CHAPTER 19

2.9K 120 1
                                    

🌷HAPPY READING🌷

.
.
.
.

×××

Mungkin terkesan pengecut,
Tapi aku memilih untuk kembali pergi darimu, karena hati ini belum sanggup terluka untuk kesekian kalinya.....

❄❄❄

Chesna Pov on

Di dalam kamarnya Chesna membanting tubuhnya ke kasur, menatap langit kamar sederhana yang dirinya beli dari tabungan sisa yang ada di atmnya.

Mengingat kejadian beberapa bulan ini yang semakin membuatnya takut, jika hatinya kembali terluka jika memberikan Sean kesempatan.

Bisakah dirinya egois untuk sekali lagi dirinya ingin pergi dari mereka, jujur belakangan ini pertanyaan ini selalu muncul di kepalanya. Memikirkan ini semua membuat kepalanya serasa ingin meledak. Keputusannya kali ini akan membuat kedua anaknya sedih karena pisah dengan daddy mereka, tapi Chesna belum siap membuka hati.

Aku tahu mungkin ini terkesan egois memisahkan sepasang ayah dan anak yang beberapa bulan ini sangat dekat, tapi apa boleh buat, aku takut kembali tersakiti seperti dulu. Aku butuh waktu sendiri, menenangkan hati dan juga pikiran untuk dapat membuat keputusan akhirnya nanti.

Chesna berencana akan pergi ke Bandung. Selain karena itu adalah kampung halaman ayahnya, Chesna juga mendapatkan pekerjaan sebagai model untuk beberapa brand baju muslimah di sana.

"Apakah keputusanku kali ini benar" lirihnya memandang langit kamarnya sendu.

"Mungkin keputusanku kali ini terkesan pengecut sekaligus egois, tapi aku ingin menenangkan pikiranku.selain itu juga hati ini belum siap untuk terluka kembali. Meskipun Mas Abyan sudah berubah, tapi hatiku masih ragu untuk kembali kepadanya" ucap Chesna memandang pemandangan sawah dibalik jendela kamarnya.

Chesna pov end

Di saat Chesna masih memikirkan keputusannya untuk memilih pergi atau tidak. disaat yang sama juga Sean mendapatkan sebuah panggilan dari Darren yang mengharuskan terbang ke Jerman, karena terdapat masalah di perusahaan. Seseorang berusaha menyabotase data perusahaan yang membuat Sean hanya menatap datar layar ponsel yang tadinya menampilkan nama Darren, sahabat sekaligus tangan kirinya yang memberitahukan kabar tidak mengenakkan tersebut.

Sean menekan nama Ardiaz yang berada di ponselnya, lalu menekan tombol hijau untuk panggilan.

"Siapkan pesawat dalam waktu 2 jam,saya akan terbang ke Jerman hari ini. Sebelum itu saya akan pergi menemui Chesna dan si kembar" ucap Sean memutuskan panggilan telpon secara sepihak membuat Ardiaz yang berada diseberang sana hanya bisa menghela nafas berat.

Begitu selesai melakukan panggilan sepihak itu, Sean pun mengambil jasnya  dan pergi meninggalkan kantor dan menjalankan mobil menuju rumah Chesna. Sean tahu pergerakan Chesna, karena dirinya mengirim mata-mata khusus untuk mematai Chesna dan anaknya, selain itu juga untuk menjaga Chesna dan keduanya jika berada dalam bahaya.

Ah iya, sekarang di Banda Aceh ini hanya tinggal dirinya dan Ardiaz, sedangkan yang lain seperti Erlan dan Renata mereka telah kembali ke Inggris, lalu Emrick juga sudah kembali ke Canada kemarin, dan juga Jarvis dan Aileen yang telah kembali ke korsel untuk mengurus pernikahan keduanya. Sedangkan Darren memang saat ini berada di Jerman. Jadi disini hanya tinggal Sean dan Ardiaz yang masih mengurus pekerjaan mereka, walau sebenarnya  sudah selesai tapi, Sean  belum berniat kembali ke Inggris karena disini ada istri dan anaknya yang masih belum ingin kembali bersamanya.

Sampai di pekarangan sederhana rumah Chesna dan anaknya. Sean pun membuka pintu mobil dan turun, lalu menuju teras rumah dan mengetuk pintu kayu yang berwarna putih itu.

Tok...tok..tokk..

Tak berselang lama, seseorang yang tak lain Chesna membuka pintu. Melihat Sean yang berkunjung ke rumah siang begini membuat Chesna menggerutkan keningnya bingung.

"Bisakah aku masuk" ucapan Sean menyadarkan Chesna dari lamunannya.

"Ah iya, silahkan" ucap Chesna menyingkir ke samping, memberi Sean jalan lalu menutup pintu.

Sean sekarang duduk di sofa sederhana yang berada di ruang tamu Chesna. Jika kalian bertanya dimana Chesna, saat ini Chesna berada di dapur membuatkan minuman untuk Sean.

"Minumlah" ucap Chesna singkat setelah meletakkan kopi ke hadapan Sean.

Sean meminum kopi itu, lalu kembali meletakkannya. Setelah terjadi kebeningan beberapa saat sampai Sean mengatakan..

"Aku akan pergi ke Jerman sekitar pukul 5"ucap Sean menatap Chesna lekat.

"Kenapa" ucap Chesna tanpa sadar bertanya dan menatap Sean lirih.

"Seseorang mencoba menyabotase data perusahaan, jadi aku harus menyelesaikannya" ucap Sean kembali menjelaskan maksud kepergiannya ke Jerman.

"Kenapa bisa" ucap Chesna  bertanya kembali.

"I don't know" ucap Sean dengan bahasa inggris.

"Berhati-hatilah, jangan sampai terluka" ucap Chesna tanpa sadar menatap Sean dengan sirat khawatir yang kentara di wajahnya.

Sean yang mendengarnya tersenyum manis lalu mendekatkan dirinya kepada Chesna memeluknya, menghirup aroma vanilla yang menguar dibalik hijabnya.

"Biarkan seperti ini"ucap Sean memeluk Chesna erat tanpa ada tanda-tanda ingin melepaskannya.

"Hm" Chesna hanya membalas dengan deheman, lalu entah apa yang merasukinya tangannya terangkat membalas pelukan Sean. Jadinya keduanya terlihat seperti pasutri yang saling merindu.

Pelukan itu akhirnya terlepas setelah beberapa menit kemudian. Sean menguraikan pelukannya, menatap Chesna lembut lalu mencium kening Chesna lama, seolah menyalurkan kerinduannya serta penyesalannya.

Chesna yang menerimanya hanya terdiam menikmati ciuman lembut Sean di keningnya.

"Maaf jika selama ini aku selalu menyakitimu, membuatmu terluka baik fisik maupun batin. Aku hanya berharap maaf darimu, dan berharap kita bisa memulai semuanya kembali dengan sebuah kebahagiaan" ucap Sean  mengelus kedua pipi Chesna lembut tanpa mengalihkan pandangannya dari Chesna.

Chesna yang melihat kejujuran dan juga penyesalan di mata Sean, terdiam sejenak. Menekan hati yang berdebar.

Ternyata rasa cintaku mengalahkan rasa kecewaku  kepadamu Mas. Batin Chesna menundukkan kepalanya menghindari tatapan Sean.

"Berikan aku waktu untuk memikirkannya" ucap Chesna menghembuskan nafasnya pelan.

Sean yang mendengarkannya, menatap Chesna lekat, dan menganggukkan kepalanya pertanda dirinya setuju.

"Kumohon pikirkan semuanya dengan matang. Aku harap kamu menerima ku kembali Echa" ucap Sean tanpa sadar menatap Chesna dengan penuh harapan.

"Bisakah kita menjemput Gavin dan Zia bersama" tanya Sean kepada Chesna, membuat Chesna menganggukkan kepalanya mengiyakan ucapan Sean.

"Baiklah, terima kasih" ucap Sean tersenyum lembut menatap Chesna teduh, membuat Chesna gugup sehingga mengalihkan pandangannya ke arah lain.

"Aku akan pergi ke Bandung.. " ucap Chesna saat mereka berada di mobil yang dikendarai Sean.

Sean yang mendengarnya mengerti mendadak, membuat Chesna terdorong kedepan.

Untung pakai sabuk pengaman. Pikir Chesna karena kening hampir saja terbentur bagian depan mobil Sean.

"Maksudmu" ucap Sean menatap Chesna dingin..

"Itu..karena..."ucap dengan nada gugup sambil menatap Sean takut.

❄❄❄

Publish
Senin, 08 Agustus 2022

Surrender to love (New Version)/ Revisi BerjalanWhere stories live. Discover now