[3/10]

866 152 2
                                    

Kadang kupikir dia saja yang terlalu dingin ...

__________

Hari ini Blaze bangun terlambat. Biasanya dia memang akan bangun pagi tapi tidak untuk kali ini.

Disebabkan ia lupa bahwa hari ini masa skorsnya sudah habis. Jadi ia bangun kesiangan. Ia baru sadar saat seseorang mengiriminya pesan teks.

Tentu saja [Name] yang mengirimkan pesan teks tersebut.

Blaze pun jadi kacau balau. Ia lari kesana sini dan buru-buru berangkat sekolah.

Jam sudah menunjukkan pukul tujuh lewat lima belas menit. Dan artinya, gerbang sekolah sudah jelas ditutup.

Blaze mengerang dari kejauhan saat tampak di matanya bahwa gerbang itu baru saja ditutup oleh sang satpam beberapa detik yang lalu.

Tidak mungkin untuk bolos. Mau tak mau ia pun tetap datang ke sekolah. Meski tahu akan ada hukuman yang menanti dirinya jika melewati gerbang depan.

Karena itulah kini dirinya sedang melirik-lirik arah samping gerbang. Ia berpikir akan memanjat. Namun tampaknya akan susah karena gerbang tersebut cukup tinggi.

"Sial, kenapa telat sih argh."

Sebenarnya tidak masalah bagi Blaze untuk telat. Dan bolos tentunya. Tapi karena dia sudah punya pacar, tentu harus menunjukkan image baik padanya.

Harus menunjukkan sifat cool ke pacar supaya pacarnya tidak ilfeel.

Yah meski tabiat aslinya pasti sudah diketahui [Name] sejak mereka sekelas beberapa bulan yang lalu.

[Name] mengirimkan pesan teks lagi. Bertanya tentang kenapa Blaze tidak ada di bangkunya hari ini.

"Tentu saja aku telat kan, masa begitu saja tidak tahu," cibir Blaze dalam gumamam.

"Ohh, telat ya."

Gasp!

Blaze berteriak dalam hati. Meloncat saat mendengar suara di atas kepalanya. Saat mendongak, ia menemukan sosok [Name] tengah mengintip dari balik gerbang sebelah dengan tampang datar.

"Eh, [Name]. Hehe." Blaze menggaruk kepalanya yang tidak gatal. "Ngapain disitu?"

"Nungguin seseorang." Wajah [Name] tidak seperti biasanya. Agak sedikit marah. Diam sebentar lalu gadis itu mengulurkan tangannya.

"Cepat."

Blaze terkesiap. Sosok [Name] yang pintar dan dikenal rajin ini malah membantu berandal seperti Blaze untuk masuk lewat jalur sebelah. Apakah Blaze sedang bermimpi?

Plak.

Blaze menepuk kedua pipinya kuat. Saat merasa itu sakit dan ini nyata. Ia melihat [Name] kembali.

"Apa yang kau lakukan? Cepat."

Blaze melompat. Meraih tangan itu dan [Name] pun menariknya ke atas. Blaze buru-buru ikut menarik dirinya sendiri ke atas karena khawatir dengan tangan kecil gadis itu.

"Makasih [Name]."

"Iya."

[Name] berdiri. Menepuk-nepuk roknya yang terkena debu. "Kita harus segera masuk."

"Iya." Blaze mengangguk. Lalu mengikuti figur [Name] dari belakang.

Apa ya. Bagi Blaze. [Name] itu sosok pendiam namun memiliki kharismanya tersendiri. Sosok jenius dan rajin yang memiliki bakatnya sendiri. Bahkan wajah cantiknya mampu membuat banyak laki-laki terpikat.

Blaze sempat terpaku diam. Ia sekilas, melihat pergelangan tangan kiri [Name] yang dibalut perban. "Eh, tanganmu?"

"Oh." [Name] menutupinya dengan seragam lengan panjang yang selalu ia pakai. "Keseleo saat sedang belajar."

"Begitu, berhati-hatilah."

"Iya, terima kasih." [Name] tersenyum lembut. Hal itu tentu saja membuat hati Blaze bergemuruh ribut. Tak menghilangkan rasa senang saat pacarnya tersenyum manis.

"Nanti--" Ucapan Blaze terpotong. [Name] menoleh, menunggu lanjutannya. Lalu Blaze terkekeh. "Tidak jadi, hehe."

Dibalik dada yang berdetak hebat. Ada perasaan lain yang menganggu.

Tapi, perasaan apa itu?

• Bonus •

"Berarti kamu kidal ya, [Name]?"

"Nggak."

"Loh, tapi itu?"

"Kebetulan keseleonya tangan kiri, soalnya yang kanan mau dipake hari ini."

"... Kamu ngelawak atau bukan sih? Kalau ngelawak aku ketawa deh."

"..."

__________

... Ternyata aku yang belum mengenal.

My Cool Darling || Boboiboy Blaze [End]Where stories live. Discover now