berjalan melewatinya, ia pura pura tak melihat keberadaan Aram.

Aram mengikuti Machel sampai anak itu duduk dibarisan paling belakang.

"Tidak usah sok peduli, anggap saja tadi malam kita tidak pernah ketemu"

Aram tidak mendengarkan kalimat itu namun lebih fokus dengan luka diwajah Machel yang hanya terlihat samar.

"Apa kau memakai foundasion?"

"Bukan urusanmu"

"Apa ayahmu sering melakukannya"

Machel menatap tajam Aram lalu menendang kasar mejanya "SUDAH KUBILANG ITU BUKAN URUSANMU" ucapnya dengan lantang sampai seluruh siswa dikelas itu memperhatikan mereka.

Namun Aram tidak mau kalah ia langsung menarik lengan Machel dengan kuat dan membawanya ketoilet lalu mengkuncinya dari dalam.

"APA YANG KAU LAKUKAN BANGSAT" kesal Machel, ia memberontak namun Aram jauh lebih kuat darinya.

"Diam atau aku perkosa kau disini" ancam Aram.

Entah kenapa Machel tak berkutik hanya dengan mendengar ancaman itu.

Aram memojokkan Machel kesudut washtafel lalu mengambil saputangan disaku celanya dan membasahinya.

Aram perlahan menghapus riasan sedana dengan warna kulit itu dari wajah Machel, betapa kagetnya Aram melihat luka lebam baru juga lama.

FAITHFULNESS ENDWhere stories live. Discover now