Chapter 05

30.7K 1.5K 62
                                    

Kesadaran Deo telah kembali, kepalanya begitu berat dan pening, pandangannya perlahan semakin jelas, lampu berwarna putih tulang merasuki indra matanya.

Deo mencoba duduk, kemudian seseorang menghampirinya.

"Kakak sudah bangun" tanyanya lembut sambil mengusap pipi kemerahan bekas tamparannya.

Deo perlahan mengingat semua kejadian yang Aram lakukan padanya.

Deo langsung meringsut mundur, seolah sosok yang didepannya ini sedang mengancam nyawanya.

"Pergi" ucap Deo dingin.

Aram menghela nafasnya lalu perlahan mendekat pada Deo.

Aram menundukkan kepalanya "maaf"

Deo mengerutkan keningnya "maaf katamu"

Aram mengangguk.

Deo menggusap wajahnya kasar "kamu lihat" Deo menunjukkan semua bekas luka yang disebabkan oleh makhluk tampan didepannya ini "Bagaimana aku bisa kerja bangsat"

"Maaf"

Deo reflek menendang dada Aram, perasaan jengkel, marah ingin ia luapkan saat itu juga.

"Kau pikir ganti rugi sponsor bayar pakai daun hah" kesal Deo yang semakin membabi buta memukuli Aram.

Sampai rasa nyeri didadanya baru terasa saat Aram reflek menyentuhnya.

"Akhh" Deo baru teringat, Dadanya yang disayat oleh Aram sebelumnya.

"ARRRRAAAMMMMMM" Teriak Deo yang memenuhi kamar itu.

.

.

.

.

.

Deo menatap kesal pada Aram yang kini sedang telaten mengobati lukanya.

Wajah Aram tidak bisa dikatakan baik, ada luka lebam yang terlihat jelas diwajah tampannya karena bogeman Deo.

"Aku sudah bicara dengan sponsormu, kakak tidak akan kehilangan mereka"

Jelas Deo tidak kehilangan mereka, justru mereka yang takut kehilangan Deo. Bagaimana tidak, sponsor Deo berada dibawah naungan perusahaan Rama.

Deo sesekali ingin memukul lagi wajah tampan Aram.

Namun melihat Aram begitu sabar dan diam menerima balasan darinya, hati Deo luluh begitu saja.

Aram melakukan itu karena Deo tahu Aram begitu mencintainya, tapi tidak dengannya, Deo tidak lagi ingin mencintai seseorang.

"Jadi..... sejak kapan kau punya fantasi seperti itu" tanya Deo.

Aram menyunggingkan sedikit senyumnya saat tahu Deo sudah luluh.

Aram mencoba menatap Deo namun pelototan tajam yang ia dapat, dengan cepat Aram menunduk kembali

"Sejak aku punya gairah seks dengan kakak"

"Iya aku tahu, tapi sejak kapan?"

"Kelas 1 SMP"

Mata Deo melotot mendengar hal itu, pasalnya dulu ia pas dikampung seusia Deo, ia masih sibuk main layangan, lempar sendal, kadang mancing combro dikali belakang rumahnya.

Boro boro tahu seks, sampai ia kekota sendirian dan bekerja disebuah kedai makanan siap saji, wajah manis yang dimiliki Deo menarik perhatian seseorang fotografer waktu itu.

Nasib baik Deo jalani, sampai dia bertemu dengan pemilik produk secara langsung. Namanya orang itu adalah Panca, ia tertarik dengan wajah manis dan sikap polos Deo.

Deo yang tidak tahu apa apa tentang kerasnya hidup dikota, dia begitu percaya dan dengan mudahnya jatuh cinta dengan Panca.

Hati dan tubuhnya selalu Panca nikmati kapanpun pria dewasa itu inginkan.

Deo senang saja, sampai dia mendengar kabar pernikahan Panca dan Alecia.

Deo melamun kala mengingat masalalu buruknya itu.

Aram memanggil manggil nama Deo berulangkali namun pikiran Deo entah dimana sekarang.

Aram mencium kening Deo dengan lembut, barulah Deo tersadar.

"Apa yang sedang kakak pikirkan?" Tanya Deo.

"Ayo Pacaran" ucap Deo.

Aram tidak salah dengarkan, betapa bahagianya remaja itu saat mendengar orang yang dia sukai dari semenjak ia TK, kini mengajaknya pacaran.

"Aku tidak mimpikan" tanya Aram pada Deo dan Deo menjawabnya dengan gelengan kepala.

Aram tertawa begitu lepas, mengingatkan pada dirinya dimasa lalu, ia bereaksi sama persis seperti Aram waktu Panca mengajaknya pacaran diam diam.

Deo sekarang tahu cara membalas pria itu, Panca sebenarnya sudah mendapat karma dengan tidak dikaruniai anak di dalam pernikahannya. Namun hal itu belum membuatnya puas.

Aram adalah kesayangan keluarga itu setelah Alan.

Deo tahu cara terbaik untuk membalas perbuatan Panca dimasa lalu. Membuat Aram jatuh kepada dirinya akan jauh lebih mudah menghancurkan Aram.

Panca akan tahu bagaimana rasa sakitnya dulu melalui tangisan Aram.

Sedangkan saat ini, Aram yang tidak tahu apa apa sedang memeluk Deo.
"Apa kakak juga suka seks seperti ini, sampai sampai kakak mengajakku pacaran"

Deo memukul kepala Aram "mau putus sekarang"

Aram menggeleng ribut "tapi sesekali bolehkan?"

"ARAAAAAMMMMM"

"Iya iya"

"Tapi ngomong ngomong, dimana orang yang kamu hajar kemarin?" Tanya Deo.

"Oh dia, dia sudah dirumah sakit" jawab enteng Aram.

"Dia tidak menuntutmukan?"

"Silahkan saja tapi karirnya akan jatuh pada hari itu juga"

"Kau mengancamnya"

"Bukan aku"

"Terus siapa kalau bukan kau bodoh" ucap Deo sambil memukul kepala Aram main main.

"Daddy"

Deo menepuk jidatnya sendiri, berurusan dengan orang kaya memang sulit dimengerti.
















Jangan lupa vote komen

FAITHFULNESS ENDOnde histórias criam vida. Descubra agora